Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2021

Hati Adalah Samudera

Woks Jika kita berkunjung menyelam ke dalam samudera hati terdalam di sana kita akan menemukan tanda tanya. Tanda di mana kita akan selalu bertanya apa bagaimana dan mengapa. Selanjutnya kita akan berjumpa tanda seru. Tanda di mana segala perintah berpadu membentuk keingintahuan secara lebih jauh. Terakhir kita tak akan menemui tanda apapun alias tak ada apa-apa. Itu pertanda bahwa hati sudah tak di dasari berupa alasan atau pertanyaan yang ada hanya cinta, sunyi dan keikhlasan. Maka jika kita berbuat sesuatu dengan banyak alasan jangan-jangan kita memang masih di tepian pantai hati, indah memang tapi sebenarnya itu hanyalah tipuan. Seharusnya menyelamlah lebih dalam hingga akhirnya keridhoan memelukmu dengan erat. Begitulah hati jika kita ingin bersusah payah menyelam maka tak akan sampai. Maka benarlah bahwa para salik menempuh perjalanan panjang demi memperbaiki hati bahkan mereka sampai di titik putus asa. Akan tetapi jangan pernah putus asa dan teruslah melambungkan do'a. Buka

Kuliah Online

Woks Selama pandemi pembelajaran kita tahu semua terbantu dengan adanya teknologi berupa gadget dan piranti pendukung lainya. Semua hampir pekerjaan dan aktivitas termasuk lintas jenjang pendidikan beralih dari aktivitas tatap muka menjadi daring alias dalam jaringan. WFH yang selama ini sudah kita lewati tentu masih menyisakan segala macam masalah dan kekurangan. Di sana sini mahasiswa juga mengalami berbagai keluhan lebih lagi siswa di sekolah dasar. Kuliah online begitulah yang dipilih dalam rangka mengganti perkuliahan tatap muka. Cara pengajarannya hampir sama hanya yang membedakannya yaitu ruang waktu dan gerak. Melalui perkuliahan online mahasiswa justru tidak leluasa dan memang sangat terbatas. Tapi apa mau dikata kita tidak bisa protes terhadap keadaan yang menuntut hal itu dilakukan daripada tidak sama sekali. Tentu polemik itu tak ada ujungnya jika saja pandemi ini segera berakhir. Beberapa fenomena kuliah online yang ditemui di lapangan yaitu dosen menerangkan sedangkan m

Syarhul Hikam

Woks Beberapa kesempatan Gus dur sangat sering berkata tentang syarhul hikam bahwa ada orang-orang yang ikhlas hatinya menuntun kita menuju jalan kepada Allah. Orang-orang itu seperti dawuh Syeikh Ibnu Athaillah Syakandary dalam al Hikamnya Lâ tashhab man lâ yunhidhuka hâluhu walâ yadulluka `alallah maqaluhu / janganlah berkawan dengan orang yang tidak membangkitkan semangatmu untuk taat kepada Allah dan kata-katanya tidak menunjukkanmu ke jalan Allah” (al-Hikam, No. 53). Lantas siapakah orang-orang yang mengajak kita kepada Allah itu tidak lain dan tidak bukan adalah ulama. Kalau dalam bahasa Gus Dur yaitu kiai kampung. Mengapa mereka karena kiai kampung sangat ikhlas dalam berjuang menghidupi majelis taklim, menghidupi TPQ, mengajarkan Qur'an, memimpin kita kepada kebenaran dan lain sebagainya. Perlu dicatat pula bahwa kiai kampung selalu menjadi media rekonsiliasi antar beragam konflik. Mereka menjadi embun menyejuk. Menjadi juru damai kepada sesuatu ketegangan di masyarakat. Ap

