Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2022

Defisit Ide di Tengah Surplus Informasi

Woks Suatu hari dalam perkuliahan Prof. Mujamil Qomar kami para mahasiswa terkena semprot yang pedas karena ketidakmampuan untuk bertanya secara kritis. Hal itu yang membuat beliau sedikit kecewa sekaligus bertanya bagaimana cara belajar mahasiswa, mengapa untuk sekadar bertanya saja tidak mampu. Apa faktor penyebabnya, apa karena kurangnya ide atau gagasan yang sulit dipahami. Sepertinya semua hal itu hanya dalih alias legitimasi atas apa yang seharusnya kita sadari. Prof. Mujamil seketika itu langsung memberi kartu kuning kepada mahasiswa agar lebih serius lagi dalam belajarnya. Karena di era ini segala macam informasi begitu banyaknya. Seseorang tinggal mengakses dengan satu kali klik semua sudah didapatkan. Berbeda dengan tahun jadul yang lampau, seseorang mencari informasi harus menuju perpustakaan. Tidak hanya itu mereka harus melewati tempat yang jauh dan semua beresiko terutama soal dana. Sesudah itu masalah belum usai, jika informasi sudah didapat mereka harus segera mencatatn

Ekspedisi Wali Pitu Tulungagung

Woks Anda tidak usah risau dengan judul tulisan saya ini dan tidak usah pula membuatnya kontroversi. Saya membuat judul tersebut tidak bermaksud mengkotak-kotakkan, hanya sekadar judul berdasarkan rute ziarah yang saya lalui kemarin. Pada tanggal 28 April 2022 tepat di penghujung Ramadhan saya sengaja melakukan rihlah ke makam wali yang ada di bumi Tulungagung. Tujuannya sederhana yaitu sowan dan nyambung frekuensi ruhani. Pertama perjalanan, saya awali ke makamnya Mbah Agung Taruna. Beliau adalah tokoh pembabad desa Plosokandang dan keberadaan makam beliau sangat dihormati di sini. Jika dulu awal saya berkunjung ke sini, makam masih belum terawat dan nampak angker. Akan tetapi lambat laun kini makam yang di selatanya ada pohon ploso itu sudah diperhatikan. Sekarang makam sudah difasilitasi dengan mushola dan MCK nan memadai, termasuk pendopo dan gerbang makam yang nyeni. Saya masih ingat makam pertama kali dipugar tertulis sekitar tahun 1948 dan untuk kedua kalinya di tahun ini 2022.

Peneliti Pikir Keri

Woks Membaca artikel Mas Afriansyah dalam Buku Catatan Dari Lapangan (2019) tentu sangat menarik. Seperti artikel sebelumnya tulisan Mas Afriansyah banyak ditemui hal-hal menarik terutama kita mendapatkan pengetahuan seputar penelitian untuk Ph.D nya di Universitas Leiden Belanda. Mas Afriansyah yang juga dosen UIN Ar Raniry Banda Aceh tersebut memang sangat kuat untuk berkeinginan menyelesaikan studinya tepat waktu. Karena ia sadar bahwa studi dengan beasiswa LPDP akan selalu berhadapan dengan waktu penelitian yang singkat. Belum lagi sejak awal ia sudah dihadapkan dengan proposalnya yang diwarnai kegamangan. Dalam catatannya, Mas Afriansyah memulai dengan cerita bahwa sejak awal ia ingin meneliti tentang topik "Dinamika Politik Islam Pasca Orde Baru di Indonesia" dengan fokus studi di Aceh. Menurut beliau Aceh menjadi salah satu situs yang menarik untuk diteliti pasalnya di Negeri Serambi Mekah itu terdapat partai lokal, dinamika politik yang unik, pengguna syariat Islam,

