Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2023

Rihlah Istimewa: Menembus Hujan Lirboyo

Woks Perjalanan saya kali ini sangat menarik. Sejak minggu pagi saya memang libur dan kesempatan emas itulah saya manfaatkan untuk rihlah. Sejak pagi saya menghadiri acara sidang terbuka wisuda guru TPQ an Nahdliyah. Setelah itu saya langsung bertolak ke Pondok Lirboyo bersama Mas Irsyad alias Ociet. Dengan perlengkapan seadanya kami pun berangkat dan itupun modal nekat. Kami tidak memprediksi bahwa hujan akan turun dan ternyata benar saja sejak di Ploso hujan sudah turun dengan lebat. Tapi tidak lama kami langsung tancap gas menuju Lirboyo. Ternyata justru ketika sampai di Lirboyo hujan semakin deras akan tetapi tidak menyurutkan jamaah yang sudah jadir sejak pagi. Acara tersebut adalah Maulidurrasul wa Haul Mursyidin wa Masyayikh Jam'iyyah Ahlith Thariqah Mu'tabarah an Nahdliyah (JATMAN) Jawa timur. Untungnya sesampainya di aula muktamar Pondok Lirboyo mobil-mobil sudah berjajar rapi. Animo warga thariqoh memang luar biasa terlebih ketika mendengar Maulana Habib Luthfi bin Ya

Guru TPQ Kauman Menghantar Zaman

Woks Suatu kehormatan bagi saya pada pagi 29 Januari 2023 atau bertepatan 7 Rajab 1444 H dapat menghadiri acara Wisuda PGTPQ An Nahdliyah Kauman angkatan 1. Sebenarnya sedikit kaget ternyata yang diwisuda adalah kalangan para guru dalam hal ini berstatus sebagai mahasantri TPQ. Acara wisuda tersebut terselenggara atas inisiasi dari MWC LP Ma'arif NU Kauman. Bertempat di aula Pedepokan SHT Kecamatan Kauman acara ini setidaknya dihadiri oleh 64 orang wisudawan, pendamping dan beberapa tamu undangan. Kebetulan saya bagian dari TPQ Roudlatul Athfal Mojosari pimpinan Ibu Hj. Roudlatul Jannah. Acara wisuda pagi itu seperti biasa yaitu dimulai pembukaan, pembacaan ayat suci al Qur'an, menyanyikan lagu kebangsaan dan mars subbanul wathan, sambutan-sambutan, prosesi wisuda dan diakhiri doa. Sambutan pertama Direktur Lembaga Maarif TPQ Tulungagung Bapak Asrori Heru Wahyudi memberikan pesan bahwa para guru harus menetapkan ilmu dan metode sesuai dengan yang dipelajari. Selain itu ilmu ada

Biola Bangsa Suara Merdu Dari Surga

Woks Siapa yang tak kenal WR. Supratman? seorang komposer kebanggaan Indonesia sebelum Ismail Marzuki. Ia salah satu orang yang sangat berjasa dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia utamanya ketika merebut kemerdekaan. Ketika namanya disebut orang langsung menyahut dia adalah pencipta lagu kebangsaan Indonesia raya. Sebuah lagu yang syarat makna dan tentunya menjadi pemersatu bangsa. WR. Supratman seperti dalam penuturan Lilis Nihwan pada Buku WR. Supratman Guru Bangsa Indonesia lahir di Purworejo Jawa tengah 19 Maret 1903 atau dalam versi lain lahir di Jatinegara Jakarta 9 Maret 1903. Akan tetapi sumber terkuat adalah yang pertama hal itu dibuktikan dengan penuturan beberapa orang tetangga, keberadaan rumah WR. Supratman bahkan saudaranya sendiri. Setelah itu barulah beberapa tahun sang komposer itu pindah ke Jakarta. Ia adalah anak ke-7 dari 8 bersudara, ayahnya bernama Jumeno Senen Sastrosuharjo dan Ibunya Siti Senen. Setelah dari Purworejo WR. Supratman mengikuti ayahnya yang m

Lelaki Harus Menguatkan Akarnya

Woks Aku tak pernah se rapuh ini di mana angin tak memihakku dengan berhembus ke tepian Aku tak pernah se lemah ini di mana api membakar keangkuhannya yang membuatnya membara Aku tak pernah se lelah ini di mana hujan telah menghapus akal baiknya Aku tak pernah se sepi ini di mana bayangan ku pergi menjauh menjadikannya tiada Padahal aku tak pernah ingin memiliki tanah air lain selain Engkau Malam itu aku membuat beberapa bait puisi kecil. Puisi yang menggambarkan kondisi kerapuhan setidaknya untuk malam itu. Entah seperti apa rasanya. Yang jelas ketika mendengar kabar burung tersebut aku langsung lemas. Bagaimana bisa orang baik mendapat penolakan. Tapi setelah itu aku sadar memang bukan orang baik. Restu orang tua memang hal utama. Dan aku menyadari itu. Tapi bagaimana dengan perasaan anaknya. Itu pula yang aku coba rasakan. Bagaimana pula kisah Qais yang mendamba Laila hingga menyebabkan mereka majnun. Majnun adalah fase di mana mereka manunggal. Mereka sudah tak ada bedanya satu sam

Donasi Buku Donasi Ilmu

Woks Entah sejak kapan saya kesambet menyukai buku. Yang jelas sejak buku menjadi minat saya merasa dunia terlihat penuh warna. Sebelum saya suka baca buku dunia hanya seperti abu-abu. Bagi saya buku adalah jalan kesunyian ketika kita mampu membacanya setelah itu menuliskan intisarinya. Dan memang benar, menulis adalah seni membagikan sumber bacaan salah satunya "buku". Ketika di suatu tempat khususnya instansi atau lembaga umum lainnya hal utama yang saya cari adalah perpustakaan. Tentu kisah saya dan perpustakaan sudah diulas beberapa waktu lalu. Jika berminat anda bisa kunjungi rumah peradaban kecil saya di the woks institute. Sebuah web kepenulisan yang saya dedikasikan untuk mereka para pejuang ilmu pengetahuan. Tak usah berpikir mendalam apa manfaat seseorang membaca buku. Tentu sangat banyak sekali. Anda bisa temukan di internet urgensinya membaca. Satu hal tak akan pernah anda temukan yaitu "minat". Karena berkaitan dengan membaca adalah soal niat dalam hati

Santri Bicara Abad Baru NU

Oleh : Woko Utoro Saya sangat beruntung pernah dibentuk dalam lembaga pendidikan di bawah NU. Suatu kebanggaan sekaligus menjadi motor penggerak dalam melangkah dan mengambil keputusan. Di tempat saya tinggal menjadi NU itu masih malu-malu kucing. Saya tentu maklum karena dulu daerah tempat saya tinggal jangankan NU sebagai jama'ah dan jam'iyyah, agama dan pendidikan pun masih belum terjamah. Akan tetapi dunia begitu cepat berubah dan kini NU seolah menjadi basis terkuat di masyarakat. KH. Said Aqil Siradj pernah mengatakan bahwa kekuatan terbesar NU di kalangan akar rumput adalah bersatunya tradisi dengan agama. Sehingga tanpa disadari segala macam amaliyah yang berkembang adalah hasil warisan para walisongo, masyayikh, kiai, ulama, sesepuh NU. NU, Islam dan sosial yang ada justru menjadi identitas nyata berkembang hingga kini. Keislaman dan ke NU an justru tidak saling berkonfrontasi melainkan berintegrasi. Bahkan Islam dan Sunda seolah telah menyatu jika menyebut Sunda suda

Serenade Untuk Sebuah Kisah

Woks Pernahkah kita menyaksikan langsung perayaan manten kucing di Desa Pelem Campurdarat Tulungagung. Sebuah upacara atau ritual untuk meminta hujan. Atau tradisi ulur-ulur di Telaga Buret Tulungagung. Atau upacara manten tebu di Pabrik Gula Mojopanggung Tulungagung sebagai ungkapan rasa syukur pada prosesi giling tebu. Atau juga tradisi kupatan di Durenan Trenggalek pasca 6 hari puasa sunnah di bulan Syawal. Atau upacara Sembonyo di Pantai Prigi yaitu ritual larung sesaji ke tengah laut sebagai rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Hal-hal yang telah disebutkan tersebut tanpa disadari adalah warisan budaya tak benda (WBTB). Mungkin di sekitar kita masih banyak contoh-contoh WBTB tersebut yang pastinya kita selalu abai. Sebagai generasi muda tentu WBTB hanya dapat diketahui ketika orang tua memberi tahu sejak kecil serta menjelaskannya. Akan tetapi jika tidak terjadi komunikasi yang baik soal edukasi warisan nenek moyang tersebut bisa saja sampai hari ini kita alpa terhadap keari

