Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2024

Masjid Arena Imajinasiku

Woko Utoro Di saat Ramadhan masjid atau musholla dekat rumah selalu tak pernah sepi. Khususnya di malam hari suara orang tadarus mengalun merdu. Di sore harinya membran atau toa juga tak mau kalah menyiarkan qiroah merdu suara Kiai Muammar ZA yang melegenda. Suasana Ramadhan memang khas dan tak pernah dijumpai di luar bulan tersebut. Di saat Ramadhan ingatan tentang masjid juga selalu memutar kembali akan nostalgia jaman bocah. Ya, masjid adalah tempat teristimewa di jaman itu. Jaman di mana gadget belum semasif saat ini. Ingatan di mana anak-anak berlari menjadi kucing dan anjing. Berputar-putar di serambi masjid nan luas. Kadang bermain peran hingga bermain gasing. Dunia anak memang penuh permainan. Tidak hanya itu sarung-sarung menjelma tenda tempat persembunyian. Anak-anak menari, engklek hingga merangkak ala latihan militer. Semua dilakukan di masjid dengan segala fasilitasnya. Bahkan sesekali ketika lelah kami langsung tertidur di karpet masjid hingga tak tahu waktu. Di saat adza

Berbuka dengan Yang Manis

Woko Utoro Salah satu hal menarik dalam ritual puasa adalah berbuka. Hal menarik pertama yaitu berbuka puasa disunnahkan disegerakan dan sahur diakhirkan. Selanjutnya berbuka memang menjadi yang harus disegerakan dalam Islam selain menguburkan jenazah, bayar hutang dan menikah. Berbuka memang menarik bahkan menjadi salah satu kabar gembira selain kenikmatan puncak yaitu bertemu Tuhan. Ada redaksi unik terkait anjuran berbuka dengan yang manis. Apakah redaksi tersebut adalah hadits atau maqola Arab? Dari berbagai yang saya baca ternyata redaksi tersebut bukanlah hadits. Yang hadits itu lebih tepatnya berbunyi anjuran berbuka dengan kurma yang di sana terdapat rasa manis. Sedangkan jika kurma tidak dijumpai maka berbuka dengan air putih. Lantas bagaimana jika kecenderungan masyarakat yang sudah terlanjur mengira bahwa buka puasa harus dengan yang manis. Di masyarakat begitu familiar berbuka dengan yang manis semacam kolak, es campur, puding, sirup atau panganan lain dengan rasa manis. P

Tidurnya Orang Berpuasa Adalah Ibadah?

Woko Utoro Tidur hukumnya mubah. Tidur juga merupakan fasilitas alami yang Allah berikan buat manusia. Sehingga siang hari dipergunakan untuk aktivitas bekerja dan malamnya untuk beristirahat. Istirahat bisa berupa apa saja dan salah satunya adalah tidur. Bicara tentang tidur kita pernah mendengar hadits "nawmu shooimi ibadatun" atau tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Hadits riwayat Al Baihaqi tersebut begitu populer utamanya ketika momentum puasa Ramadhan seperti saat ini. Sehingga oleh beberapa orang diartikan secara serampangan jika tidur sepanjang hari merupakan ibadah. Tapi apakah demikian penjabaran mengenai tidur adalah ibadah? Pertama, harus diketahui bahwa tidur tidak boleh dipolitisir untuk kepentingan nafsu. Memang dasarnya tidur adalah boleh tapi kita harus tahu porsinya. Jangan sampai tidur sebagai alat balas dendam untuk tidak beraktivitas selama puasa. Kata Imam Ghazali jangan sampai tidur menjadi alat untuk bermalas-malasan. Justru tidur itu harus menjadi

Mulut Orang Berpuasa Sama Dengan Wangi Misik?

