Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2023

Cara Menikmati Hujan

Woko Utoro Penghujan telah tiba. Air mengalir begitu deras dari langit. Bumi yang telah lama bertaman gersang seketika girang ditimpa hujan. Begitulah kisahnya, rintik rindu bertemu menumbuhkan pepohonan. Saat hujan tiba memang selalu saja teristimewa. Walaupun secara sadar ada orang kecewa karena hujan. Ahh hanya orang-orang culas yang tak tau arti rasa syukur. Padahal hujan hanya datang ketika tiba musimnya. Hujan tak pernah ingkar janji. Maka tak salah jika Ebit G Ade mempertanyakan sambil merapal roda zaman, "Mendung, benarkah pertanda akan segera turun hujan?". Begitulah hujan, sederhana namun istimewa. Kata Mbah Sujiwo Tejo, "Sangat merugi di kala hujan, air mata tak jadi puisi". Sebuah ungkapan bahwa hujan dan kemarau tak perlu disesali. Musim itu hanya datang ketika Tuhan meminta. Walaupun seribu menyan dibakar, doa dan mantra dihajatkan serta sesaji dihidangkan jika Tuhan tak ingin hujan maka air selalu tertahan. Hujan itu seperti anak kecil yang kadang mer

Catatan Bimtek Penguatan Pendidikan Inklusi

Woko Utoro Beberapa waktu lalu saya mendapatkan pengetahuan baru. Kali ini saya menjadi delegasi untuk mewakili lembaga pendidikan dasar di Ringinpitu. Perwakilan tersebut yaitu dalam rangka Bimtek Penguatan Pendidikan Inklusi bertempat di Aula Lantai 2 Diknas Kabupaten Tulungagung. Acara tersebut dihadiri oleh seluruh perwakilan guru dari 3 kecamatan yaitu Kedungwaru, Boyolangu dan Pagerwojo. Adapun narasumber pada acara tersebut ialah Miss Inne Debora (KS Nobel Elementary School), Ibu Sri Rahayu (KS TK ABA Pelangi) dan Pak Yos Yahyadi (KS SD Alam Mutiara Umat). Ketiga narasumber tersebut merupakan anggota dari Pokja Pendidikan Inklusi Kabupaten Tulungagung. Ketika di dalam aula kebetulan saya duduk bersebelahan dengan guru dari SDN 1 Serut. Di sini kita berbincang hangat tentang pendidikan inklusi yang ternyata baru pertama kali diketahui sang guru. Alhamdulillah saya mengetahui beberapa walaupun tidak banyak dari pengalaman tempo hari. Bagi saya seperti yang disampaikan Miss Inne ba

Aksi Damai dan Doa Bersama Untuk Palestina

Woko Utoro Tepat di hari minggu pagi 26 November 2023 di Alun-alun Tulungagung diselenggarakan acara aksi damai dan doa bersama untuk Palestina. Acara semacam ini tentu tidak hanya digelar di Tulungagung melainkan hampir seluruh wilayah Indonesia dan dunia. Sebuah aksi solidaritas warga Muslim untuk bangsa Palestina yang sedang dijajah oleh Zionis Israel. Acara semacam ini selalu menyedot perhatian banyak orang termasuk di Tulungagung. Salah satunya acara ini diikuti oleh seluruh umat Islam berbagai ormas di antaranya MUI, NU, Muhamadiyah, Al Irsyad, LDII dan lainnya. Aksi solidaritas utamanya pada Palestina memang membawa empati kolektif. Terlebih peran media membuat suasana batin diaduk-aduk. Seolah setiap bangsa yang masih berperasaan merasakan pilu mendalam. Hal itu tentu tidak terketuk pada negara Uni Eropa, Amerika dan negara Liga Arab. Selama ini Indonesia, Iran dan Turki masih menjadi tiga dari banyak negara yang konsisten membela Palestina. Dengan segala macam dinamika tentu p

