Woks
Tradisi sambatan alias meminta tolong di desa masih hidup, dan memang belum mau mati. Berbeda di kota dengan hiruk pikuknya semua telah digantikan oleh kontraktor penyedia jasa-jasa serba instan. Tradisi saling gotong royong tersebut telah membudaya sejak lama. Semua itu tak lain sejak jaman para wali bahkan sebelumnya. Misalnya orang-orang dulu saling kerja sama dalam membangun candi, tempat ibadah, rumah hingga pendapa istana.
Tradisi sambatan memang bernilai kearifan tinggi. Pantas saja jika tradisi ini hanya dapat dijumpai di masyarakat desa dan pesantren. Sambat atau memohon merupakan cara untuk menyelesaikan pekerjaan secara serempak. Biasanya orang sambat agar dibantu supaya pekerjaannya segera usai.
Tradisi ini lahir tidak dari ruang kosong melainkan dari sesuatu yang bernilai sosial, moralitas estetis. Di sana orang secara berkesadaran membantu sesamanya dengan sukarela. Jangan dikira bahwa tradisi ini diberi gaji seperti orang kerja pada umumnya, tidak. Mereka hanya diopeni, misalnya diberi makan dan beberapa camilan pengganjal perut. Dengan begitu aslinya mereka sangat senang karena hidup terasa bermakna.
Sambatan barangkali akan tetap lestari selama orang-orang merasa butuh satu dengan lainya. Dalam teori sosial sambatan berawal dari akar saling membutuhkan. Akan tetapi jika mereka sudah merasa sibuk sambatan tidak akan dilakukan lagi. Mari saling berguna bagi sesama.
the woks institute l rumah peradaban 19/9/21
Komentar
Posting Komentar