Woko Utoro Suatu hari seorang teman dengan percaya diri memamerkan mulutnya. Katanya bau mulut ini lebih wangi dari minyak misik. Ia begitu percaya diri karena memang sedang berpuasa. Lantas saya merenung apakah demikian? Sebab di beberapa kesempatan saya menemukan ada orang yang berpikir jika bau mulut orang puasa sama dengan wangi minyak misik maka makan saja jengkol atau petai agar semakin wangi. Ternyata menurut Allah Yarham Prof Dr KH Ali Mustofa Ya'kub redaksi hadits yang memuat bau mulut orang berpuasa seperti bau minyak misik harus dibaca secara majazi (kiasan). Kata beliau ada beberapa hadits yang cara bacanya tidak leterlek seperti orang pada umumnya. Hadits tersebut yang kurang lebih berbunyi, "Sungguh mulut orang berpuasa lebih wangi menurut Allah daripada minyak misik" dapat diartikan dua hal. Kiai Ali mengutip beberapa riwayat mengatakan bahwa mulut orang berpuasa lebih wangi dari minyak misik adalah dalam konteks akhirat. Jadi Allah langsung yang akan menil

Review Kitab Al Fiqhu Wadhih 1

Woko Utoro Kitab fiqih dalam khazanah keilmuan Islam tak terbatas banyaknya. Kitab fiqih dari tingkat dasar hingga kelas tinggi bisa kita jumpai. Terlebih di pesantren kitab fiqih menjadi hal wajib dikaji selain kitab akhlak dan tauhid. Salah satu kitab fiqih dasar yang dijadikan rekomendasi untuk anak Madrasah Ibtidaiyah adalah Al Fiqhu Wadhih karya Syeikh Mahmud Yunus. Kitab fiqih dasar dan tergolong tipis tersebut sangat cocok dipelajari oleh santri di tingkat dasar. Selain ringkas dan mudah dipahami kitab tersebut juga dilengkapi dengan pertanyaan di akhir dan hikmahnya. Kitab karangan Syeikh Mahmud Yunus tersebut terdiri dari 3 jilid dan kebetulan jilid pertama ada di tangan saya. Kitab Al Fiqhu Wadhih jilid 1 ini berisi topik-topik harian yang lengkap. Pembahasan dari mulai bersuci sampai mengurusi jenazah dijelaskan di kitab ini. Walaupun tipis kitab ini hampir serupa dengan kitab Mabadi Fiqih karya Syeikh Abdul Jabbar atau Safinah An Najah karangan Syeikh Sumair Al Hadrami dll.

Ngaji Kitab Al Fiqhu Wadhih 1

Woko Utoro Alhamdulillah di Ramadhan tahun ini saya diberi kesempatan oleh Allah dapat mengkaji sebuah kitab putih di SS2. Awalnya saya hanya bergumam kapan ya bisa mengkaji sebuah kitab. Yang pastinya di sana saya akan sama-sama belajar bersama para santri. Hingga akhirnya kesempatan itu datang karena saya diminta Ustadz Wahyu menggantikanya. Saya mengkaji Kitab Al Fiqhu Wadhih jilid 1. Kitab ini merupakan buah karya Prof Dr Mahmud Yunus. Kitab tersebut terdiri dari 3 jilid yaitu 1-3. Tentu Syeikh Mahmud Yunus merupakan tokoh ulama panutan dan pastinya produktif berkarya. Al Fiqhu Wadhih ini salah satu dari sekian banyak karya beliau yang masih dikaji hingga kini selain Kitab At-Tarbiyah wa at-Ta'lim. Di awal ketika masuk ta'lim pertama saya menjelaskan kepada teman-teman santri mengapa kita mengkaji kitab Al Fiqhu Wadhih. Bukankah kitab tersebut diperuntukkan bagi pelajar Madrasah Ibtidaiyah (MI). Walaupun faktanya demikian yang jelas tidak ada salahnya kita belajar kitab ter

Membaca Tahlilan Dari Tinjauan Psikologi

Woko Utoro Ada anekdot apa perbedaan NU dan Muhammadiyah? Jawabanya sederhana yaitu di sufiks atau akhiranya. Misalnya jika MU mengenal tahlil tapi NU justru yang tahlilan. Jika MU mengerti maulid justru NU yang senang maulidan. Jika MU memahami manakib justru NU yang lebih sering manakiban dll. Salah satu amaliyah Nahdliyyin yang diulas dalam tulisan ini adalah tahlilan. Tahlilan adalah tradisi di masyarakat yang gemar membaca kalimah thayyibah dalam berbagai aktivitas tradisi, sosial keagamaan. Biasanya tahlil dilaksanakan dalam upacara pasca wafatnya seseorang yaitu di hari ke 1-7, 40 hari, nyatus (100) hingga mendak nyewu 1000 hari. Tahlil juga sering digunakan dalam acara kirim doa, tasyakuran hingga ziarah kubur. Lantas bagaimana tahlilan kita baca dalam perspektif psikologi. Dalam acara Dandhangan di Masjid Menara Kudus, Habib Husein Ja'far al Haddar menjelaskan bahwa tahlilan merupakan tradisi unik ulama kita. Menurut pengasuh Jeda Nulis dan Login itu tahlilan sangat psikol

Usia Metode Hisab Alami Manusia

Woko Utoro Islam adalah agama nasihat. Ragam nasihat kehidupan tertera melimpah di berbagai literatur. Terkhusus al Qur'an sebagai kitab suci dan sunnah nabiNya lebih dari cukup untuk memberi petunjuk dan nasihat. Di luar itu ayat-ayat kauniyah atau gejala alam juga memperkaya nasihat untuk manusia. Salah satu pemberi nasihat terbaik adalah usia atau umur. Dijelaskan bahwa usia terbagi menjadi 3 yaitu usia biologis, usia numerik dan usia agama. Pertama usia biologis adalah usia di mana seseorang terlahir dari rahim ibu. Usia yang dicatat setelah melewati fase 9 bulan dalam kandungan. Usia biologis bisa diartikan usia fisik. Kedua usia numerik yaitu usia di mana seseorang tertulis bukan berdasarkan angka melainkan pemikirannya. Usia numerik selalu bertolak belakang dari fisiknya. Justru kadangkala usia numerik bisa lebih tua dari fisik biologis. Ketiga usia agama yaitu usia di mana seseorang benar-benar meyakini ajaran agama sebagai petunjuk kehidupan. Usia agama pun sama seperti

Belajar Gender dari Ibu

Woko Utoro Ibu pernah ditanya lebih baik mana memiliki anak perempuan atau laki-laki. Beliau menjawab laki-laki atau perempuan sama saja. Yang terpenting letak kasih sayangnya. Kata beliau laki-laki pun jika penuh kasih sayang kepada orang tua justru bernilai lebih. Kata ibu penuh kasih sayang itu tidak ditentukan oleh gender. Termasuk kemuliaan seseorang tidak ditentukan oleh jenis kelamin melainkan akhlaknya. Baik buruk dan nilai seseorang juga bersandar tingginya penghormatan kepada sesama. Laki-laki dan perempuan bergantung pada karya dan kebermanfaatannya. Bicara gender saya selalu belajar pada ibu. Bagi saya beliau mengilhami keseimbangan. Bahwa perempuan dan laki-laki akan mulia karena sikapnya sendiri. Maka dari itu keduanya perlu didorong untuk menjadi manusia yang bernilai. Manusia yang beradab salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan dan ilmu memang menjadi penghias bagi keduanya. Tanpa ilmu manusia tak dapat diperhitungkan, tak dapat dipercaya. Saya ingat ketika ibu mema

