Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2023

Menjadi Wali Jalur Anak-anak

Woko Utoro Suatu waktu kiai kami sering berkisah bahwa tidak setiap orang diberi amanah untuk mendidik anak-anak. Beliau mengistilahkan amanah dengan "kederajatan". Jadi hanya orang-orang pilihan lah yang akan Allah berikan untuk membina anak-anak. Berkaitan dengan pendidikan anak saya memiliki teman yang hingga detik ini masih berjuang dalam majelis pengajian. Beberapa teman saya memang tengah diberi amanah oleh Allah dititipi anak-anak mengaji setiap selesai shalat magrib. Saya berkata dalam hati alangkah beruntungnya teman-teman tersebut. Sebab mendidik anak adalah tugas mulia. Di zaman digitalisasi seperti saat ini mendidik anak tidak mudah. Kahlil Gibran menyebut jika dulu mendidik anak membutuhkan satu kampung maka kata Savic Ali di era digital mendidik anak membutuhkan satu dunia. Terlebih dalam pendidikan agama. Saya mensupport sepenuhnya pada teman-teman yang tengah berjuang mendidik anak-anak. Karena hanya orang ikhlas lah yang akan mampu mengemban amanah tersebut.

Belajar Dari Para Perintis

Woko Utoro Jika kita membaca kembali bahwa dalam Pramuka penegak terdapat 5 tingkatan sangga. Di antara 5 sangga tersebut yaitu perintis, pencoba, pendobrak, penegas dan pelaksana. Masing-masing sangga memiliki arti serta latar belakang tersendiri. Di antara 5 sangga tersebut saya memiliki kisah teman-teman yang menegaskan sebagai seorang perintis. Para perintis tersebut yaitu A' Irfan Ependi dan A' Abdul Hanafi al Ayyubi. A' adalah sebutan Mas atau Kakak dalam bahasa Sunda. Pertama dua mereka mengatakan bahwa kami bukan pewaris ataupun penerus. Yang jelas mereka adalah perintis atau sebuah fase pertama jika merujuk dalam sistem sangga. Anda mungkin tahu bagaimana seorang perintis di masa-masa awal. Terlebih ketika merintis sebuah usaha ekonomi, bisnis. A' Irfan misalnya, ia merintis sebuah usaha rumahan olahan seafood dan seblak (makanan terbuat dari bahan kerupuk yang dimasak). Sedangkan A' Ayyub ia merintis usaha Ayam Bakar dengan nama ABG. Kedua mereka berkisah

Teteh Nurul Sosok Inspiratif dan Bersahaja

Woko Utoro Ketika Teh Nurul memasuki ruangan diskusi aura secepatnya berubah. Terlebih ketika beliau memulai kisahnya saya langsung panas dingin. Saya hanya bisa tertunduk lesu. Saya seperti sedang ditampar oleh angin sepoi namun begitu sakit. Saya mengibaratkan kisah Teh Nurul bagai padang tandus ribuan tahun basah seketika oleh tetesan hujan. Apa yang disampaikan Teh Nurul nampaknya membuat saya secara pribadi seperti kesambar petir. Terlalu banyak teoritis yang saya sampaikan sedangkan Teh Nurul begitu aplikatif. Tentu di sesi ini saya belajar banyak hal utamanya soal niat, motivasi, usaha, doa dan tawakal. Sepanjang perjalanan saya hanya bisa mematung mengapa Teh Nurul bisa seluwes itu dalam penyampaiannya. Bahkan mayoritas audiens pun dibuat terkagum oleh beliau. Saya lantas ingat. Dalam keheningan seketika itu. Teh Nurul pernah saya melihatnya dulu ketika ayahnya, Ustadz Misbahuddin (Guru Fikih) sering membonceng menggunakan motor Honda di saat masih mengajar di MTs NH Gantar. Sa

