Langsung ke konten utama

Khotbah Kerinduan




Woko Utoro

Hai orang-orang yang merindu
ku kabarkan kepada mu
tentang sebuah perasaan yang tak bisa dimengerti
tapi bisa dipahami
walaupun sedikit saja
perasaan yang kadang datang lalu pergi
perasaan itu adalah tentang kenangan 

Jika kenangan berbentuk kotak
mungkin aku membayangkan berpaku di depannya
ku pandangi kotak itu dengan saksama
ku lihat di setiap sudutnya
ku elus-elus dengan sepuasnya
hingga aku memeluknya 

Atau bahkan sesekali ku isi uang koin
agar kenangan tak cepat sirna
atau ku masukan dalam museum 
agar kenangan terus awet muda
tapi seketika aku bertanya, bagaimana mengawetkan kenangan?

Tentu aku tidak berpikir kenangan disiram formalin
atau seperti orang culas yang menggandakannya
apalagi sampai merantai dan menggemboknya

Aku lantas sadar bahwa kenangan hanya satu kali
karena satu kali maka wajar manusia mengenangnya
kenangan memang nikmat
di saat kita mengingatnya
kadang ada air mata
kadang ada tawa
kadang menjadi tiada
lantas di mana rindu berada?

Rindu berada di sanubari
sudah bersatu bersama kenangan
sesekali bongkahan kenangan menyeruak
tanpa disadari
tanpa diminta
itulah kenangan
merindu tanpa bisa dipahami
kecuali oleh pertemuan

Tapi lagi-lagi aku sadar bahwa kenangan tak bisa diulang
seketika diulang rasa kenangan tak akan sama
kenangan memang bersifat orisinil
murni bermukim di dalam hati
hidup hinggap ribuan tahun
dan hanya sesekali beterbangan ke dalam hati yang rindu
hanya hati bersih yang mampu menangkap kenangan
hati yang sedalam samudera seluas cakrawala

Srigading, 4 Desember 2023


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde