Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Diary Kecil

Tugas Menulis Oleh Woko Utoro Senin, 28 November 2016 Sebuah pilihan             Hidup adalah pilihan begitulah orang bijak sering mengingatkan kepada semua orang. Pilihan dalam kehidupan ini hanya ada dua, kalau tidak benar ya salah, atau ya dan tidak. Masalah dengan sebuah pilihan saya dan semua orang pasti akan mengalami peristiwa dimana seseorang akan menentukan pilihanya. Ketika seseorang memilih antara tepat dan tidak tepat dan ia kebetulan memilih dan hasilnya tidak tepat ia harus di acungi jempol karena ia sudah memilih, berbeda dengan orang yang tidak mengambil keputusan.             Dari kacamata orang lain, bahkan diri saya sendiri ketika mengambil sebuah tindakan yang mana harus melibatkan seluruh elemen tubuh untuk menentukanya, yaitu ketika saya harus memilih antara yang pokok dan yang biasa, namun yang biasa itu membutuhkan skala prioritas. Saya akui bahwa mengenyampingkan sesuatu yang pokok seperti kuliah adalah hal yang tidak di benarkan dari segi etika d

Memori Pondokku

Jejak Malam Oleh: Woko utoro Senja telah menyambutku dengan hangat Yang telah menghantarkan aku di suatu tempat Dimana tempat itu adalah kawah ilmu agama Yang telah lama aku idam-idamkan …Keringat bercucuran tanda tak karuan …Ku ambil wudhu lalu sembahyang …Dzikir-dzikir dan lantunan do’a ku panjatkan …bersama alunan melodi asrama yang bersahaja Ku ambil lembaran   kitab di baca dan dengarkan Walau kadang hati tak paham Perasaan mengantuk selalu mewarnai Namun semua itu hilang dengan es yang menyejukan 3000 rupiah buat nasi jangan si mbah depan jalan …Berpadu dengan suara kendaraan hilir mudik …Tak ada angin malam yang sedikit saja mencolek …Yang ada hanya keramik marmer yang mendinginkan Kau telah mengajarkanku pendidikan Sederhana dan berarti Bahwa di luar sana jauh lebih panas, jauh lebih gelap Apakah malam-malamku di penuhi keraguan Mudah-mudahan tidak Aku rindu malam sejukku     *PP.Panggung,17 November 2015       Apa kabar? Pondok Panggung Sugeng enjing…             Pond

Rindu Pak Kiai

Al-Qubangsary Oleh Woko Utoro Nitip do’a lan fatihah ya nggo bapak :’) Saat seperti inilah kebencianku mulai ada untuk sepi sendiri, kemudian terlihat bayang sosok yang tertanam dalam hati. Seakan daku tak dapat menyeka air mata ini, aku merindu. …Ketika saat ini pula, walau aku tak merasakan, tetapi aku merasa ada sayap yang patah, lalu aku sulit dan mencoba terbang, dan biarkan merindu dalam diam. Tiga tahun terakhir aku tak bertakbir seperti di sana. Ah…hanya sunyiku yang menjadi saksi. Namun ada saja yang mengirimkan lantunan itu padaku, apalah daya aku tak bisa menolak, …Mereka memang tak seharusnya tahu apa yang ada. Aku tahu semuanya hanya angin yang berhembus namun saat ini aku harus benar-benar menjadi tanah yang di pijak tanpa kenal protes. Tuhan, salahkah aku merindu? Bahkan datang pada mimpipun beliau bel u m tentu ingin berjumpa. …Walau aku bertemu dengan beliau hanya sebentar, namun dengan kehadiran anaknya cukup menghangatkanku padanya. Ah…aku hany