Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2021

Pandemi dan Hal-hal yang Diperbincangkan

Woks Minggu (26/9/21) kita kumpul-kumpul di tengah pandemi dalam acara NaTis (Nalar Kritis) MaTa (Masa Ta'aruf) ForMaSi/KIP UIN SATU Tulungagung. Bertempat di Warkop Sudut Pandang kita memulai perbincangan dengan topik pandemi yang dikupas secara kritis multiperspektif. Awalnya acara ini dikemas seperti ILC di TVONE dengan konten yang digagas oleh para alumni sepuh, dilalah (b. Jawa) di luar ekspektasi dan akhirnya beberapa alumni muda yang menggantikannya. Dengan konsep diskusi sederhana kita memulai dan diawali pandemi sebagai sajian utama. Moderator mengawali dengan melempar topik ke salah satu panelis lantas direspon bahwa kebijakan sejak awal dari mulai lockdown hingga PPKM berlevel dalam perspektif hukum adalah sah-sah saja. Setelah itu saya memperkeruh keadaan dengan menjelaskan bahwa yang diupayakan pemerintah dalam rangka pemulihan pandemi sejatinya banyak, akan tetapi kurangnya yaitu belum mampunya memonitoring terkait dampak kebijakan, bantuan yang belum merata dan han

Hikayat Zuhud Seorang Cungkring

Woks Apa benar orang bertubuh kecil selalu identik dengan zuhud lebih lagi diidentikan dengan perut. Atau mungkin anda pernah dengar riwayat bahwa orang gemuk mudah masuk neraka karena terlalu banyak makan. Barangkali di sinilah perlu kita cari akar permasalahannya. Apakah benar demikian. Sejak lama zuhud memang selalu identik dengan makanan akan tetapi istilah paling tepat yaitu wara/wirai. Orang-orang sufi selalu punya pantangan terhadap makanan syubhat (tidak jelas) lebih lagi yang haram. Tidak hanya makanan akan tetapi juga pada cara berpakaian, berjalan dan bersikap termasuk bicara dan memandang orang lain. Zuhud dan wara sebenarnya berbeda, jika zuhud yaitu sikap yang mengenyampingkan dunia sedangkan wara ialah sikap berhati-hati terhadap perkara syubhat (samar-samar). Dalam Kitab Wasiyatul Musthofa dijelaskan bahwa: ومنالورع انيتحرّزعن السّبع وكثرةالنّوم وكثرةالكلام Salah satu hal yang perlu diperhatikan untuk menggapai wirai' yaitu menahan untuk kenyang, jangan terlalu ban

Lelaki Yang Selalu Resah Dengan Mendung

Woks Kita ingat sebelum kepulangannya Rusdi Mathari alias Cak Rusdi pernah menulis buku nyentrik berjudul "Laki-laki yang Tak Berhenti Menangis". Buku tersebut adalah oase di tengah kegamangan penulis karena badai fanatisme, gejolak kebencian, dan hiruk-pikuk kedengkian merajalela. Dari sanalah barangkali lelaki juga ingin seperti perempuan butuh tempat curhat untuk mencurahkan problem hatinya. Tidak hanya Cak Rusdi barangkali kita pun pernah merasakan hal yang sama misalnya perihal kecemasan hidup dan kehidupan yang tak tau arah. Lelaki sebagaimana umumnya memang teramat jarang untuk menumpahkan segala rasanya. Jika perempuan tidak curhat pasti mereka diringkus tangis sedangkan lelaki selalu salah. Apa yang dilakukan laki-laki selain meluapkan rasa lewat sebatang rokok, secangkir kopi, menyanyikan sebuah lagu, atau berdiam diri pergi ke tempat yang ia inginkan. Lelaki memang selalu bertahan dan pantang untuk menangis. Masa depan barangkali demikian, sulit untuk ditebak dan p