Pesantren Egaliter

Woko Utoro KH Anwar Zahid, penceramah kondang asal Bojonegoro selalu mengkampanyekan pesantren sebagai lembaga pendidikan utama. Bagi beliau pesantren bukan lembaga pendidikan alternatif apalagi pilihan terakhir. KH Anwar Zahid beralasan bahwa pesantren sudah terbukti manjur mampu menyelamatkan moralitas peserta didik di tengah arus modernisme. Akhlak atau moralitas memang lebih diutamakan daripada ilmu. Bagi dunia pesantren akhlak adalah utama terlebih di zaman ini soal etika sudah mulai luntur. Bangsa yang sejak lama dikenal ramah justru mendapat julukan pemarah. Salah satu hal mengapa stigma tersebut terjadi karena pendidikan formal tidak mampu adaptif dan terlambat merespon arus digitalisasi. Sedangkan jika bicara pesantren justru menjadi lembaga yang tetap eksis sekalipun zaman silih berganti. KH Anwar Zahid selalu sangsi sekaligus mempertanyakan mengapa sistem pendidikan nasional hanya mengutamakan akademik, padahal penempaan akhlak lebih utama. Termasuk mengapa pendidikan formal

Mempertanyakan Kesejahteraan Guru

Woko Utoro Hari ini tepat 25 November 2023 diperingati sebagai Hari Guru Nasional. Hari di mana seharusnya para guru bersuka cita atas pilihannya mendidik. Tapi fakta di lapangan menyebutkan bahwa kesejahteraan terhadap seorang guru masih jauh. Guru sebagai elemen tak terpisahkan dari dunia pendidikan justru masih terus berjuang mengapai kesejahteraannya entah sampai kapan. Mengapa kesejahteraan guru perlu dipertanyakan? Karena semua berkaitan dengan perkembangan dan kualitas pendidikan. Selama ini guru masih kesulitan untuk mengembangkan potensinya karena kesejahteraan belum tercapai. Akibatnya banyak peserta didik yang terbengkalai dan dilayani tidak sepenuh hati. Coba jika kesejahteraan guru sebagai tenaga pendidik telah baik maka kualitas pendidikan pun akan baik. Kesejahteraan guru tidak hanya berkaitan dengan psikis psikologis tapi kompleks meliputi sosial dan agama. Orang yang sudah sejahtera lahir batin akan cenderung melayani sepenuh hati walaupun mungkin kekurangan. Sedangkan

Jamaah Jamaah

Woko Utoro Setelah magrib pengajian dimulai. Seperti biasa Abah langsung menghentikan pengajianya setelah membaca tafsir Jalalain. Padahal ada satu kitab lagi yaitu Abi Jamroh yang harusnya dibaca. Tapi beliau langsung meneruskan dawuh-dawuhnya. Dalam dawuh tersebut beliau agak sedikit kesal kepada kami yang hampir tiap hari tidak ada perubahan. Beliau mengatakan pada kami untuk rajin shalat berjamaah. Kata beliau jangan sesekali menyepelekan shalat jamaah. Saking pentingnya maka pola tidur harus dimanajemen sebaik mungkin. Karena jamaah itu indikator seorang Muslim. Banyak fadhilah orang yang mau jamaah. Salah satu keutamaan shalat berjamaah adalah dilancarkan rezekinya dan di akhirat mampu melewati jembatan shiratal mustaqim secepat kilat. Abah memang selalu berpesan berkaitan shalat berjamaah. Sebab di zaman akhir orang shalat itu sudah semakin sedikit. Apalagi di waktu shubuh bisa dihitung hanya imam dan makmum. Mengapa jamaah itu penting, karena dengan bersama adalah membentuk p