Literasi Masjid: Kegiatan Kepemudaan

Woks Pemuda dan masjid, begitulah seharusnya nama yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan Nabi Muhammad saw sampai dawuh dalam sabdanya bahwa kelak di hari kiamat yang akan mendapat naungan rahmat dari Allah yaitu pemuda yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. Maka tidak salah dalam tradisi kita banyak masjid yang membentuk wadah bagi pemuda yaitu remaja masjid (remas) atau ikatan remaja masjid (irmas). Kegiatan kepemudaan yang ada di masjid tentu dalam rangka membina sekaligus kaderisasi bagi kalangan muda. Mereka yang cenderung aktif dan enerjik itu harus diarahkan ke arah yang positif sehingga mereka dapat menyalurkan ekspresinya lewat masjid. Memberi peran kepada kaum muda sangatlah penting sebab dewasa ini banyak kalangan tua yang berpikir kolot, tidak mau mengalah dan inginnya menang sendiri. Melalui kegiatan masjid harapanya pemuda dapat aktif dan terhindar dari jerat kehidupan hedonis yang menenggelamkan itu. Pemuda sebagai agen perubahan harus diberi kepercayaan dalam mengelola

Literasi Masjid: Sebuah Gerakan Keputrian

Woks Masjid sebagai tempat ibadah, peradaban dan perjuangan dakwah tersebut tentu mewadahi siapapun tanpa pernah memandang gender termasuk dalam kajianya. Sejak dulu hingga saat ini fungsi praksis masjid adalah sebagai pusat peradaban orang-orang menimba ilmu agama walaupun di akhir abad ini orang-orang bisa mengambil ilmu dari siapapun, di mana pun dan kapan pun istilah bekennya menurut Kuntowijoyo ialah muslim tanpa masjid. Salah satu sisi menarik dari masjid selain karena keberadaan perpustakaan juga karena adanya kajian baik berupa kegiatan harian atau mingguan. Biasanya diisi kajian kepemudaan atau rutinan khusus orang tua sedangkan aktivitas untuk anak biasanya terdapat di pagi dan sore hari. Salah satu kajian menarik yang dibahas di masjid adalah tentang masalah kewanitaan atau biasa kita kenal dengan keputrian. Kita tahu kajian mengenai wanita terutama seputar fikih jika di sekolah formal hanya mendapat sebagian kecil saja. Porsi waktu yang sangat singkat itu tentu tidak mampu

Literasi Masjid: Stop Dakwah Menyindir

Woks Pada sebuah acara dalam peringatan Haul KH. Fuad Hasyim Buntet Pesantren 2019, Gus Mus mengatakan bahwa saat ini ada kyai mubaligh dan mubaligh kyai artinya banyak fenomena orang yang dianggap ustadz cuma karena ia telah mengeluarkan beberapa potong ayat dan hadits. Mereka diustadzkan karena popularitasnya sedangkan yang kyai mubaligh mereka memang punya otoritas karena proses dan kemampuannya tidak diragukan lagi bahkan sangat piawai berpidato. Inilah bedanya istilah keduanya yang telah disebutkan itu. Satu hal lagi bahwa saat ini orang tidak tau bedanya mengajak dengan amar maruf nahi mungkar, padahal amar itu perintah dan nahi itu melarang. Hal itu pula berkorelasi dengan ketidaktahuan bagaimana cara berdakwah. Dalam kamus Al Munawwir dakwah merupakan serapan dari bahasa Arab, yakni dari kata da’aa (fi’il madhi), yad’uu (fi’il mudhari’) yang berarti mengajak, memanggil, dan mengundang. Sehingga dalam pengertian khusus dapat berarti mengajak ke jalan Tuhan (ud’u ila sabi-li ra

Literasi Masjid: Menjadi Pemangku Masyarakat Kecil

Woks Barokahnya orang-orang bodoh kata Gus Baha Islam setidaknya menjadi berkembang. Ada orang yang biasa saja tapi mampu menghidupkan masjid, mushola, madin, TPQ dan lembaga Islam lainya. Bukan berarti Islam hadir karena orang tersebut tapi ini konteks penyebaran dakwah. Ini konteks di mana Islam itu menyebar dengan pesat karena memang agama ini sudah dipersiapkan oleh pemiliknya yaitu Allah swt. Banyak di antara kita yang dijumpai misalnya karena adanya mutasi dan penempatan PNS ke berbagai daerah berkahnya adalah Islam bisa hidup di daerah tersebut. Maka dari itu kata Gus Baha, Mbah Maimun sangat menaruh hormat kepada siapa saja termasuk ke pegawai pemerintahan karena mereka telah ikut andil dalam menghidupkan dan mengembangkan agamanya Allah itu. Saya pun memiliki teman demikian ia selepas lulus dari kuliah langsung pulang ke kampung halaman dan menghidupi mushola sekitar. Anak-anak dan beberapa orang tua sudah siap menanti kiprahnya selama menimba ilmu baik dari pesantren maupun d