Catatan Majlaz Bersama Gus Makmun Ploso

Woks Majlaz edisi kali ini (19/9/21) sangat penting untuk disimak karena kita kedatangan tamu dari Ploso yaitu Gus Makmun. Beliau KH. Muhammad Makmun merupakan salah satu pengasuh Pondok Ploso yang legendaris itu. Walaupun kehadiran beliau sangat singkat akan tetapi banyak sekali ilmu yang disampaikan di antaranya: Kita harus terus bersyukur atas nikmat dari Allah swt. Kata beliau alhamdulillah adalah hal terkecil dari bersyukur. Salah satu media untuk selalu bersyukur adalah dengan menunaikan ibadah shalat. Keuntungan orang-orang yang shalat yaitu: akan dilapangkan permasalahannya, dijauhkan dari siksa kubur, mendapat catatan amal dari sebelah kanan, berjalan di sirath bagai kilat, dan masuk surga tanpa hisab. Lanjut beliau setidaknya ada 4 hal yang perlu disyukuri di antaranya: karena kita diberi akal, karena telah ditetapkan sebagai orang beragama Islam, memiliki harta dan anak yang sholeh. Berkaitan dengan hati pula beliau berpesan untuk sebisa mungkin me- manage nya dengan baik k

Yang Tak Kalah Berbahaya dari Korupsi

Woks Ketika ada politisi atau pejabat publik yang tersandung korupsi orang-orang lantas beramai-ramai mengutuk. Mereka merasa perlu membuat sumpah serapah atas ulah culas koruptor tersebut. Akan tetapi lebih jauh kita berfikir apakah mungkin dengan hanya kecewa, membully hingga mengutuk masalah tersebut akan usai. Rasanya tidak sesederhana itu. Perlulah untuk memandang diri sendiri seberapa jauh seseorang perlu berpikir apakah masalah tidak bisa diselesaikan instan. Rasanya berbenah itu perlu secara holistik mulai dari konsep, sistem, manajemen hingga SDM secara personal. Perlulah kita berintrospeksi diri daripada sibuk menyalahkan liyan. Walaupun kesalahan tersebut jelas benarnya akan tetapi tak ada gunanya pula kita larut dalam labeling tersebut, hanya buang-buang waktu saja. Daripada sibuk mencerca orang lebih sibuk memperbaiki diri seperti halnya dawuh Mbah Moen suatu ketika, kata beliau: انّ الشباب والفراغ والجده مفسدة للمرء أيّ مفسدة Salah satu yang merusak dunia yaitu: orang ya

Kisah Anak Muslim Sekolah di Lembaga Non Muslim

Woks Kemarin aku berbincang dengan seorang teman katanya ia dulu alumnus sekolah non muslim tepatnya SMA Katolik. Setelah lulus dari SMA ia melanjutkan kuliah di jurusan Tasawuf Psikoterapi. Entah apa modus dan tujuannya yang jelas hingga hari ini ia merasa nyaman saja. Dia bercerita bahwa semasa SMA itu anak-anak muslim atau lintas agama lain hanya diberi pelajaran religiusitas. Jadi pelajaran agama tidak ada di sana kecuali bagi siswa katolik diberikan di awal masuk kelas. Katanya sekolah di sana sangatlah asyik sebab kita bisa melihat pendidikan mereka yang penuh kedisiplinan dan haus akan ilmu. Lihat saja jika soal urusan perlombaan akademik mereka adalah penguasanya. Hal itu terbukti setiap perlombaan selalu dimenangkan. Sekolah non muslim memang favorit jika soal masalah pengetahuan tapi entah soal keagamaan bagaimana. Yang jelas agama adalah kesatuan yang privat kita tidak bisa menghakimi tentang keyakinan yang berbeda. Belajar di sekolah non muslim sebenarnya tidak masalah, jus

God-consciousnes di Tengah Pandemi

Woks Anak-anak selalu bertanya kapan pandemi ini berakhir, katanya mereka sudah rindu bermain dengan temanya tanpa perlu menutupi sebagian wajahnya. Tidak hanya anak orang dewasa pun demikian, mereka pun merasakan hal yang sama kapan ketidakpastian ini menjadi pasti. Tentu jawabnya entahlah mahluk hanya bisa berikhtiar sedangkan Dia sang maha segala bisa berkehendak kapan pun. Hampir dua tahun ini dampak pandemi tentu sangat terasa bahkan sampai ke sendi-sendi kehidupan. Persoalan kebangsaan, politik, ekonomi, kesehatan hingga masalah pribadi tak ubahnya ikut terkena imbasnya. Permasalah pribadi misalnya sudah terjadi sebelum atau setelah adanya pandemi yaitu depresi, kecemasan, paranoid, hingga ketidakberdayaan seseorang dalam menghadapi situasi baru. Sekolah masih dirumahkan, tempat ibadah masih dalam sekat batas, tempat umum masih dalam pantauan ketat sedangkan pemerintah masih sibuk ngurusi pemulihan ekonomi skala nasional. Lantas adakah hal yang nampak prinsip di luar itu yang tid

Lelaki Yang Menangis

Woks Jangan hakimi lelaki yang menangis atau jangan lerai anak lelaki yang menangis karena tangis adalah cara mengimprovisasi kehidupan. Ada bagian yang harus dan tidak di tangisi. Barangkali menangis adalah terapi alami yang harus dialami tubuh. Kapan terakhir kau menangis menjadikan air mata positif karena sebuah rindu. Seperti itulah kiranya tangis tak aneh jika ada pengamalan amalan yang tarekatnya adalah menangis. Barangkali tangisan adalah cara untuk wushul kepada Tuhan. Jika terbiasa tertawa tak usah cemas dengan menangis karena tangis adalah cara untuk mengajarkan diri tetap setia pada rendah hati. Selama ini tangis selalu diidentikkan dengan perempuan padahal tangisan bisa terjadi kepada siapa saja. Rerata masyarakat selalu membuat sekat bahwa cengeng, gembeng merupakan pekerjaan perempuan padahal lelaki pun sama. Seharusnya kita melihatnya tangis sebagai sesuatu yang positif. Tangis memang sering berarti kerinduan, haru bahagia, ketidakberdayaan, kerapuhan, hingga kehilangan.

Ekspedisi Tunjung Biru dan Pawang Hujan Dadakan

Woks Sore itu kami bertandang ke perbukitan di Kecamatan Sendang dekat candi Penampihan. Kami menuju sebuah acara TPT atau Tasawuf Psikoterapi Training. Acara ini adalah malam keakraban yang diinisiasi oleh jurusan Tasawuf Psikoterapi UIN Tulungagung dalam rangka menyambut mahasiswa baru. Acara ini dilaksanakan secara turun temurun sejak berdirinya jurusan ini pada 2010 hingga kini. Perjalanan kali ini cuaca memang tak bisa ditebak sehingga kami harus memutar otak agar bisa sampai tujuan tanpa kehujanan. Akhirnya teman ku Mbah Huda menantang untuk menebak apakah sore itu hujan turun. Jika tebakan tersebut salah berarti aku harus kuliah lagi sergahnya. Aku pun dengan optimistis mampu menebak bahwa hujan tak akan turun sepanjang perjalanan. Singkat cerita kami berangkat dengan motor di antara jalanan panjang berbatu dan berliku. Dengan dipenuhinya kabut kami pun harap-harap cemas karena perjalanan sangat menegangkan. Hingga akhirnya hujan rintik-rintik turun dengan lembutnya. Barangkali