Menjadi Pembaca Menjadi Penulis

Woko Utoro Dalam aspek biologis membaca menjadi kecerdasan ketiga setelah mendengar dan bicara. Sedangkan dalam agama membaca menjadi perintah pertama. Karena wahyu pertama adalah membaca maka kecerdasan ini berposisi vital dalam Islam. Tentu yang dimaksud tidak sekadar membaca buku melainkan membaca dengan dimensi lebih luas. Sudahkah kita layak sebagai mahluk pembaca? rasanya belum dan masih sangat jauh. Dalam konteks membaca buku saja manusia Indonesia masih terlampau jauh terlebih soal memahami, menelaah, menyimpulkan hingga mengkontektualkan. Padahal soal membaca ini peranya sangat vital bagi perkembangan suatu bangsa. Secara lebih sempit individu perlu memiliki aktivitas membaca. Karena membaca seseorang akan mendapatkan dampak luar biasa minimal dalam hal berpikir terlebih sikap dan tindakannya. Membaca adalah aktivitas yang bisa dibilang wajib terlebih di dunia digital saat ini. Orang yang kurang bacaan akan lebih mudah terprovokasi oleh berita bohong. Orang yang tak pernah mem

Menjadi Pendengar Menjadi Penulis

Woko Utoro Masyarakat kita masih menjadi masyarakat pendengar. Baik dalam tradisi tradisional maupun modern mendengar masih mendominasi merekam informasi. Perhelatan pengajian misalnya bisa kita temui hampir setiap hari. Sedangkan masyarakat berjubel masih ditaraf pendengar. Atau dalam tradisi modern saat ini orang mendengar radio sudah sangat minim. Saat ini orang sudah gandrung akan fenomena podcast yang menjamur. Lantas dari fenomena itu di mana letak menulis sebagai tradisi keberaksaraan? Di sinilah jawabannya bahwa selain pendengar masyarakat kita juga masih berkutat dalam tradisi lisan yang kuat. Hampir setiap hari orang maniak bicara bahkan pada konteks lebih luas orang berebut kuasa. Siapa yang mampu mengartikulasikan zaman maka ia akan menang. Dalam kata lain siapa yang menguasai media, data dan retorika maka ia akan berjaya. Orang zaman sekarang terlalu mudah kehilangan daya kritisnya. Akibatnya studi literatur ditinggalkan dan parahnya orang lebih percaya "katanya"

Menjadi Pembicara Menjadi Penulis

Woko Utoro Bicara adalah salah satu kecerdasan manusia sesudah mendengar, mengeja dan membaca. Siapapun orang pastinya bisa bicara bahkan sejak lahir mereka sudah diajari kosa kata. Karena bicara adalah kecerdasan pertama manusia maka selanjutnya kita berpikir bagaimana pembicaraan menjadi bermakna. Salah satu kriteria pembicaraan yang bermakna adalah ketika pembicara memiliki pengetahuan memadai mengenai topik pembicaraan. Terlebih topik bicara yang dituliskan justru menjadi sebuah keunggulan. Ya, tidak setiap orang mampu sinkron antara bicara dan menulis. Ada tipe orang pandai bicara tapi macet ketika menuliskannya. Ada juga yang pandai menulis tapi kesulitan dalam menyampaikan ide dan gagasannya. Memang menulis itu tak semudah bicara. Apa sebabnya menulis terkesan lebih sulit dari bicara. Sebuah anekdot berbunyi bahwa bicara itu antara lisan dan pikiran jaraknya dekat. Sehingga saat orang mampu berorasi, beretorika berarti pikiran dan lisan mereka berjalan beriringan. Selain karena

Menjadi Pencatat Menjadi Penulis

Woko Utoro Mencatat dan menulis adalah sebuah kata yang terkesan sama secara arti. Padahal kata tersebut memiliki perbedaan sedikit dalam hal orientasi. Catat atau mencatat adalah sebuah praktek untuk merekam informasi dari berbagai sumber. Dari arti tersebut jelas bahwa mencatat bisa dari buku, apa yang di dengar, dilihat, diucapkan dan dirasakan. Sedangkan tulis atau menulis adalah sebuah kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara atau bahasa kata. Dari pengertian tersebut juga jelas bahwa menulis adalah catatan yang dibuat berdasarkan pilihan kata atau bahasa. Jika boleh disimpulkan maka spektrum mencatat lebih luas dari sekadar menulis. Karena seorang penulis berawal dari rajin mencatat setiap arus kehidupan. Lewat mencatat berarti seseorang peduli dengan sejarahnya. Menulis adalah sebuah seni mencatat dengan kata dan bahasa. Jika seseorang ingin menjadi penulis berarti mereka harus rajin mencatat. Setidaknya mencatat hal-hal