Catatan Sharing Inspirasi bersama Salimah

Woko Utoro Tepat 26 Desember 2023 di hari Selasa saya merasa terhormat bisa diundang dalam acara sharing inspirasi yang diadakan Salimah. Acara tersebut lebih tepatnya Ngobras "Ngobrol Bareng Salimah". Acara tersebut berlangsung di Elvano Cafe Blok Nambo Gantar. Salimah adalah organisasi perempuan yang sering disebut persaudaraan muslimah. Organisasi ini didirikan sejak tahun 2000 sebagai respon atas segala problematika sosial khususnya perempuan, anak dan remaja. Acara ini diisi oleh dua narasumber muda pertama saya sendiri dan Teh Nurul Afifah, Lc. Acara ini awalnya diperuntukkan bagi kaum muda milenial. Akan tetapi H-1 panitia yang dimotori Teh Rizka memberi tahu jika 70 % peserta berasal dari ibu-ibu. Akhirnya secara pribadi saya memutar otak bagaimana dan apa yang akan saya sampaikan. Kendati saya paham bahwa tema yang dibawa panitia adalah tentang meraih mimpi. Di sini pula saya sedikit grogi karena di antaranya yang hadir terdapat guru SD saya yaitu Ibu Weni Ipah serta

Menakar Rezeki Yang Tak Terduga

Woko Utoro Dalam hidup kadang kita hanya bisa menebak. Dalam hal apapun manusia hanya bisa memprediksi. Tapi semua yang dilakukan itu hanya sebatas kemampuan. Manusia baru berada di level praduga, kira-kira, mungkin saja atau apapun itu yang bersifat belum pasti. Sedangkan kepastian mutlak milik Allah termasuk perihal rezeki. Rezeki tidak dimaknai uang melainkan bisa apa saja. Kita sering berpikir bias bahwa rezeki harus berupa materi, uang atau kesenangan. Padahal rezeki itu bisa berupa pertemanan, kesempatan hingga musibah. Musibah bisa dikatakan rezeki karena di sana terdapat hikmah. Hikmah itulah bisa dimaknai rezeki tersembunyi yang datang untuk membuka pikir dan mendewasakan diri. Dalam al Qur'an ada salah satu kata favorit yang sering kita dengar yaitu "min haisu la yahtasib" atau jika diartikan bahwa rezeki itu kadang datang dari sesuatu yang tak disangka-sangka. Menurut Muhammad Muhyiddin dalam bukunya Metafisika Bisnis Bersama Allah (2009) "min haisu la yah

Menerjemah Ibu

Woko Utoro Sudah banyak orang menulis ibu. Sudah tak terhingga berapa puisi dihasilkan. Sudah lebih dari mengapa orang menulis tema ibu. Dan jawaban itu tak akan pernah habis. Ibu lebih dari sekadar tulisan. Ibu lebih dari sekadar puisi untuk menggambarkan keluhurannya. Dan ibu lebih luas dari sebuah tema apapun. Ibu adalah kalimat tanpa tanda titik. Karena ibu seorang perempuan sejati. Di saat aku jauh ibulah nama pertama yang disebut. Dengan namanyalah aku berwasilah. Setelah nama nabi disebut nama ibulah yang ku sebut juga. Ketika aku sakit ibulah yang merasakan sakitnya. Katanya seraya mengangkat telepon, "Kamu sakit ya". Ibu memang sensitif. Ibu sangat peka dengan segala keadaan anaknya. Ibu memang begitu. Beliau tak akan pernah habis bahan bakar untuk mencintai. Tugas mulia seorang ibu memang mencintai dan menyayangi. Ketika hidupku terasa sumpek ibulah yang ku hubungi pertama. Aku membutuhkan suaranya. Karena suara ibu terlahir dari surga. Petuahnya adalah kesejukan ba

Beragama dengan Santai (Sebuah Catatan di Kereta Api)

