Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Ngendong

Woks .. Baru saja aku mendapat kabar bahwa salah seorang guru muda akan segera melapas masa lajangnya. Ia akan segera mempersunting seorang gadis pujaanya. Kabar inilah yang sebenarnya telah ku tunggu sejak lama. Begitulah aku memanggilnya Akang. Ia adalah guru olahraga sekaligus pembina Pramuka yang sempat menempa kami dalam asyiknya permainan. Mendengar beliau akan segera menikah tentu aku senang sekaligus sedih. Pertama, senang karena pastinya hal itu adalah perkara penting dalam kehidupan seseorang. Aku akan terus merasa bahagia karena salah satu dari orang yang telah memberi support kepadaku akan segera mengikuti sunnah Nabinya. Darisanalah nanti akan mengalir berbagai macam berkah, salah satunya mungkin bisa jadi saat aku bisa menemui beliau, aku akan ditraktirnya makan. Ya mungkin saja sebagai sebuah ungkapan rasa syukur. Kedua, sedih sebab komunitas orang-orang yang ngendong semakin berkurang. Ngendong sendiri berarti nginap atau bermalam di suatu tempat. Tapi ngendong kita ham

Mengomentari Netizen

Woks Yang paling mudah itu berbicara dan yang paling sulit adalah aplikasinya. Begitulah kondisi masyarakat kita kini. Sudah sejak lama, pasca mengidap penyakit bernama banyak bac*t masyarakat kita memang terkenal mudah bicara tapi miskin aksi. Di perparah dengan hadirnya teknologi berupa media sosial. Kita bisa dengan mudah melihat pembicaraan orang silih berganti, hilir mudik tak beraturan. Semua orang mendadak seperti para ahli. Dan memang keahlian mereka adalah berkomentar.  Paling sering kita tahu adalah saat tim sepak bola Indonesia kalah dari lawanya. Seperti yang baru saja terjadi kala timnas Indonesia harus mengakui keunggulan tim Vietnam dengan skor 3-0 untuk kemenangan Veitnam di final cabang sepak bola Sea Games 2019 di Philipina. Orang akan membanjiri dunia maya dengan berbagai macam komentarnya. Parahnya mereka hanya mampu komentar, tanpa pernah memperdulikan psikologis objek yang mereka komentari. Lebih parah lagi umpatan, hujatan selalu menghujani saat kekalahan terjadi

Optimalisasi Peran Guru untuk SDM yang Lebih Baik

Woks Kita telah sampai lagi pada peringatan hari Guru Nasional 25 November 2019. Hari di mana para guru bercermin kembali sudahkah mereka dikatakan sejahtera? padahal jasa mereka bagi bangsa ini amatlah besar. Atau pun jika pemerintah menagih tentu seperti tarik ulur, apa yang telah guru berikan untuk negeri ini. Pekerjaan mereka amatlah berat. Sebab guru bukanlah profesi. Guru adalah kerja-kerja keikhlasan, tanpa pamrih, dan pendidik untuk pengabdian. Guru merupakan pilar bangsa yang tidak boleh dipandang sebelah mata. Kehadiran guru dalam mengentaskan buta aksara, kebodohan, ketimpangan dan masalah pendidikan lainya tentu harus diapresiasi dalam ruang kinerjanya. Salah satunya memberi mereka kepercayaan dengan anugerah dan penghargaan. Walau sesungguhnya mereka tidak berharap dan memintanya. Ada atau tidak adanya penghargaan itu, guru tetaplah guru. Mereka terus memompa semangat sebab tanpa tanda jasa. Inilah apresiasi tertinggi buat mereka. Kini peran guru semakin ganda, tidak hanya

Kenali Dirimu, Lejitkan Prestasimu

Woks Pakar Psikologi mengatakan bahwa sejak dilahirkan manusia membawa potensinya masing-masing. Seperti menurut pepatah bijak Inggris, "Everyone born to be genius", setiap orang dilahirkan dengan potensi dan kecerdasan luar biasa. Potensi tersebut dapat berkembang seiring dengan diasahnya minat dan bakat. Sehingga secara dasar manusia bisa menjadi apapun. Dalam bahasa agama fitrah lebih suci dibanding hanya sekedar sesuatu yang bersifat materil. Mengenali diri sendiri sejak lahir sangat penting bagi orang tua. Selanjutnya peran guru pun sama, menggali setiap potensi anak didiknya. Bukan malah mengkelas-kelaskan mereka. Di sinilah pentingnya menggali potensi anak sesuai dengan kecintaanya pada sesuatu. Peran orang tua dan guru hanya sekedar mengarahkan, tidak lebih. Jangan membuat potensi cemerlang anak menjadi tumpul karena ambivalensi orang tua. Jadi mulai sekarang kita harus menjadi orang tua yang bijak bagi mereka. Setiap anak memiliki kecerdasanya masing-masing. Mereka t

Ikut Organisasi Siapa Takut!