Obituari : Mak Ikem Sang Pejuang

Woko Utoro Magrib sekitar pukul 17:50 ketika saya membantu tetangga membagikan takjil tiba-tiba telpon berdering. Bapak menelpon saya dan itu perasaan yang sudah terduga. Ya nenek saya Mak Miskem meninggal. Mak Miskem atau kami memanggilnya Mak Ikem dikabarkan tidak mau makan beberapa hari. Dari itulah saya hanya bisa berdoa dan harap-harap cemas. Mak Ikem memang sudah sepuh dan saya tidak bisa menolak jika kabar itu tiba. Ternyata tepat malam hari kamis kliwon atau jumat legi 14 Maret 2024 beliau berpulang. Untung saja pada liburan bulan Januari saya masih sempat mencium tangan beliau. Walaupun di momen itu beliau sudah tidak mengenali saya yang tak lain adalah cucunya. Berbeda dari tahun lalu di mana beliau masih mengenali saya sebagai salah satu cucunya. Kepergian beliau tentu melengkapi saudaranya yang sudah lebih dulu berpulang. Sudara Mak Ikem yaitu Ki Dobleh dan Ki Mukri sudah lebih dulu dan memang Mak Ikem adalah bungsunya. Saya mencatat jika Mak Ikem merupakan orang lawas. Bel

Menulis Antara Hobi dan Bisnis

Woko Utoro Menarik pagi itu saya bisa bersua teman baru kala mengudara di 96,8 Perkasa FM. Dalam acara Inspirasi Pagi saya dipertemukan Perkasa FM bersama Mba Deni dan Mba Hani tak lain merupakan founder Aku Menulis. Acara tersebut merupakan bincang hangat seputar dunia menulis. Kebetulan topiknya dikontekstualkan dengan dunia bisnis. Saat Mas Danang (Penyiar Perkasa FM) bertanya seputar Aku Bisa Menulis maka Mba Deni menjelaskan secara gamblang. Mba Deni menjelaskan bahwa Aku Menulis merupakan platform media digital alias web jasa kepenulisan. Lebih tepatnya web yang bergerak di bidang jasa kepenulisan SEO. Biasanya mereka diminta untuk membuat artikel sesuai permintaan pelanggan. Misalnya promosi bisnis, deskripsi produk hingga caption barang dan jasa. Mereka juga menolak bahwa bisnis tersebut bukan joki artikel jurnal tapi tulisan content write r. Aku Menulis merupakan web jasa kepenulisan yang lahir sejak 10 Juni 2020. Kata Mba Hani awalnya kami mengikuti grup jasa menulis akhirnya

Kucing dan Narasi Kesetiaan

Woko Utoro Siapa yang tidak suka kucing. Hewan berbulu lembut itu hampir selalu ada di setiap rumah. Bagi pecinta kucing tentu harimau kecil itu merupakan idola. Selain karena tingkah polanya yang lucu, kucing juga merupakan sahabat. Tapi tidak semua orang suka kucing, misalnya karena bulunya yang membuat bersin atau tidurnya dianggap simbol pemalas. Sebenarnya saya bukan pecinta kucing tapi secara alamiah mencoba menyukai. Karena mau tidak mau kucing menjadi dunia yang tak terpisahkan. Hampir tiap hari saya bertemu kucing entah di pondok atau di rumah teman. Bahkan tanpa disadari di rumah saya banyak kucing padahal entah darimana asal mereka. Semua kucing tersebut tentu saya turut memberinya makan. Salah satu hal menarik dari kucing adalah kesetiaannya. Seperti halnya anjing atau hewan rumahan lainnya kucing juga memiliki pola kesetiaan pada majikan. Misalnya mereka akan tahu mana majikan yang penyayang dan bengis. Salah satu tingkah pola mereka yaitu sering mengikuti kemana kita perg

Catatan Kegiatan Sekolah Kepenulisan KSPI Bersama Woks Institute

Woko Utoro Senang rasanya saya bisa berbagi bersama teman-teman mahasiswa Psikologi Islam. Mereka menyebut sebagai Kelompok Studi Psikologi Islam Al Aydin (KSPI). Di hari Minggu dengan cuaca hujan dan beberapa hari menjelang puasa Ramadhan masih ada kegiatan mahasiswa, wah ini unik kata saya. Jarang ada kegiatan semacam itu kalau tidak terpaksa atau memang faktanya sudah terjadwal. Acara tersebut mereka buat dengan nama Sekolah Kepenulisan dan membawa tema, "Berkarya dengan Kata". Bertempat di Raos Kopi Plosokandang dan acara dimulai sekitar pukul 9:30 WIB. Awalnya saya senang karena menurut panitia peserta yang hadir ada 10 orang. Kata saya baguslah karena untuk mengguncang dunia hanya perlu 10 orang tidak 24. Akhirnya acara pun dimulai dan saya pun mempersiapkan diri. Pertama acara dibuka oleh MC yaitu Mba Emy, sambutan ketupel Mba Chumairoh dan ketua KSPI Mas Korea Haqy. Acara ini dihadiri oleh Mba Tirta selaku founder dan dimoderatori Mba Shofiya. Setelah usai barulah gil