Woko Utoro Setiap perjalanan dengan moda transportasi apapun yang saya tunggu adalah penumpangnya. Kali ini saya pulang kampung dengan naik kereta api. Dalam benak saya bertanya akan ada kejutan apa dengan penumpang kali ini. Ternyata benar saja setiap perjalanan selalu dapat pengalaman sekaligus pengetahuan. Saya kebetulan duduk di gerbong dua kursi 10A. Di kursi tersebut saya duduk bersama seorang ibu dan bapak yang keduanya berasal dari Malang tapi beda tujuan. Si bapak tujuannya yaitu Jakarta dan si ibu Caruban. Sedangkan penumpang lain di kursi yang sama yaitu tujuan Tegal dan Kendal. Di sinilah awal dari perbincangan kami ketika saya ditanya dari mana. Spontan saya menjawab dari Indramayu, dekat Pondok Al Zaytun. Mendengar nama Al Zaytun mereka langsung tercengang dan bertanya-tanya pada saya. Akhirnya satu persatu pertanyaan saya jawab. Intinya tidak sampai menimbulkan kegaduhan bahwa apa yang selama ini mereka ketahui dari media tidak sepenuhnya benar. Setelah itu barulah topik

Relasi Pesantren dan Keberkahan

Sore itu di Pondok Ngunut yang asri (Foto Dokri) Woko Utoro Entah sejak kapan istilah berkah ditemukan. Termasuk apakah keberkahan hanya dikenal di dunia pesantren. Tentu ini akan menjadi pembahasan yang menarik. Berkah atau barokah dalam bahasa Arab dikenal dengan ziadah al khair yang berarti bertambahnya kebaikan. Istilah tersebut sangat populer dan bahkan diyakini oleh banyak orang sebagai kata magis. Di masyarakat kita keberkahan sangat kental dengan tradisi yang berkembang. Utamanya tradisi keagamaan seperti tahlilan, haul, manaqiban, sholawatan hingga asmaan. Tentu hal itu sangat dekat dengan dunia pesantren. Maka dari itu ada opini jika pesantren mati maka keberkahan pun turut mati. Secara sederhana bisa jadi mungkin karena pesantren dikenal dengan rumah keberkahan. Tidak sedikit orang tua yang menginginkan anaknya mondok atas nama ngalap berkah. Mereka rela bekerja keras asalkan anaknya mau mondok. Tentu persepsi lama sudah berkembang bahwa ada perbedaan antara memondokan anak

Review Buku Jejak Perjalanan Kopdar SPK Ke-10

Woko Utoro " Perjalanan seribu mil tentu dimulai dari satu langkah "-Confusius Pepatah tersebut berasal dari negeri Cina yang menandai akan sebuah proses. Jika dalam Islam untuk menyebut karya utama Tuhan tentu dimulai dari titik. Sebagus apapun gambar atau seabstrak mungkin toh gambar berawal dari titik, lalu bersambung menjadi garis, membentuk bangun hingga jadilah ruang karya. Begitu pula buku di tangan pembaca ini yang dihasilkan dari sebuah perjalanan. Sepanjang perjalanan tentu diawali dengan langkah pertama: biasanya disebut niat. Buku Jejak Perjalanan Kopdar SPK Ke-10 ini ditulis oleh Siti Rodi'ah. Beliau yang memiliki latar belakang pendidik telah menyadari akan arti penting catatan. Maka dari itu inilah waktunya menuliskan buah perjalanan. Seberapa sederhananya yang jelas perjalanan akan selalu memiliki arti. Salah satu cara mengabadikan perjalanan adalah dengan menuliskannya. Dan energi perjalanan harus disebarkan lewat media sosial. Agar orang tahu bahwa dari

Liburan dengan Berdaya dan Berkarya

Woko Utoro Malam itu saya berkesempatan hadir di acara penutupan Ta'lim Pesantren Subulussalam. Acara yang sebenarnya sempat saya hindari karena pasti bakal ramai. Ternyata benar saja mayoritas santri putri sudah memenuhi aula bahkan sampai luber ke jalan depan pondok. Tapi bagaimanapun itu yang jelas malam tersebut begitu asyik. Ketika datang iringan musik hadrah bertalu merdu. Mbak-mbak santri melantunkan syair begitu indah. Hingga akhirnya acara seremonial dimulai dengan pembukaan, qiraatul Qur'an, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, mars Subulussalam, sambutan dan penampilan santri. Terakhir ditutup dengan mahalul qiyam oleh santri putra. Dari rangkaian itu saya fokus dengan pesan Abah Zainal Abidin selaku pengasuh Pesantren Subulussalam perihal mengisi liburan. Beliau berpesan bahwa ta'lim secara formal memang ditutup tapi sejatinya mengaji itu tiada berakhir. Ngaji di manapun harus tetap berjalan dan tidak boleh putus. Di saat liburan tiba jangan lupa untuk t

Membaca dan Keimanan Kita

Woko Utoro "Mau bahagia, bercintalah dengan buku" - Kang Maman Suherman Kalimat pembuka dari Kang Maman tersebut terasa begitu substantif, menyentuh ke relung terdalam. Kalimat tersebut sekaligus menampar kejiwaan kita yang sadar tapi cepat kabur. Sebab persoalan membaca masyarakat kita masih di level bawah. Ya, persoalan buku pasti berelasi dengan membaca. Karena sebelum membaca realitas di masyarakat secara lebih luas buku adalah pijakan awalnya. Buku menuntun pembaca menembus ketidaktahuan. Sehingga orang yang memiliki tradisi membaca akan lebih mudah terbuka terhadap perubahan. Ciri manusia modern adalah adaptif dan mudah menerima hal baru. Dengan segala kemungkinan itulah akhirnya membaca menjadi hal penting yang harus dimiliki setiap orang. Seberapa tidak pentingnya yang jelas membaca itu mengajak orang mendayagunakan akal pikirannya. Menjadi pertanyaan mendasar adalah mengapa urgensi membaca selalu tidak berbanding lurus dengan minat orang-orang. Seharusnya jika setiap

Membaca Alat Menjangkau Semesta

Woko Utoro Dalam Islam untung saja wahyu pertama berbunyi, "Bacalah" bukan peranglah atau kayalah. Jika sampai wahyu pertama berisi peranglah atau perintah lain terkait dengan materi maka bersiaplah dunia chaos. Personal baca saja manusia masih abai apalagi soal lainnya yang terasa esensial. Orang masih menganggap bahwa membaca adalah tugas akademisi. Anggapan bahwa membaca hanya untuk kaum terdidik adalah salah. Membaca justru perintah untuk semua. Perintah membaca tentu bukan sekadar mendaras buku hingga khatam. Atau membuka tumpukan koran dan majalah. Akan tetapi lebih jauh yaitu membaca realitas ketuhanan yang ada di alam. Hanya lewat membaca manusia akan tahu proses panjang gejala alam termasuk budaya yang dilahirkannya. Sehingga membaca itu spektrumnya menyentuh ke segala sisi kehidupan. Dengan membaca orang yang lupa jadi ingat, yang tidak tahu menjadi tahu atau hidup semakin hidup. Di tengah gejala digitalisasi yang mencemaskan. Membaca seharusnya menjadi garda terdep

Buku : Cara Memasuki Semesta

Woko Utoro Sejak di sekolah dasar kita sering membaca kalimat menggugah, "Buku adalah jendela dunia". Kalimat bergizi itu entah apakah sudah jadi fosil di saat kita dewasa. Di saat hidup dihadapkan dengan materi dan kebutuhan. Apakah kalimat tersebut masih bertaji untuk terus memandu kita menyusuri sudut-sudut dunia. Entahlah, rasanya kalimat itu hanya ampuh saat dibangku sekolah dengan segala formalitas nya. Membaca buku padahal merupakan sebuah keharusan sebagai cara mendisiplinkan diri. Cara itulah bagi sebagian orang adalah obat mujarab bagi kelangsungan hidup berbangsa bernegara. Buku tidak sekadar jendela dunia. Menurut Co founder Periplus Bookstore Judo Suwidji, buku lebih dari jendela dunia. Buku adalah pintu semesta yang membukakan jalan pikiran. Buku bukan alternatif sebagaimana jendela menjadi pentilasi udara. Buku adalah utama. Buku adalah pintu gerbang memasuki pengetahuan. Bangsa yang maju yaitu bangsa yang menempatkan tradisi membaca sebagai budaya. Bangsa yang

Filsuf Itu Akhirnya Merantau

Woko Utoro "Satu persatu sahabat pergi, dan takan pernah kembali..." Iwan Fals. Penggalan lagu Ujung Aspal Pondok Gede  milik Iwan Fals tersebut sepertinya cocok untuk menggambarkan suasana malam itu. Malam terakhir kita berjumpa di Tulungagung dan entah kapan akan terulang lagi. Malam yang sebenarnya selalu saya hindari. Atau lebih tepatnya momen perpisahan yang saya sadari semua begitu berat. Sesekali saya bertanya mengapa ada istilah pisah kenang jika benar-benar harus berpisah. Mengapa tidak cukup mengenang dan tak usah berpisah. Nyatanya memang susah. Malam itu setelah dikabari bahwa salah seorang teman kami akan pamitan tentu saya bergegas. Angkringan Otomotif menjadi saksi pertemuan terakhir tersebut sebelum ia bertolak ke negeri Ginseng, Korea. Ya, Ahmad Asrori atau kami biasa memanggilnya Kak Aas malam itu mengajak ngopi Heru dan saya. Katanya itung-itung pamit kepada kawan yang telah lama menjadi lawan diskusi. Tentu momen ini amat langka dan mahal maka saya secara

Review Buku Journey of Literation

Woko Utoro Membaca buku karya Fahma Maulida berjudul Journey of Literation ini menarik. Pasalnya buku ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi. Tulisan yang inspirasinya berasal dari keseharian mulai dari kuliah, ngaji, liburan hingga aktivitas di rumah. Saya menyebut tulisan Fahma Maulida ini sebagai bentuk apresiasi terhadap diri. Di tengah banyak orang tak peduli Fahma Maulida justru memungut setiap hikmahnya dengan sebuah tulisan. Buku yang terdiri dari 28 judul tersebut ditulis secara ringan dan sederhana. Mungkin bagi orang lain buku tersebut adalah catatan biasa. Akan tetapi bagi penulisnya buku tersebut adalah permulaan agar kita semangat berkarya. Karya bisa dalam bentuk apapun dan terpenting adalah menunaikannya. Fahma Maulida setidaknya menunaikan minimal pada diri sendiri bahwa catatan dalam bentuk apapun sangat penting untuk diarsipkan. Ini bagian dari sejarah hidup yang tak boleh dilewatkan. Seperti judul utama buku ini merekam perjalanan penulisnya mengarungi samudera

Review Buku Semua Guru Semua Murid

Woko Utoro Setiap orang yang kita temui adalah guru. Begitupun setiap orang yang berguru adalah murid. Demikianlah ilustrasi yang banyak ditemukan dalam buku karya M. Husnaini & Nasaruddin Idris Jauhar. Buku sederhana namun memiliki pesan dan hikmah luar biasa. Buku yang ditulis dengan bahasa sangat mudah dipahami tapi kaya akan petuah hidup. Buku yang terbit tahun 2023 tersebut terdiri dari 3 bagian yaitu belajar pada sosok inspiratif, belajar pada sosok yang tak biasa dan belajar dari sebuah peristiwa. Tiga bagian buku tersebut ditulis berdasarkan pengalaman hidup dua penulisnya. Kebetulan kedua beliau memiliki konsentrasi yang sama dalam dunia literasi. Tulisan yang memiliki latar belakang Jogjakarta, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan hingga Malaysia tentu membawa pembaca kaya akan ragam pelajaran. Dalam buku ini selain belajar kepada tokoh besar seperti Prof Azumardy Azra, Prof Imam Suprayogo, Buya Yunahar Ilyas, Hernowo Hasyim dll juga belajar kepada sosok di sekitar kita. Tentu ki