Pengalaman ke RS Pertama

Woks Bagi mayoritas orang berkunjung ke rumah sakit barangkali merupakan hal biasa. Tapi tidak lumrah memang mengunjungi rumah sakit atau lebih tepatnya tempat pariwisata. Selain kebutuhan studi banding rumah sakit adalah tempat bagi mereka yang membutuhkan pertolongan kesehatan. Ya, rumah sakit, dokter, alat dan obat merupakan bagian dari perantara alias ikhtiar sedangkan kesembuhan mutlak di tangan Tuhan. Di hari bumi kemarin tanggal 22/4/22 aku berkunjung ke RS Bhayangkara Tulungagung. Di sana aku menemui A. Ilman Syauqi alias Philip, teman satu kamar di pondok PPHS yang sedang sakit. Setelah mendapat telpon darinya aku langsung bergegas menuju ke sana. Nampaknya ia membutuhkan seseorang yang dianggap mewakili keluarga. Akhirnya aku pun ke sana sore hari sebelum asyar tiba. Setelah memarkirkan motor di belakang, aku pun langsung menuju ruang utama. Dengan menanyakan ke bagian resepsionis aku menemui Philip yang sudah menunggu sejak tadi. Akhirnya kami pun terlibat dialog yang intiny

Bukber KTP15 Bersilaturahmi Tiada Henti

Woks Alhamdulillah kemarin kami bisa melaksanakan buka puasa bersama. Bertempat di warkop Onderan Kota acara bukber ini berlangsung khidmat. Walaupun pesertanya belum lengkap akan tetapi tidak mengurangi acara bukber di tahun ini dengan begitu nikmat. Maklum saja rerata peserta bukber kali ini sudah berumah tangga jadi banyak hal yang dimaklumi. Sejak lulus di jurusan Tasawuf Psikoterapi angkatan 2015, kami memang jarang bertemu. Sekalinya bertemu pasti di momen pernikahan, kelahiran hingga kematian. Barangkali pertemuan di bukber kali ini termasuk hal yang kita syukuri. Ini menjadi rumus bahwa pertemuan itu mahal harganya dan tidak bisa dibeli dengan uang. Bukber kali ini lumayan berkesan karena masih banyak cerita yang kita kenang ketika kuliah dulu. Lumayan menjadi topik segar dan cerita hidup di tengah kesibukan yang menerpa. Kelas kami memang terkenal kompak sejak dulu. Maklum saja di sisi lain karena mayoritas dihuni oleh pribumi, rerata anak-anak di kelas juga saling support. Wa

Seniman dan Kekuasaan

Woks Gus Dur pernah berkata bahwa negeri ini adalah penakut. Yang beliau maksudkan adalah terhadap penegak hukum yang tidak tegas terhadap segala aktivitas korupsi dalam negeri. Apa yang disampaikan Gus Dur bukan tanpa alasan melainkan memang terlalu banyak alasan mengapa negeri ini belum maksimal dalam hal penegakan hukumnya. Hukum bisa sangat mudah dibeli bahkan diotak-atik oleh penguasa. Bahkan ironisnya penegak hukum sendiri sering melanggar hukum. Penguasa memang selalu dekat dengan aturan hukum, perundang-undangan hingga aparat sebagai alat negara. Akibatnya alat negara yang dikuasai penguasa secara absolut akan berakibat pada pelanggengan kuasa tersebut. Ibarat tahta raja akan sangat sulit dikoyak oleh rakyat jelata. Hal-hal yang demikian tentu bukan rahasia umum di negeri ini apalagi kita pernah memiliki penguasa yang bertahta 32 tahun lamanya. Kelemahan kekuasaan yang lama bertengger di istana adalah pada keputusannya yang tidak objektif. Kekuasaan akan terasa otoriter dan sul

Media dan Identitas Imitatif

Woks Peran media sangat besar dalam menyemai berbagai macam hasrat narsisme. Hasrat-hasrat tersebut lahir sebagai penunjang eksistensi hingga membuat orang tampil percaya diri. Media memang membuat orang makin hidup sekaligus tenggelam. Salah satu sisi menarik dari media adalah kecenderungan imitatif yang dibuatnya. Dengan begitu orang amat mudah terkonstruk oleh media hingga lupa bahwa mereka hidup di alam nyata. Lewat media perilaku tokoh idola begitu dekat sehingga memudahkan penggemar mengikuti jejak langkahnya. Mereka dengan mudah tergila-gila dengan tokoh idola salah satunya dibuktikan dengan kecenderungan imitatif, yaitu sebuah penyakit mental yang ingin selalu meniru. Kecenderungan itulah secara berlebihan akan bernilai negatif. Hari ini tentu kita dikejutkan oleh tokoh instan populer yang ditangkap polisi karena dianggap telah merugikan publik. Mereka adalah Indra Kenz dan Doni Salmanan yang media menyebut dengan istilah "crazy rich". Sosok orang kaya mendadak itu me