Literasi Masjid: Meniti Jalan Dakwah Masjid

Woks Sejak dulu masjid di bangun oleh Nabi tidak hanya sekedar tempat ibadah melainkan sebagai pusat kajian dan dakwah. Masjid sebagai simbol ketakwaan tentu sudah ada sejak zaman para Nabi dan masjid Quba merupakan masjid pertama yang dibangun oleh Nabi ketika hijrah ke Yastrib (sekarang Madinah) sekitar tahun 622 M. Setelah Islam berkembang barulah masjid seperti masjid Nabawi (632 M) berdiri. Masjid tentu punya kaitan historis yang panjang. Masjid yang dalam sejarah telah menjadi tempat sekaligus medan dakwah efektif dalam membina umat kini bertransformasi sangat pesat. Kini masjid bertransformasi menjadi dua kutub besar secara arsitektural yaitu corak tradisional dan modern. Secara fungsi praksisnya tentu masjid menjadi medan dakwah, sosial, kaderisasi, pusat peradaban hingga ekonomi politik. Masjid menjadi tempat pertama yang dibangun karena dari tempat itu selain untuk ibadah, masjid juga menjadi titik pusat di mana umat harus tahu tentang banyak hal utamanya perihal agama. Sakin

Mafia Sholawat dan Gerakan Pertaubatan Kultural

Woks Selayang Pandang Sejarah Mafis Kita tidak punya hak menghakimi seseorang sebelum mengetahui masa lalunya. Begitulah kita teringat pesan waliyullah Gus Miek suatu ketika. Kata-kata tidak sekedar kata tapi kata yang menjadi semangat dan inspirasi bagi sebagian orang yang berdakwah melewati jalan sunyi dan dunia malam. Dakwah jalan terjal itu tentu tidak banyak dipilih, hanya sebagian orang saya mungkin kita mengenal Gus Miek, Gus Miftah, Gus Ali Gondrong dan Halim Ambiya (Tasawuf Underground) serta masih ada nama lain yang mungkin tidak terekspos media di antaranya KH Fawaid As'ad dengan Jamaah Jalananya, Gus Liek Jamsaren dengan PMJnya dan Gus Iqdham dengan Sabilu Taubahnya. Di sini kita akan membincang secara singkat mengenai Gus Ali Gondrong sebagai salah satu dari juru dakwah jalanan itu. Drs KH Ali Shadiqin atau yang dikenal dengan Gus Ali Gondrong memulai dakwahnya sudah sejak lama hingga akhirnya ia menemukan sebuah kisah hidup yang tak terduga. Suatu saat beliau bermimp

Tarekat Menulis

Woks Jangan paksa saya menjadi apapun selain untuk jadi penulis . - Kang Maman Pesan Kang Maman atau yang kita kenal belakangan sebagai No Tule n itu sangat terasa hidup. Betapa tidak jika kita mau jujur bahwa peradaban manusia berawal dari perintah iqra dan selanjutnya nampak dinamis karena adanya tulisan. Selain pelaut nenek moyang kita adalah penulis. Mereka telah mewariskan tulisan yang berisikan sejarah masa silam, pengetahuan, peradaban kuno dan simbol-simbol, melalui tulisan yang tertera di batu, kulit kayu, daun lontar, kulit binatang, tulang hewan hingga ditemukanya kertas. Tanpa tulisan yang memuat masa lalu itu mungkin hingga hari ini dunia kita nampak membisu. Sungguh bahwa masa silam adalah rahim yang melahirkan masa sekarang. Darisanalah sejatinya kita punya sanad yang jelas bahwa kegiatan menulis memang bersejarah. Kesejarahan itu ditunjang dengan semakin banyaknya akademisi dan ulama yang berkontribusi lewat dunia tulisan. Di kalangan Islam sendiri tentu sangat kaya da