Masjid Indikator Keimanan Kolektif

Woko Utoro KH Asfiya Hamida pernah ditanya, "Adakah indikator keimanan kolektif, misalnya di sebuah wilayah kota atau desa. Bagaimana alat ukurnya untuk melihat keimanan orang banyak?" Beliau menjawab, "Gampang, cukup lihat masjid/musholanya. Bagaimana cara mereka memakmurkan rumah Allah tersebut. إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَٰجِدَ ٱللَّهِ مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَأَقَامَ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَى ٱلزَّكَوٰةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا ٱللَّهَ ۖ فَعَسَىٰٓ أُو۟لَٰٓئِكَ أَن يَكُونُوا۟ مِنَ ٱلْمُهْتَدِينَ Apa yang disampaikan Kiai Asfiya tersebut memang menarik. Pasalnya untuk mengetahui tingkat keimanan individu tentu sangat subjektif sekali. Bisa jadi orang yang hidup di balik jubah dengan jidat hitam tidak lebih beriman dari mereka yang lusuh di pinggir jalan. Atau belum tentu juga keimanan bertingkat cuma karena memiliki harta berlimpah. Bisa saja orang yang hidup di gubug reot dengan makan seadanya justru keimanannya tinggi di sisi Allah. Sehingga materi tidak men

Catatan Outbound ke Kota Batu

Woko Utoro Barangkali ini menjadi salah satu pengalaman menarik buat saya. Pasalnya perjalanan kali ini menyimpan banyak pelajaran. Kendatipun perjalanan serupa bukanlah hal baru bagi saya. Apalagi jika berkaitan dengan outbound atau fun game saya tentu pernah mengikuti sejak aktif di Pramuka. Yang jelas saya perlu mengabadikan perjalanan singkat tersebut. Pertama saya diajak oleh Pak Iwan (Mentor di Vokasi Catfish BLK Tulungagung) dan Komandan Sukaryono (Coach PMD di BLK Tulungagung) untuk turut serta dalam kegiatan outbound. Kata beliu berdua acara tersebut kitalah yang akan menjadi fasilitator nya. Mak dari itu kita perlu membentuk tim dan akhirnya bersama dua mentor dan ditambah Mba Anggi (Siswa Vokasi Administrasi Perkantoran BLK Tulungagung) jadilah tim dadakan. Kami mengikuti kegiatan yang diadakan oleh EO Mahapraja Corp bersama Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur. Bertempat di Singhasari Resort Batu. Acara dimulai pukul 08:00 pagi. Sedangkan kami berangkat dini har

Tiga Pekerjaan Yang Tinggi Derajatnya

Woko Utoro Pernah dengar lagu Bang Haji Rhoma Irama judulnya "Seribu Satu Macam". Lagu tersebut menggambarkan ragam pekerjaan yang ada di masyarakat. Bahkan Bang Haji memasukkan pekerjaan menjual kehormatan sebagai kritik sosial. Lantas adakah apa saja pekerjaan yang nilainya tinggi di sisi Allah. Dalam pengajian yang saya simak dari Ustadz Khamim Mustofa Zb menjelaskan dalam Kitab I’anatu Ath-Tholibin karangan Syeikh Abu Bakr ‘Utsman bin Muhammad Syatho Ad-Dimyathi Al-Bakri. Yang merupakan syarah dari Kitab Fathul Mu'in karangan Syeikh Zainuddin Al Malibari. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa pekerjaan yang nilainya tinggi di sisi Allah ada 3 yaitu : Bertani dengan alasan dekat dengan tawakal, termasuk yang ditanam bisa bernilai sedekah ketika dimakan oleh orang atau hewan. Alasan bertani dekat dengan tawakal adalah karena hampir seluruh proses sejak awal hanya berpasrah kepada Allah. Sedangkan pupuk atau perawatan lainnya hanya sebagai lantaran saja. Selanjutnya yait