Tradisi Sambatan

Woks Tradisi sambatan alias meminta tolong di desa masih hidup, dan memang belum mau mati. Berbeda di kota dengan hiruk pikuknya semua telah digantikan oleh kontraktor penyedia jasa-jasa serba instan. Tradisi saling gotong royong tersebut telah membudaya sejak lama. Semua itu tak lain sejak jaman para wali bahkan sebelumnya. Misalnya orang-orang dulu saling kerja sama dalam membangun candi, tempat ibadah, rumah hingga pendapa istana. Tradisi sambatan memang bernilai kearifan tinggi. Pantas saja jika tradisi ini hanya dapat dijumpai di masyarakat desa dan pesantren. Sambat atau memohon merupakan cara untuk menyelesaikan pekerjaan secara serempak. Biasanya orang sambat agar dibantu supaya pekerjaannya segera usai. Tradisi ini lahir tidak dari ruang kosong melainkan dari sesuatu yang bernilai sosial, moralitas estetis. Di sana orang secara berkesadaran membantu sesamanya dengan sukarela. Jangan dikira bahwa tradisi ini diberi gaji seperti orang kerja pada umumnya, tidak. Mereka hanya diop

Mural yang Muram

Sumber foto: Facebook Woks Mural dan kata memang lebih ditakuti penguasa ketimbang hal lainya. Begitulah kiranya yang sekian tahun lamanya telah terbukti. Suksesi silih berganti akan tetapi kata masih menjadi hantu yang mengusik tidur nyenyak penguasa. Sejak orde lama hingga reformasi kata menjadi musuh utama. Coba kita ingat lagi misteri Widji Thukul hingga hari ini tak diketahui tak lain karena kata-kata. Fenomena kekinian pun menyeruak kembali dengan kejadian mural yang dihapus petugas. Alasanya sederhana karena merusak keindahan tata kota dan tidak sopan mengkritik dengan cara demikian. Mural sebagai seni jalanan tersebut sebenarnya cara menyampaikan aspirasi pengganti sementara aksi masa. Di mana masa pandemi tak diperkenankan untuk unjuk rasa bergerombol. Akibatnya di tengah keputusasaan seni mencoba mengguncang tahta pemerintah. Mirip dengan mantra hidup Seno Gumira Ajidarma jika mulut dibungkam maka sastra melawan. Zaman sekarang memang perlu memutar otak bagaimana mungkin oran

Parade Orang Berdo'a

Woks Sejak pagi hingga petang kita melihat orang-orang sibuk berdo'a. Tentu dengan ragam ekspresi mereka merapal, mengadu, merintih, putus asa, bersyukur membumbung segala harapan menengadahkan tangan ke atas langit berharap rahmat turun dengan derasanya. Di mana-mana orang berdo'a tak kenal tempat, rumah ibadah, makam keramat, di pom bensin hingga di sepanjang jalan. Rasanya tak mungkin manusia hidup tanpa do'a. Sejak lahir hingga mati do'a menjadi tradisi wajib bahkan do'a adalah ruhnya ibadah. Pantaslah jika agama menyebut orang tanpa do'a adalah manusia sombong tak berperasaan. Tuhan memberikan rambu agar berdo'a memohon apa saja kepadaNya yang maha kaya. Jangan khawatir tidak terkabulkan jika pun demikian toh hari akhir adalah pembalasan atas segala hal. Suara-suara orang berdo'a memang unik dan menarik. Setiap kita sepertinya tak akan tahu hati mereka yang sedang berdo'a, apa yang diminta, apa yang diinginkan. Rasanya do'a selalu lebih digu