Pod-Writes bersama Innaa Rofiqotu Iqlima: Membuka Jendela Dunia Lewat Berkisah

Pod-writes kali ini edisi spesial dalam rangka memperingati Hari Kartini. Alhamdulillah kita kedatangan tamu perempuan tangguh dan menginspirasi. Beliau adalah perempuan multitalenta sekaligus berprestasi. Selain sebagai guru beliau juga penulis novel, kreator, motivator sekaligus pendongeng. Mari kita simak perbincangan seru kami dan Bunda Inari. Jurnalis TWI: Pengertian berkisah itu apa sih sebenarnya? trus apa sama kayak story' telling atau mendongeng? Bunda Inari: Berkisah, seperti halnya namanya, merangkum kisah-kisah yang memiliki nilai-nilai di dalamnya. Kisah yang dimuat di sini lebih luas dibandingkan dengan dongeng. Jika dongeng identik cerita fiksi. Maka, berkisah bisa mencakup fiksi dan non-fiksi. Jadi, mendongeng itu sendiri sudah termasuk dalam kegiatan berkisah. Jurnalis TWI: Sejak kapan sampean bergelut di dunia berkisah ini? Bunda Inari: Tahun 2017 itu kali pertama saya mencoba dunia berkisah itu. Kala itu saya memulainya dari menulis naskah berkisah. Awalnya,

Merindukan Ramadhan Sebagai Pencetak Generasi Masjid

Oleh: Woko Utoro* Pernah ada yang bercoletah bahwa jika ingin melihat karakter asli anak maka lihatlah di bulan ramadhan. Di bulan ini disebut juga bulan panen karena setiap pahala akan dilipatgandakan bahkan maghfirah turun dengan derasnya. Magfirah tersebut ibarat sebuah remisi bagi para napi untuk mendapat pengurangan hukuman. Saat inilah ramadhan bagi anak-anak justru di anggap sebagai momen bermain sepanjang waktu apalagi mereka masih sebagai individu yang mencari arti dari ibadah ramadhan seperti hal puasa, tarawih dan zakat. Maka pantas sebuah syair dari Bimbo berbunyi " ada anak bertanya pada bapaknya/ buat apa berlapar-lapar puasa/ ada anak bertanya pada bapaknya tadarus tarawih apalah gunanya". Waktu kecil tentu kita dapati masjid mushola tak pernah sepi dari aktivitas anak mulai dari ngepel, menadhomkan syair, ngaji, sholawatan, hingga tiduran. Semua terasa asyik dan gegap gempita. Tidak jarang salah satu tokoh besar sekaliber dai kondang Dr. KH. Jujun Junaedi,

Bergeraklah

Woks "Ciri utama kehidupan adalah perubahan sedangkan untuk berubah kita perlu bergerak", begitulah penggalan pesan yang disampaikan Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag (Rektor IAIN Tulungagung) dalam kesempatan mengawali ramadhan. Apa yang disampaikan beliau banyak juga diafirmasi baik secara historis, sosiologis dan psikologis. Secara historis orang-orang gesit bergerak akan lebih mudah menggapai apa yang diinginkan. Melalui pergerakanlah orang-orang bisa mengorganisir sebuah tujuan. Che Guevara misalnya ia menjadi tokoh besar di balik revolusi Kuba karena gerakan gerilyanya. Kita juga tahu saat itu Gus Dur, Megawati, Amien Rais, Sri Sultan Hamengku Buwono X dan beberapa tokoh lain merupakan aktivis yang melahirkan gerakan reformasi. Secara sosiologis orang-orang yang bergerak selalu nampak menonjol daripada yang hanya diam menunggu. Sebuah gerakan memang harus dijemput bukan ditunggu. Orang-orang yang rajin dianggap orang yang dapat mengalahkan orang pintar. Alasan sederhananya ora