Healing : Bicara Pendidikan dan Kuliner

Woko Utoro Siang sekitar jam 9 saya dan Mas Roni bertolak ke SDN 1 Kiping Gondang Tulungagung. Tujuan kami ke sana atas kebutuhan MoU program SPK Goes to School atau bincang hangat seputar literasi. Kami sengaja diminta datang ke sana atas undangan awal antara pengurus SPK dan lembaga sekolah. Kebetulan Ibu Nikmatul Khotimah, M.Pd adalah kepala sekolah sekaligus bendahara SPK yang baru. Maka atas dasar itu kami langsung akrab bicara ngalor ngidul tentang kehidupan. Singkat kisah sampai di sana kami berbincang hangat seputar literasi di ruang kantor. Kebetulan siang itu guru-guru berada di kelas guna mengawas siswa yang sedang ujian. Maka tak perlu waktu lama kami dan kepala sekolah langsung membahas apa saja yang nanti dipersiapkan ketika acara literasi berlangsung. Di momen inilah pikiran saya melayang ternyata banyak hal yang menjadi PR sekaligus catatan untuk segera dituliskan. Pertama , mengapa istilah literasi tidak populer di pendidikan dasar? padahal literasi adalah dasar dari p

Filsafat Emperan

Woko Utoro Suatu saat di sebuah warung tegal saya menyaksikan sebuah parade kesederhanaan. Si bapak pemilik warung menyetel musik campursari. Dengan segelas kopi pahit di depannya dan beberapa buah gorengan membuat suasana begitu kudus. Si bapak menikmati kesederhanaan itu di emperan warungnya. Emper atau emperan dalam bahasa Indonesia dikenal dengan teras. Emperan merupakan bagian dari rumah yang umumnya berada di depan. Akan tetapi tidak sedikit pula yang menempatkan emper di samping atau belakang rumah. Intinya emperan itu adalah bagian dari atap rumah yang ukurannya lebih kecil atau kita sering menyebut dengan serambi. Lantas apa istimewanya emperan? Kita tentu ingat Filosofi Teras karya Henry Manampiring. Sebuah buku yang menyajikan filsafat Yunani & Romawi dan lebih khusus aliran Stoa, Stoisisme. Filosofi teras (Stoa) menurut aliran Stoisisme adalah upaya seseorang untuk keluar dari emosi negatifnya. Dalam makna lain Seneca memberi pencerahan bahwa kadang kita terlalu membua

SDN 1 Ringinpitu Dalam Berita

Berikut adalah catatan berita dan perjalanan SDN 1 Ringinpitu semoga bermanfaat : http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/hgn-78-sdn-1-ringinpitu-berlangsung.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/sdn-1-ringinpitu-ikuti-kirab-budaya-2023.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/catatan-bimtek-penguatan-pendidikan.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/persami-di-sd-negeri-1-ringinpitu-asyik.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/sdn-1-ringinpitu-adakan-anbk-kelas-5.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/sdn-1-ringinpitu-memeringati-hari_8.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/sdn-1-ringinpitu-memeringati-hari.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/sdn-1-ringinpitu-memeringati-hut-ri-di.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/11/sdn-1-ringinpitu-sabet-juara-2-mhq.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/07/jadi-guru-itu-harus-luwes.html .. http://ringinpitusatu.blogspot.com/2023/06/purna