Kaleidoskop Persahabatan

Woks Entah tiba-tiba saya rindu dengan kawan-kawan di Aliyah (MA) dulu. Kawan yang telah berjasa besar memberi warna dan pengalaman sebagai seorang yang haus akan pengetahuan. Maka dari itu saya mencoba mengingat momen-momen berkesan bersama mereka dalam narasi singkat ini. 2012 saya masuk ke MA Nurul Hikmah Haurgeulis (Manhik) dan menemukan kawan-kawan yang unik. Bisa bersekolah di sini dan bertemu banyak kawan adalah seperti menemukan barang tambang berharga. Sehingga sampai 3 tahun lamanya kami merasa kurang puas dan serasa ingin terus di sana. Selain teman, gurunya pun sangatlah asyik sebagai kawan diskusi. Karena di sekolah ini strata guru murid hanya terjadi dalam lingkup formal misalnya di dalam kelas selebihnya kita adalah sahabat. 2012 awal kami sudah mengikuti pembelajaran dan riuhnya organisasi. Ya walaupun masih polos kami mengikuti berbagaimacam ekstrakurikuler sesuai dengan keinginan tapi soal Pramuka semua diharuskan. Di tahun yang sama kami harus mengikuti acara calon t

Tiga Poros Langit

Woks Dulu pasca runtuhnya orde baru lalu BJ Habibie menggantikan setelah itu masyarakat gamang siapa yang akan memimpin negeri ini di tengah krisis berat mengancam. Usut punya usut sejarah bermain dan ternyata Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid terpilih sebagai presiden ke-4. Gus Dur memimpin Indonesia di tengah badai terurai, separatis di mana-mana belum lagi isu referendum dan ekonomi menjadi kendala utama. Tapi di balik itu kita kenal dengan poros tengah atau poros langit di mana peran mereka tak lain yang menjadikan Gus Dur tampil sebagai pemimpin baru negeri ini. Istilah poros langit barangkali merupakan kiasan akan kekuatan do'a makbul para sesepuh seperti halnya dulu Syeikh Syamsuddin guru Muhammad Al Fatih berdo'a untuk kekalahan Konstantinopel. Sedangkan poros tengah adalah istilah koalisi jalan baru di tengah arus dua kubu yang selalu berkonfrontasi. Saya tidak membahas sejarah poros tersebut, yang ingin saya sampaikan adalah inspirasi 3 poros tentang pendidikan. Alha

Pidato Anak Tentang Menghormati Guru

Woks اسلام عليكم ورحمه الله وبركاته الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِ الْمُرْسَلِيْنَ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ Hadirin-hadirat yang berbahagia, perkenalkan nama saya.... dari SD Islam Al Azhaar Tulungagung. Pada kesempatan kali ini izinkanlah saya menyampaikan pidato tentang adab kepada guru.  Alhamdulillahirabbil alamiin , puja puji syukur senantiasa kita persembahkan untuk Allah swt Tuhan semesta alam yang telah memberikan banyak nikmatnya kepada kita semua tanpa kurang suatu apapun. Shalawat teriring salam semoga Allah swt senantiasa melimpahkan kepada junjungan nabi kita, imam kita, idola kita, Nabi Muhammad saw, para keluarga, sahabat dan kita selaku umatnya senantiasa setia terhadap ajaranya hingga akhir zaman. Amiin ya rabbal alamiin. Bapak, ibu, dewan juri dan hadirin sekalian yang saya hormati. Hari ini tidak terasa

Sebuah Kisah Anak dan Buku

Woks Kita harus berterima kasih kepada buku. sejak berabad-abad lamanya dunia telah tercerahkan melalui buku. Andai para pendahulu tidak mewariskan buku barangkali dunia masih gelap gulita. Lantas masihkah kita mau mencerahkan dunia lewat menulis buku? Menulis buku itu menyenangkan asal kita mau dan berniat gigih pasti bisa. Syarat mutlak untuk membuat buku adalah rasa ingin tahu dan membaca. Tanpa dua hal itu rasanya keinginan hanya akan berakhir dalam angan-angan. Buku barangkali ditulis untuk menyenangkan para pembaca termasuk buku, gambar dan anak yang selalu jadi tantangan. Tantangan ke depan bagaimana buku bisa tampil elegan di hadapan anak. Karena selama ini gaung gawai lebih membuat mereka tertarik. Lantas bagaimana cara orang tua mendekatkan buku seperti camilan keseharian. Kisah berikut barangkali bisa membuat kita terbuka bahwa buku dan anak adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Jika dulu anak selalu tampil dengan komik, cerbung, buku diary kini semua hal itu nampak beg