Tasawuf Sebagai Jalan Pembebas Problematika Kehidupan

Woks Belum banyak kita jumpai buku-buku berjenre keislaman utamanya tasawuf yang dimaknai lewat fungsi praksisnya. Selama ini buku-buku bertema tasawuf masih terlahir sebagai sebuah narasi, metodologi, teoritis hingga sebagai pengetahuan yang sulit dipahami. Apalagi orang-orang masih meyakini bahwa tasawuf disalahpahami karena terjadi sinkretis dengan ajaran lain di luar Islam, pun seperti halnya filsafat yang selalu dianggap sesat. Saya kira kita menyambut baik dengan hadirnya buku Antologi Serpihan Perahu (2021) ini. Buku yang tergolong mini ini tentu ikut berkontribusi dalam menjawab problematika kehidupan di antaranya masalah sosial, ekonomi, ekologi, teknologi, moderasi, perempuan, hingga moralitas. Buku yang ditulis di tengah pandemi ini bisa menjadi rujukan sekaligus refleksi di mana sesungguhnya kita berada. Termasuk mengapa manusia tidak mudah menerima ketika bencana tiba, padahal sebagian dari musibah itu akibat ulah tangan mereka sendiri. Melalui buku ini mari kita sejenak

Sistem Ekonomi Berkah ala Ramadhan

Woks Ketika masuk bulan ramadhan mayoritas orang-orang bergembira tak terkecuali anak-anak dan para pedagang. Yang tidak gembira ketika ramadhan datang hanya sebagian orang yang menganggap ramadhan telah merenggut kesenangan berupa makan dan budaya pop lainya. Akan tetapi berbeda dengan pedagang mereka akan bersemangat dalam menghidupkan ramadhan tersebut. Kita tahu selama ramadhan pedagang kecil berjamuran di mana-mana di sepanjang jalan, trotoar hingga dekat mesjid selalu ramai oleh si pengais rezeki itu. Saat ramadhan memang unik jika diamati dengan saksama maka perputaran uang seolah deras mengalir. Hampir setiap pedagang terkena berkahnya semua laku tak terkecuali pedagang lauk makan, es, takjil, petasan, buah, pakaian dan lainya. Serba-serbi itu selalu kita temui disaat ramadhan tiba. Suasana yang ramai seperti pasar tumpah dengan pembeli yang berhamburan bagi orang Pantura disebut mrema/marema atau kondisi di mana jualan banyak untungnya. Mrema adalah satu istilah keberkahan ti

Majengan

Woks Saat musim panen tiba orang di desa nampak berbahagia. Yang dimaksud panen di sini adalah panen padi, sedangkan palawija tidak mengenal musim. Orang-orang di desa selalu disibukan dengan hiruk pikuk kebutuhan, pergerakan ekonomi hingga perhelatan hajatan. Kebahagiaan mereka tampak berlipat ketika harga padi melambung tinggi. Pasca panen raya pergerakan uang memang begitu mengalir deras. Bahkan orang di desa khususnya daerah kami sering berseloroh bahwa "duit wis kaya banyu" atau uang seperti aliran air deres mengalir tanpa bekas. Budaya konsumtif pasca panen memang tidak mengenal ujung. Tidak ada standar orang dalam mengeluarkan hartanya. Selama semua adalah milik sendiri orang desa pasti akan menggunakannya biasanya tanpa perhitungan yang matang. Soal hajatan misalnya di sana bisa kita lihat seberapa pun taraf ekonomi seseorang tuan hajat bisa sangat mungkin melakukan event tersebut dengan mewah, orang Jawa Ngapak sering menyebut "Bagen tekor sing penting kesohor&

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Tradisi Surak Masyarakat Pantura

Woks Keberadaan masyarakat Pantura tidak bisa dipisahkan dari lingkup sosial yang unik di pulau Jawa ini. Sebagai sebuah masyarakat pesisir mereka tentu memiliki akar kebudayaan yang panjang. Bahkan mereka pun tak kalah heroiknya dalam perjuangan menggapai Indonesia merdeka. Akan tetapi selama ini masyarakat Pantura pada umumnya dan terkhusus masyarakat ngapak ala Dermayon dan Cirebon masih terstigma kaum dengan bahasa yang kasar. Padahal selama ini rekam antropologis memang membedakan tradisi yang lahir dari pesisir, peradaban sungai, gunung, goa, dan kultur darat bagian dalam. Sebenarnya akar kebudayaan di Jawa khususnya ialah satu pintu yaitu bermuara lewat leluhur yang dulunya dihuni masyarakat kerajaan yang sudah mengenal peradaban tinggi. Lalu datanglah Islam lewat islamisasi wali songo maka terjadilah akulturasi budaya yang kental. Kita ambil saja soal tradisi surak. Di tempat lain mungkin tradisi ini pun dikenal akan tetapi berbeda penamaan saja. Surak atau dalam bahasa saya di