Tikus Berdasi dan Petani

Woks Setelah kemarin membahas tikus sebagai hama kini dalam tulisan ini akan membahas tentang tikus berdasi. Tikus berdasi sebuah istilah yang sangat familiar sebagai tokoh intelektual pemeras uang rakyat. Tikus berdasi juga bermakna orang berpendidikan tapi sukanya menggerogoti proyek di atas kesengsaraan rakyat. Salah satu korban tikus berdasi adalah petani. Di desa tentu petani menjadi warga kelas dua padahal sejatinya petani adalah aset utama penyumbang APBN. Selama ini petani memang selalu menjadi korban pengkhianatan tikus berdasi. Padahal riil di lapangan mereka mengirimkan wakilnya (DPR) untuk memperjuangkan kesejahteraan bukan memperkaya individu. Cuma fakta di lapangan petani memang demikian karena faktor pendidikan rendah sehingga mereka selalu jadi korban tikus tersebut. Kejahatan kerah putih memang ada di mana-mana. Bahkan di tingkat desa sekalipun hal-hal busuk demikian sudah bukan rahasia umum. Lebih lagi bagi petani berhadapan dengan tikus berdasi dan turunannya sudah k

Tikus dan Petani

Woks Awal Januari 2023 ketika saya pulang kampung ada satu kisah menarik yang akan saya catat dalam tulisan ini. Kisah itu tentu berkaitan dengan kebudayaan agraris yaitu petani vs hama dalam hal ini adalah tikus. Kisah petani dan tikus sangat santer di dengar khususnya di tahun ini. Atau dalam pendapat bapak saya hama tikus menyerang luar biasa mengikuti siklus 5 tahunan. Entah hitungan dari mana yang jelas petani memiliki pandangan tersendiri terhadap shio (Cina), horoskop, weton, musim, astronomi atau segala macam perhitungan dll. Cerita itu begitu khas dan mengkhawatirkan ketika saya mendengar langsung dalam sebuah acara tahlilan di tetangga barat rumah. Ada petani yang bercerita bahwa hama tikus tahun ini mengingatkan tahun 70an atau awal tahun 2000. Di mana dulu petani kewalahan melawan hama tikus yang merusak segala macam tanaman. Tidak sedikit pula petani yang stres atau pingsan di sawah karena melihat padinya tidak bisa panen alias gagal. Dulu ada perbedaan hasil antara sawah

Kepala Desa Berdaya Bermasyarakat

Woks Hari kemarin ada sekitar 1500 kepala desa se-Indonesia melakukan aksi damai. Mereka yang tergabung dalam aliansi dan paguyuban kepala desa sengaja datang ke Senayan untuk menyampaikan aspirasi. Para kepala desa tersebut ingin bertemu ketua DPR RI Puan Maharani atau syukur-syukur presiden Jokowi terkait masa jabatan. Mereka berharap revisi UU No. 6 pasal 39 tahun 2014 dapat disahkan karena terkait masa jabatan kepala desa dari 6 tahun bisa diperpanjang menjadi 9 tahun. Alasan 9 tahun karena pembangunan desa dari 6 tahun masih belum cukup. Alasan tersebut tentu diafirmasi oleh presiden Jokowi melalui salah satu politisi PDIP Budiman Sudjatmiko bahwa perpanjangan tersebut cukup masuk akal. Dengan alasan otonomi di desa sangat berbeda dengan di kota lebih lagi berkaitan proses demokrasi yang begitu alot. Alasan menetapkan masa jabatan kepala desa dari 6 menjadi 9 tahun memang bukan masalah. Hal itu sah-sah saja karena sesuai kondisi riil di lapangan. Jangankan 9 tahun wacana kepala de

Review Buku Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy'ari di Mata Santrinya

Woks Buku di tangan pembaca ini sengaja dibentuk dalam pdf agar dapat tersebar luas. Sosok Mbah Hasyim memang perlu dikenal oleh khalayak karena betapa besar pelajaran hidup yang dicontohkan beliau. Seperti dalam pengantarnya, KH. Sholahuddin Wahid (Gus Sholah) menyebutkan bahwa di akhir abad XIX pesantren Tebuireng lebih terkenal dari Jombang sebagai nama kabupaten. Tidak hanya itu keberadaan Tebuireng yang telah melahirkan banyak ulama kiai juga berperan besar dalam misi perjuangan. Tidak salah jika era Dai Nippon mencatat ada sekitar 25.000 kiai yang tersebar seantero pulau Jawa dan rerata pernah nyatri di Tebuireng. Kiprah Mbah Hasyim tentu dikenal luas tidak hanya di dalam negeri tapi juga ke luar negeri. Tak ayal jika banyak kalangan santri menggelari beliau Hadratus Syeikh atau tuan guru/maha guru. Tidak hanya Mbah Hasyim, tentu santri-santrinya pun banyak berkontribusi besar bagi perkembangan dakwah agama dan eksistensi negara. Maka dari itu Gus Sholah (alm) menginginkan jika s