Sautik Ewang

Woko Utoro Emak saya sering sekali jika mendapat sesuatu pasti berbagi. Baik itu pada tetangga maupun sanak saudara. Misalnya ketika panen kacang, jagung, kangkung, mangga atau nangka sebelah rumah matang beliau menyuruh saya membagi dan mengantarkan pada tetangga. Perintah tersebut sering dipesan pada saya begini, "Ieu ti Emak, sautik ewang". Karena tetangga kami mayoritas orang Sunda maka komunikasi beliau sering pakai bahasa Sunda. Tapi kadangkala Jawa ngapak atau Betawi. Kalimat sautik ewang jika diartikan sederhana yaitu sedikit-sedikit (tapi rata). Kalimat itu juga merupakan ungkapan berbagi walaupun tidak banyak. Saya merenungi mengapa hal yang sedikit beliau bagikan. Apakah tetangga tidak tersinggung. Apakah yang sedikit itu pantas. Apakah mereka mau dengan pemberian itu? Serta ragam pertanyaan lainya. Setelah saya renungi ternyata apa yang diajarkan Emak itu ada dasarnya. Setidaknya ada 2 hal utama dari laku sautik ewang yang diajarkan beliau. Pertama, beliau mengaja

Membukukan Biografi Tokoh Panutan

Woko Utoro Suatu hari di sebuah acara perlombaan esai saya diminta mempresentasikan tulisan di depan juri. Peristiwa itu seingat saya tahun 2018 dan kebetulan saya mengambil tema pemikiran Gus Dur. Salah satu dewan juri bertanya, "Bagaimana anda memastikan jika pemikiran Gus Dur dapat terus relevan?".  Dengan mantap saya menjawab, "Selama pemikirannya terus dikaji dan nilai-nilai perjuangan dibukukan insyaallah akan relevan sepanjang jaman". Sang juri pun hanya terdiam seraya menyudahi pertanyaan dari rangkaian presentasi tersebut. Akhir kata saya pun menempati posisi ke-3 dalam ajang lomba esai nasional merebutkan piala rektor tersebut. Intinya dari momen tersebut saya bertanya apakah ada pemikiran tokoh yang usang atau terhenti? Mungkin sepertinya ada tapi kita tidak mengetahuinya. Salah satu hal agar pemikiran tokoh, ajaran, nilai, teladan dan petuahnya lebih lestari adalah dengan membukukannya. Buku catatan atau tulisan lebih bisa dipercaya daripada sekadar trad

Prototipe Peringatan Haul

Woko Utoro Bicara tentang haul menjadi menarik terlebih peringatan kematian seseorang tersebut telah mentradisi di masyarakat kita. Mengapa ada haul dan apa bedanya dengan maulid. Menurut KH Said Aqil Siradj haul adalah peringatan satu tahun kematian seseorang. Sedangkan maulid adalah peringatan hari kelahiran. Kata Gus Mus hanya ada 2 orang yang hari lahirnya selalu diperingati yaitu Kanjeng Nabi Muhammad SAW (12 Rabiul Awal) dan Nabi Isa AS (25 Desember). Haul memperingati hari wafatnya seseorang. Alasannya sederhana bahwa seseorang dinilai baik atau tidak justru di ujung hidupnya. Maka dari itu peringatan haul dilaksanakan sebagai pengingat kematian sekaligus mengenang kembali uswah atau teladan seseorang selama hidupnya. Karena orang biasa belum tentu baik di akhir hidupnya maka haul lah yang mewakili tradisi tersebut. Sedangkan maulid sudah jelas untuk Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang awal hingga akhir hidupnya sudah dijamin masuk syurga oleh Allah SWT. Berkaitan dengan haul kebetul