Nyekar: Menyemai Kembang Kerinduan

Foto: Komplek pemakaman Adipati Tulungagung di Sumbergempol Woks Seperti biasanya setiap tahun masyarakat akan mengulangi tradisi warisan leluhur untuk terus diuri-uri. Tradisi ziarah makam misalnya menjadi ritus wajib yang tidak bisa ditawar. Dengan cara itu sebenarnya leluhur mengajak sekaligus mengingatkan untuk tidak melupa segala macam kenangan selama hidup bermasyarakat. Ziarah ke makam sanak famili merupakan tradisi yang sejak lampau telah ada bahkan dalam catatan, Sayyidah Aminah binti Wahab atau ibunda Rasulullah pernah mengunjungi pusara suaminya Sayyid Abdullah bin Abdul Muthalib hingga akhirnya beliau pun menyusulnya dan di makamkan di desa Abwa. Lebih jauh dari itu sejarah juga mencatat Ka'bah sebagai baitul atiq adalah peninggalan Nabi Adam AS yang lalu pada zaman Nabi Ibrahim dan Ismail dibangun kembali, salah satu tujuannya tak lain adalah tak lupa dengan rekam jejak leluhur. Hingga saat ini Ka'bah tentu selalu menjadi tujuan ziarah umat Islam seluruh dunia. Kar

Sebuah Catatan: Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam Rangka Dies Maulidiyah MAKTA IAIN Tulungagung ke-8

Woks Alhamdulillah saya bisa hadir dalam acara majelis dzikir dan maulidurrasul saw dalam rangka Dies Maulidiyah Majelis Al Khidmah IAIN Tulungagung ke-8 (11/4/21). Acara ini biasa dihelat di kampus karena suasana pandemi maka mengharuskan memindahnya. PPTQ al Hidayah Plosokandang menjadi pilihan menempatkan acara yang sakral ini. Sejak awal hingga akhir acara saya sudah menyiapkan pena melalui note hp untuk mencatat setiap ilmu yang ada. Ketika mauidhoh hasanah yang disampaikan KH. Anang Muhsin (Pengasuh PP Lirboyo Ngranti Gondang) barulah pena itu menuliskan catatannya. Kata beliau alhamdulillah turut bahagia karena masih ada pemuda di zaman ini yang masih senang dan terus menghidupkan majelis dzikir. Karena tidak semua orang paham akan esensi majelis dzikir tersebut. Padahal jika tau bahwa majelis dzikir itu ibarat mutiara yang lagi-lagi tidak setiap orang paham maknanya. Seperti halnya sapi yang lebih mementingkan rumput dan seharusnya manusia memilih mutiara daripada rumput. Kata

Pod-Writes bersama Mas Agus Novel Mukholis: Membumikan Literasi Sekolah Untuk Menggali Potensi Siswa

Pod-writes kali ini akan membincang tentang kegiatan literasi yang ada di sekolah. Seberapa pentingnya dan bagaimana menerapkannya. Mari kita belajar bersama karena kita kedatangan tamu dari Bumi Blambangan, mari berbincang hangat dan semoga dapat menginspirasi. Jurnalis TWI: Menurut Mas Novel literasi itu seperti apa sih? Mas Novel: Ini menurut saya loh ya yang bukan ahli apa-apa, cuma manusia awam yang tertarik sama indahnya kehidupan, literasi yang dimaknai tentu tentang dunia pengetahuan, lebih disempitkan lagi pada kegiatan membaca, menulis, menelaah, menganalisa, meneliti, menyimpulkan, mengilmiahkan, dan apapun itu bentuk istilahnya yang mengarah kepada satu konsep mengenai pengetahuan untuk perubahan tatanan peradaban manusia. Tapi ternyata tanpa disadari Tuhan pun memberikan perangkat yang lengkap untuk kita berliterasi.  Kehidupan adalah ruang luas untuk kita berliterasi. Maka tak heran jika wahyu yang pertama kali turun adalah "iqro", itu lebih luas maknanya dari