Catatan Meet Up SPK Mahasiswa

Woko Utoro Senang rasanya saya bisa bertemu kawan baru dalam bingkai literasi. Pertemuan tersebut kami buat dalam rangka mewadahi anggota baru dari SPK Mahasiswa. Tentu hal ini menjadi pekerjaan baru di luar SPK secara umum yang sudah ada. SPK Mahasiswa memang baru digagas sekitar satu minggu yang lalu tepatnya 1 November 2023. Karena terdapat kendala akhirnya pertemuan pertama secara offline dilakukan pada 11 November 2023 tepat hari Sabtu sore di Kedai Kopi Marofo Tanjung Sari. Walaupun yang hadir belum ada separuh dari keseluruhan anggota tapi secara pribadi saya senang. Setidaknya secara kuantitas orang yang mau belajar dan bergerak di bidang literasi semakin bertambah. Ini bisa jadi tanda bahwa keberadaan SPK mulai dirasakan manfaatnya. Hal itu seperti yang disampaikan Mas Roni dalam sambutannya. Mas Roni mengatakan bahwa eksistensi SPK sebagai sebuah komunitas menulis tak lain sebagai wadah berproses. Tak ada keuntungan lain mengikuti grup ini selain habitus menulis. Mas Roni men

Sebuah Reuni Kecil

Woko Utoro Sore itu selepas aktivitas yang cukup padat saya menyempatkan untuk hadir dalam acara walimah. Kebetulan seorang teman kelas kembali naik pelaminan untuk melepas masa lajangnya. Setelah undangan disebar saya memang segera mengatur jadwal untuk dapat hadir dalam acara tersebut. Salah satu motivasi tentu selain hadir memenuhi undangan juga karena bertemu kawan lama. Sore itu selepas asyar saya meluncur menuju Panggungrejo yaitu sebuah desa sebelah Barat Pinka. Ketika sampai di sana beberapa teman telah menunggu untuk masuk ke acara secara bersamaan. Akhirnya kami pun tiba di TKP dan langsung menyantap hidangan. Kami melepas rindu sambil mengingat kembali masa-masa kuliah. Di sinilah momen keakraban kembali dibuka setelah sekian lama tidak berjumpa. Kehangatan kembali diseduh setelah beberapa waktu tak bertemu. Selepas acara di rumah Mba Alfi tersebut kami pun langsung bergegas pulang. Akan tetapi sebelum itu para Emak-emak meminta kami untuk mampir ngopi. Kebetulan kali ini te

Catatan SPK Tulungagung Goes to SMPI Al Fattahiyyah 2

Woko Utoro Siang itu suasana panas masih menyelimuti. Sepanjang jalan debu beterbangan. Angin pun nampak minim untuk berhembus. Kami pun berpacu dengan waktu bergegas menuju SMPI Al Fattahiyyah untuk mengisi sesi kedua dalam bincang literasi. Kendati perjalanan kami ngebut ternyata di sesi 2 ini kami telat. Maklum saja medan yang lumayan jauh ditambah bukan pembalap mengharuskan kami kalah oleh waktu. Singkat kisah saya dan Mas Roni langsung tancap gas mengisi bincang literasi di edisi kedua. Kali ini bincang literasi bersama OSIS SMPI Al Fattahiyyah. Secara kuantitas lebih dari 15 siswa dan bertempat di area utama masjid. Secara terbuka di sini kami langsung berbincang dengan para siswa putra dan putri. Untuk materi pun berkaitan dengan puisi. Materi yang sebenarnya bukan bidang kami secara khusus. Di awal Mas Roni bicara terlebih dahulu dan saya giliran kedua. Mas Roni tidak menjelaskan tentang puisi melainkan menulis secara umum. Menurutnya menulis adalah bagian dari kerja-kerja pen

Catatan SPK Tulungagung Goes to SMPI Al Fattahiyyah I

Woko Utoro Pada hari Selasa 7 November 2023 saya berkesempatan untuk kesekian kalinya belajar menjadi narasumber dalam sebuah acara literasi. Saya bersama Mas Roni dan Mba Eka kebetulan diminta mengisi acara atas nama Sahabat Pena Kita Tulungagung (SPEKTA). Kami diundang oleh SMPI Al Fattahiyyah Boyolangu Tulungagung. Undangan tersebut dilayangkan melalui Kesiswaan yaitu Bapak Muqoyyim atas nama Tim Literasi Bapak Zulva dkk. Ternyata kepala sekolah SMPI Al Fattahiyyah adalah Bapak KH Syafi'i Mukarrom ketua Aswaja Center PCNU Tulungagung. Tentu dengan perkenalan tersebut suasana menjadi hangat antara kami semua. Termasuk ketika kami sampai di sana sambutannya begitu luar biasa. Singkat kisah kami memasuki ruang yang sudah dihuni oleh 15 siswa siswi pilihan. Menurut keterangan siswa siswi tersebut adalah hasil seleksi dari ratusan siswa lain untuk dibekali pengetahuan seputar literasi. Kebetulan saat itu yang kami paparkan adalah seputar cerpen sesuai request panitia. Untuk pembicara

Sepeda Ria Waduk Wonorejo

Woko Utoro Sore itu suasana terik masih menjadi momok untuk ditaklukkan. Pasalnya sudah beberapa hari hujan belum juga turun. Tapi aktivitas kita tak bisa dibendung. Kali ini saya diajak teman sebut saja namanya Pepy. Ia mengajak saya jalan-jalan sore. Tujuan kami adalah waduk Wonorejo. Sebenarnya perjalanan kali ini merupakan tugas di mana teman saya adalah seorang guru PJOK. Katanya ia disuruh untuk membuat tugas bersepeda dari rumah menuju waduk Wonorejo. Perjalanan dari rumah ke waduk Wonorejo tentu diukur berdasarkan nilai di aplikasi khusus. Akhirnya kami pun berangkat dengan sepeda motor dan sepeda gowes yang disurung (derek). Kami berangkat melewati perempatan TT atau barat alun-alun Tulungagung. Kami melewati Pinka, Gor Lembu Peteng, Tiudan Gondang, hingga Kedungcangkring Pagerwojo. Asyiknya ke Wonorejo adalah karena kita bisa menikmati pemandangan yang indah. Di sepanjang jalan kita menikmati berjejeran bata merah yang dibuat oleh warga. Selain itu ketika akan sampai ke TKP k

Review Buku Obituari Prof Jazeri Sang Pemulia Bahasa

Woko Utoro Membaca buku Obituari Prof Jazeri kita akan diajak menyelami satu babak menarik dalam kehidupan. Ibarat sebuah film buku ini berisi kisah hidup Prof Jazeri sang guru besar bahasa Indonesia. Tentu lewat buku ini keluarga, sahabat dan orang terdekat bersaksi bahwa beliau adalah orang baik. Sosok santun, bersahaja, humoris, peduli, ramah, pembelajar, produktif dan banyak lagi hal baik tersemat untuk beliau. Prof Jazeri tentu bagi orang yang mengenalnya adalah sosok kebaikan tanpa tepi. Bagi yang belum mengenalnya mungkin kesaksian yang terlambat. Karena faktanya Prof Jazeri memang telah pergi menghadap illahi. Beliau meninggal setelah beberapa saat berjuang melawan sakit. Hingga akhirnya dirawat dan operasi sampai tiba berita duka tersebut. Tapi tentu beliau tidak mati, beliau masih tetap hidup diingatan keluarga, sahabat dan mahasiswanya. Lewat buku ini kita belajar tentang arti kelengkapan dan mendayagunakan. Ya Prof Jazeri memang sosok yang multitalenta selain dosen beliau j

Review Buku Merawat Nusantara

Woko Utoro Di tengah isu melunturnya persatuan antar sesama anak bangsa. Barangkali membaca buku Merawat Nusantara adalah salah satu solusinya. Pasalnya dalam buku tersebut kita diberi pencerahan bagaimana menjadi bangsa yang berkarakter. Kita diajak untuk melihat Nusantara secara lebih dekat. Karena secara fakta bahwa Nusantara adalah negeri kepulauan. Maka dari itu kunci memahami bangsa ini adalah lewat spirit persatuan. Buku Merawat Nusantara (2017) terdiri dari 4 bab dan ditulis secara ringan oleh anggota Sahabat Pena Nusantara (SPN) dengan bahasa yang mudah dipahami. Bab I buku ini menjelaskan tentang merawat Nusantara melalui aktualisasi nilai-nilai Pancasila, Bab II merawat Nusantara lewat pendidikan & budaya, Bab III merawat Nusantara dalam bingkai hikmah kehidupan dan Bab IV merawat Nusantara lewat pembangunan daerah dan demi kemajuan. Barangkali dari 4 bab dan ditulis oleh 41 orang dengan beragam latar belakang tersebut buku ini menjadi lengkap sekaligus mencerminkan keb

Pesan Abah : Santri Harus Kaya

Woko Utoro Kali ini dan untuk kesekian kalinya Abah berpesan ba'da ngaji magrib. Seperti biasa beliau sedikit marah karena santri belum berpikir dewasa khususnya terkait bangun pagi. Padahal beliau bolak-balik mengingatkan akan pentingnya bangun pagi. Saya sendiri sering mengingatkan bahwa jika berani tidur malam kita juga harus berani bangun pagi. Dari apa yang beliau sampaikan tersebut ingatan saya terngiang tentang gerakan shalat shubuh. Yaitu sebuah gerakan di mana kalangan Islam perkotaan menentukan identitas dan basis massa. Di sinilah seharusnya kita juga belajar bahwa umat Islam memang bisa dihitung di saat shubuh tiba. Dan memang shalat shubuh dan isya adalah beban bagi orang munafiq. Kata Abah santri itu apa tidak kasihan dengan orang tua yang berjuang untuk anaknya. Sedangkan balasan mereka kepada orang tua tidak sebanding jika dibalas dengan dengkuran (tidur ngorok). Padahal orang tua sejak awal selalu berhusnudzon bahwa anak mereka baik-baik saja dan pastinya mengikuti

Catatan Ngaji Suluk Salikin

Woko Utoro Kemarin saya dan teman mendapat undangan untuk hadir pengajian rutin di Masjid Nur Rohman Selojeneng Sumberdadi Sumbergempol. Nama majelis tersebut adalah Majelis Suluk Salikin atau dalam bahasa undangan disebutkan Kajian Tafsir Al Qur'an. Acara pengajian tersebut dilaksanakan setiap selasa kliwon atau dalam undangan disebutkan tiap rabu legi. Pengajian tersebut diasuh oleh KH Mualim Masykur dari Campurdarat. Kebetulan beliau merupakan murid dari KH Djamaluddin Ahmad Tambakberas Jombang. Sebelum memulai pengajian beliau menyenandungkan syair Burdah percis seperti Yai Djamal ketika memulai pengajian. Dalam mejelis ini acara dimulai dengan tawasul, yasin dan tahlil. Setelah itu pengajian baru dimulai. Pengajian begitu sederhana di mana jamaah lesehan di depan teras masjid. Sedang KH Mualim berada di antaranya. Dalam ceramahnya KH Mualim menjelaskan seputar bacaan Subhanallah. Dan kebetulan ngaji kali ini merupakan rutinan ke-3 yang sebelumnya membahas tentang bacaan Basmal