Sang Al Masih

Woks Sang Al Masih adalah pejalan sejati. Ia terus menyusuri setiap lorong-lorong, dari perkampungan menuju perkampungan lain guna mencari orang fasik. Lantas di tengah jalan Yahya Alaihissalam memergoki seraya bertanya, "Wahai Isa putra Maryam binti Imran apakah gerangan yang kau cari sehingga berjalan sejauh ini?" Isa pun menjawab, "Aku mencari orang-orang fasik di perkampungan ini". Yahya pun terdiam sejenak. Lalu tak lama Isa Alaihissalam bertanya juga pada Yahya, "lantas apa pula yang kau perbuat wahai Yahya saudara ku?" Yahya bin Zakariya pun menjawab, "Aku mencari orang-orang baik di desa ini". Akhirnya kedua Nabiyullah itu saling melempar argumen. Peristiwa tersebut diabadikan dalam Kitab Thobaqotul Asyfiya karangan Syeikh Abu Nu'aim Al Asyfihani riwayat Sufyan bin Uyainah. Alasan Nabi Isa mencari orang fasik tak lain adalah beliau mengibaratkan seorang tabib bagi orang-orang sakit. Sampai kapanpun tabib akan mencari orang sakit un

Dimensi Rasional dan Irasional dalam Kitab Ta'lim Muta'allim

Woks Membaca artikel Syadad Ibnu Hambari Dosen STIT Raden Santri Gresik tentang aspek irasionalitas dalam Kitab Ta'lim Muta'allim saya justru tertarik juga untuk melengkapi keduanya. Dalam artikel Syadad menyebutkan bahwa aspek irasionalitas dalam Ta'lim akan menentukan intelektualitas. Pasalnya banyak hal-hal di luar rasio manusia yang ditemukan dalam kitab Ta'lim tersebut. Kitab Ta'lim Muta'allim merupakan buah karya ulama madzhab Hanafiyah yaitu Syeikh Burhanuddin Az Zarnuji. Beliau mengarang kitab tersebut ketika dunia mengalami dekadensi moral bahkan hingga saat ini. Menurut mualif para pelajar mengalami pergeseran di mana biasanya mereka mendatangi para guru (sumur) kini malah sebaliknya, sumur malah mendatangi murid (kendi). Akhirnya kekhawatiran Syeikh Zarnuji akan tercerabutnya ilmu dan pelajar maka beliau mengarang kitab etika belajar tersebut. Hingga hari ini Kitab Ta'lim Muta'allim memang selalu menjadi idola di pondok pesantren. Kitab akh

Pasemon untuk Upaya Preventif di Masyarakat

Woks Di Jawa kita mengenal istilah pasemon, kinayah atau qiyas metafora. Salah satu pasemon menarik sering diinterpretasikan dengan berbagai simbol. Simbol-simbol tersebut meresap ke berbagai aspek tidak hanya soal material tapi melalui ragam bahasa lisan. Maklum saja manusia Jawa adalah human symbolic dalam bahasa Selo Sumardjan. Salah satu pasemon menarik yang bernilai preventif yaitu pamali. Pamali adalah ungkapan yang memiliki arti larangan secara halus. Orang Jawa atau di suku lain barangkali memiliki budayanya sendiri terkait pamali. Jawa dengan hierarki bahasanya justru membuat larangan bisa terselubung menjadi halus. Jika orang Jawa sudah berkata, "pamali" maka mayoritas masyarakat akan mamatuhinya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Salah satu pamali yang sering kita dengar misalnya jangan duduk di depan pintu nanti sulit jodohnya. Jangan makan brutu ayam bagi anak muda, jangan makan ceker ayam bagi anak-anak, jangan mantu di bulan suro, jangan pakai baju hijau ketika ke

Shalat Barometer Kehidupan

Woks Dalam Kitab Syu'abul Iman karangan Syeikh Zainuddin bin Ali Kusyini tertulis لا تتركنّ جماعة قد فضّلت بالسّبع والعشرين من فضل علا ولم التّعلّم yang kurang lebih artinya adalah pesan untuk santri agar tidak meninggalkan shalat berjamaah. Lebih umum lagi jangan sampai meninggalkan shalat. Betapa istimewanya shalat sehingga banyak pesan para kiai untuk tidak meninggalkan shalat dalam kondisi apapun. Tentu keutamaan shalat di sini sudah dijelaskan secara gamblang oleh banyak ustadz kiai hingga pendakwah. Oleh karenanya kita hanya menjelaskan shalat dari sisi yang lain. Kita tahu bahwa shalat merupakan pendulum atau alat di mana manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhannya. Ritual ini tak lain merupakan sarana sekaligus media agar manusia tak kehilangan arah. Fenomena akhir zaman kita akan menemui orang mendaku sebagai ahli supranatural atau paranormal. Sehingga dengan klaim tersebut orang merasa sakti, mampu, bisa atau pinter. Maka apakah ada tolok ukur untuk mendeteksi kebenaran