Jariyah Amal Baik

Woks Suatu pagi dalam sebuah pembinaan ubudiyah ustadz Nurdin berkisah bahwa ketika beliau nyekar di makam orang tuanya, beliau seketika teringat dengan makam di dampingnya yaitu seorang tokoh dalang wayang di daerahnya. Beliau ingat bahwa bagaimanapun seorang yang nampak abangan tersebut ternyata pernah berjasa pada beliau yaitu memberikan informasi terkait kalimat subhanallah wal hamdulillah. Dari cerita itu beliau juga berkisah bahwa pertama kali diajari surah al fatihah yaitu oleh seorang guru TK namanya Bu Endang. Beliau tidak begitu paham agama akan tetapi dari beliaulah ustadz Nurdin dapat membaca surah al fatihah. Kata ustadz Nurdin semoga apa yang selama ini telah dapatkan menjadi jariyah kedua beliau tersebut. Barangkali cerita ustadz Nurdin tersebut menginspirasi saya untuk menulis kisah yang sama. Saya jadi ingat bahwa sebelum bapak masuk Islam, saat itu beliau sering mengantar keponakanya untuk mengaji di langgar. Kebetulan pengasuh langgar tersebut adalah seorang ustadz b

Menulis Buku itu Menyenangkan

Woks Jika kamu suka baca maka tulislah hasil bacaanya, jika kamu suka menyanyi buatlah sebuah lagu. Cobalah menjadi pencipta jangan hanya jadi penikmat. -Raditya Dika Refleksi dari pesan komika Raditya Dika tersebut patut dicatat dalam buku tebal-tebal. Pesan tersebut sangat menarik untuk diresapi bahwa potensi seseorang bisa diwujudkan dalam sebuah bentuk materi sekalipun itu buah dari pikiran. Jika kamu seorang pembaca maka wujudkan hasil bacaan tersebut menjadi tulisan lebih jauh lagi menjadi buku. Barangkali demikian menjadi sebuah spirit untuk seseorang memulai dunia kepenulisan dengan menerbitkannya menjadi buku. Lantas bagaimana cara membuat buku tersebut wong membaca saja tidak pernah. Jika jawabanya demikian berarti ada hal yang perlu diperbaiki dalam visi seseorang untuk membuat buku. Karena syarat yang hampir mutlak bagi seorang penulis adalah membaca. Tidak ada cara lain bahwa membaca adalah pintu gerbang awal untuk meneruskan cita-cita menulis. Banyak di antara kita yang

Literasi Sebagai Jalan Takdir Kehidupan

Woks Menjadi aktivis literasi bukan sebuah pilihan hidup melainkan sebuah kemauan. Apakah seseorang telah sadar bahwa kemampuan literasi sangat dibutuhkan sepanjang zaman. Nyatanya tidak semua orang mau segera sadar bahwa literasi sangatlah penting dalam mengawal perkembangan zaman. Apalagi dalam arus digitalisasi yang masif melek literasi sangatlah penting sebagai senjata menaklukkan perubahan. Saya sering menjelaskan bahwa literasi tidak hanya disempitkan tentang kemampuan baca tulis melainkan lebih dari itu. Akan tetapi kemampuan baca tulis menjadi bekal literasi dasar untuk seseorang mempelajarinya. Setelah itu barulah beranjak ke literasi utamanya yang menunjang perubahan zaman. Kita tahu melek literasi di zaman serba modern adalah keharusan terutama literasi digital yang melibatkan perangkat teknologi canggih. Kecakapan atau kemampuan literasi bangsa Indonesia tergolong rendah dalam survei terakhir saja bangsa Indonesia masih dilevel ke-60 dari 61 negara di dunia ( The World'