Woks Saat perjalanan pulang dari sebuah warkop, angin membisik di telingaku. Katanya kurang lebih begini, "bro, sekarang banyak anak muda yang tak mau ikut organisasi". Mendengar pernyataan memilukan itu aku hanya terdiam. Selain merenung dan tersenyum. Ku timpali angin, "sekarang kamu tanya mereka apa alasanya?". Akhirnya sang angin pun pergi meninggalkanku dengan menanggalkan seutas kertas berisi alasan itu. Alasan pertama mengapa anak muda tak minat dengan organisasi adalah karena para petinggi di negeri ini telah dihuni oleh masing-masing orang. Presiden sudah ada, Bupati sudah ada bahkan sampai ketua RT pun sudah ada. Kata mereka "lalu kita mau apa?". Alasan kedua penyebab anak muda tak berminat ikut organisasi karena organisasi sebagai wadah tak mampu memberi ruang kepada anggota untuk berekspresi. Organisasi justru menjadi sarana formalitas penggugur kewajiban. Tak ada upaya riil kecuali serangkaian wacana motonon yang tertulis lengkap dibuku catata

Tradisi Rimba Lembaga Pers Mahasiswa..

Oleh Woks Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) adalah wadah berekspresinya mahasiswa dalam merawat kata dan informasi. Lembaga ini hadir karena gejolak terjadi di mana-mana, baik ranah regional maupun nasional. Gejolak itulah yang membuat mahasiswa terus berusaha agar mampu keluar dalam permasalahan. Hidup menjadi mahasiswa tidak selamanya menarik jika hanya diam. Sesungguhnya ideologi dinamis harus dimiliki setiap mahasiswa. Hal itu dapat memproyeksikan bahwa mahasiswa benar-benar hidup. Kehidupan mahasiswa seharusnya merupakan perayaan bagi setiap ekspresi. Akan tetapi saat ini kita dapati bahwa mahasiswa tidak seprogresif dulu. LPM selama ini dimaknai sebagai tempat pelarian bagi mereka yang sedang gelisah. Pada semangat itulah LPM memberi kabar segar untuk mengkader mahasiswa agar mampu berproses bersama. Proses kaderisasi LPM cenderung memiliki coraknya sendiri. Hal itu menandakan bahwa iklim di LPM harus menyesuaikan dengan keadaan yang dihadapi. Sebab yang kita ketahui bahwa LPM cenderu

Selamat Hari Santri (wati)

Woks .. Pekerjaan menjadi santri tidak final seketika, di saat seorang santri telah menyelesaikan pendidikanya. Sebab santri bukan mereka yang pernah mondok saja, melainkan mereka yang berakhlak seperti santri layak disebut santri. Termasuk santriwati yang kian hari perannya tersingkirkan oleh maskulinitas zaman. Tanpa bermaksud mengklaster tentang gender, sesungguhnya santriwati pun memiliki hak yang sama dalam menata ruang itu. Hari santri jika kita flashback sejarah tentu akan memunculkan paradigma heroik, perjuangan, pertahanan dan segenap hal yang berkaitan dengan kekuatan. Lalu jika demikian hari santri yang berlandaskan kepahlawanan tidak menempatkan santri perempuan dalam momen penetapan hari santri itu. Maka dari itu perlulah rasanya kita memberi pengertian agar ruang gerak tidak sebatas laki-laki yang super power itu. Lagi-lagi santriwati pun memiliki hak yang sama untuk eksis. Sesekali lah kita perlu meninjau peta pergerakan santriwati, di mana mereka juga ikut andil dalam h

Ber-IPNU Seni Mendapat Jodoh

Ber-IPNU Seni Mendapat Jodoh .. Woks "Darimana datangnya lintah. Dari sawah turun ke kali. Darimana datangnya cinta, dari mata turun ke hati". Kita akan selalu ingat sajak itu, mungkin sejak pertama kali belajar tentang sastra di sekolah dasar. Tapi nyatanya kita tidak selalu paham dengan hal itu, kecuali masa kini dalam proses perjalanan yang panjang. Sajak tersebut tentu berkisah tentang asmara sebagai pandangan pertama. Maklum saja, pandangan pertama selalu teramat indah untuk terus diingat. Sehingga ada istilah mantan terindah. Asmara dan jodoh sepertinya tak bisa dipisahkan. Di mana tempat atau waktunya, semua orang berpotensi bertemu dan berjodoh. Namun, kuncinya ialah tidak hanya sekedar bertemu. Sebab bertemu belum pasti berjodoh. Akan tetapi wasilah pertemuanlah jodoh kadang datang. Apalagi dalam lingkup organisasi, seseorang sangat mudah mendapat pasangan karena seringnya interaksi dengan lawan jenis. Percis dengan penggambaran sajak di atas. Salah satu

Menghapus Keberadaan Hoax

Hoax dalam Lingkaran Dunia Ibu-ibu Oleh Woko Utoro Pada hari ahad, (27/01/2019) kader penggerak Muslimat Nahdlatul Ulama mengadakan acara besar berupa perhelatan akbar Harlah Muslimat NU yang ke 73 tahun di Gelora Bung Karno Senayan Jakarta. Salah satu Banom dalam organisasi masyarakat terbesar di Indonesia itu selain memperingati Harlah juga sekaligus deklarasi anti hoax, fitnah dan ghibah. Dalam momentum deklarasi tersebut tentulah penulis melihat kesegala sisi, sendi kehidupan bahwa hoax bisa menjangkiti kepada siapa saja, termasuk kaum ibu. Dari sanalah kita dapat terus berhati-hati bahwa sesungguhnya media sosial dan proses penyebaran hoax amatlah sangat dekat disekitar kita, bahkan tarafnya sangat memprihatinkan. Apalagi di tahun politik yang kian hari kian memprihatinkan rasa dari kemanusiaan kita, bisa berpotensi besar akan terurai dan terpecah belahnya bangsa, cuma gara-gara berita bohong yang tidak tau sumber akar sesungguhnya berasal. Kita ketahui bahwa perempuan mer