Puasa: Ajaran Ksatria dan Membunuh Egoisme

Woks Pengalaman puasa pertama selalu membawa cerita unik. Entah seperti apa yang jelas semua hal kecil di sekitar kita adalah pelajaran berharga. Cerita kali ini yaitu aku ingat jika puasa di rumah ibu pasti akan membangunkan anak-anaknya. Beliau selalu antusias jika persiapan sahur sejak dini hari. Jika tiba saatnya sahur masakan sudah digelar di atas meja maka kami akan dipanggil oleh ibu. Jika kami tak kunjung bangun biasanya ibu akan datang ke kamar. Tapi kadang aku berpikir harus segera bangun sebelum bapak yang membangunkan. Jangan sampai bapak membangunkan soalnya suara beliau begitu menggelegar. Cuma masalahnya kadang kala anak-anak seperti kami masih ndablek alias sering manja. Hingga akhirnya kami bermalas-malasan untuk bangun sahur. Akan tetapi beberapa saat kadang aku berpikir jika tidak segera bangun kasihan, ibu pasti menunggu. Beliau berprinsip tak akan memulai makan jika semua anggota belum kumpul. Tidak hanya ketika sahur, di waktu berbuka pun demikian. Bahkan sering

Komitmen Keilmuan ala Prof Mujamil Qomar

Woks Saya bersyukur selain di S-1 dulu sekarang kembali bertemu dengan Prof Mujamil Qomar di Pascasarjana Studi Islam pada mata kuliah integrasi ilmu dan agama. Pertemuan ini barangkali merupakan hujan bagi tanah gersang. Atau tanda murid untuk terus belajar kepada gurunya. Prof Mujamil sejak di S-1 sampai sekarang tak ada bedanya, sama-sama serius jika sudah berhadapan dengan mengajar. Beliau tidak bisa membedakan perkuliahan online atau offline , semua sama. Soal jam misalnya beliau selalu perfek dan harus sesuai dengan aslinya. Tapi demikianlah faktanya, Prof Mujamil memang tipe orang yang suka belajar mengajar. Jika sudah tiba di jam beliau maka tidak bisa dihentikan. Beliau akan selalu asyik karena mungkin tujuannya murni agar mahasiswanya maju. Tapi kadang kala itu yang tidak segera kita sadari. Soal jam mata kuliah, belajar dan mengajar beliau selalu tepat waktu. Termasuk produktivitasnya dalam berkarya beliau memiliki jurusnya tersendiri. Saya pernah tanya apa kuncinya bisa hi

Prof. Mujamil Qomar Sang Pendidik

Woks Siapa orang yang belum kenal Prof Mujamil maka saya pastikan ia merugi. Pasalnya sosok satu ini jangan dilewatkan minimal kita mengenal namanya, sang selimut rembulan. Beliau termasuk sosok yang langka padahal namanya mentereng di jagat akademik. Prof Mujamil adalah sedikit dari mayoritas orang yang kita akan kesulitan menemukan biodata lengkap termasuk foto-fotonya. Anda bisa cek di internet dengan keyword nama beliau pasti sangat minim sekali literatur mengenai kehidupan pribadi beliau. Hal-hal yang mudah ditemukan perihal beliau adalah soal karya. Rangkaian karya beliau yang luarbiasa itulah faktor makin menambah kekaguman kita pada beliau. Di antara karya-karya beliau yang saya ketahui yaitu, NU Liberal: Dari Tradisionalisme Ahlussunah ke Universalisme Islam, Menggagas Pendidikan Islam, Menejemen Pendidikan Islam, Manejemen Pembelajaran Agama Islam, Strategi Pendidikan Islam, Epistemologi Pendidikan Islam, Filsafat Pendidikan Islam, Paradigma Manajemen Pendidikan Islam, Dimens