KH. Makhtum Hadi Sosok yang Tegas dan Bersahaja

Woks 28 Desember 2022 tepat di penghujung tahun kami mendengar lelayu dari salah seorang tokoh di daerah Haurgeulis (HGL) Indramayu. Bagi Nahdliyin di HGL nama beliau tentu sangat dikenal dan memang sepak terjangnya untuk NU begitu luar biasa. Namanya sangat akrab di kalangan Nahdliyin karena menurut catatan beliau pernah menjabat sebagai rais syuriyah MWC NU Haurgeulis periode 2014-2019 bersama Kyai Muiz Ali (alm). Ya beliau adalah KH. Makhtum Hadi atau bisa disapa Kaji Makhtum. Secara pribadi saya mungkin tidak seintens teman lain dalam berinteraksi dengan beliau. Akan tetapi kenangan singkat bersama beliau masih saya catat dalam sebuah ingatan lalu hari ini saya menuliskannya. Pertemuan saya dengan beliau adalah ketika kami bersama mahasiswa HGL yang kuliah di Tulungagung bisa sowan ke ndalem beliau di daerah menuju Sumur Bandung HGL. Saat itu Kaji Makhtum adalah salah satu sesepuh yang wajib kami kunjungi minimal satu tahun sekali. Beliau orangnya sederhana, pandai retorika dan pas

Pengalaman Naik Bus Malam

Woks Selain kereta, pesawat dan kapal, bus barangkali satu moda transportasi yang populer. Bicara soal bus tentu banyak pengalaman ketika menggunakan jasa rayap darat tersebut. Sebenarnya saya tidak canggung naik bus karena sejak kecil sudah sering diajak bapak mudik ke Magelang Jawa tengah. Cuma uniknya setiap perjalanan selalu menyuguhkan beragam kisah yang berbeda. Perjalanan kali ini adalah balik ke Tulungagung dengan armada bus Indotrans Handoyo. Sebelumnya ketika pulang ke Indramayu saya menggunakan bus Harapan Jaya dan tahun kemarin dengan bus Gunung Harta. Apapun bus nya saya pastikan ada pengalaman unik disuguhkan di dalam maupun di jalanan. Kali ini kisah datangnya dari penumpang yang arogan. Selain arogan ia juga egois. Ketika perjalanan malam ia seperti tidak memiliki perasaan menyetel video di IG dengan kerasnya. Entah apa motifnya yang jelas suara video IG tersebut sangat menggangu. Tidak ada satupun orang yang berani menegur orang tersebut. Nampaknya yang lain memilih di

Membaca Omjay dan Aliran Tulisannya

Woks Membaca buku, " Menulislah Setiap Hari dan Buktikan Apa Yang Terjadi " sungguh luar biasa. Kendati isinya sangat sederhana akan tetapi apa yang ditulis Wijaya Kusumah alias Omjay sangatlah relevan. Omjay yang seorang guru memang sangat paham bahwa salah satu jalan menuju kemajuan adalah dengan mentradisikan membaca setelah itu menulis. Kesadaran itu tentu Omjay aplikasikan juga di sekolah binaanya di Jakarta. Buku yang diberi pengantar oleh Prof Arief Rahman dan Prof Conny R Semiawan tersebut sangat menarik karena mengupas seputar kecerdasan bahasa. Menurut kedua pakar tersebut menulis adalah cara untuk mengolah bahasa sedangkan bahasa berfungsi untuk menyatakan pikiran dan perasaan. Menulis adalah kemahiran berbahasa yang keempat. Hal yang pertama adalah mendengar, kedua adalah berbicara, ketiga adalah membaca, dan yang keempat sekali lagi adalah menulis. (hlm ix). Bisa saja orang akan sangat mudah menjadi pendengar apalagi berbicara akan tetapi orang membaca lalu men

Miras dan Kita

Woks Oi : Bib saya pemabuk berat, tapi ya ingin berhenti. Habib bisa bantu bimbing saya? Habib Ja'far : Waduh saya lagi di luar kota, hmmz gmana ya. (Beliau pun berpikir sejenak) Ya udah mas gini aja. Saya ndak bisa bimbing secara langsung tapi saya pesen jika sampean mau minum lagi jangan lupa baca bismillah ya. (Hampir satu bulan Oi pun mengabari Habib) Oi : Bib, alhamdulilah saya sudah berhenti minum. Habib Ja'far : Lhoo kenapa? Oi : Saya malu bib, بسم اللّÙ‡ الرّحمن الرّحيم Bicara tentang miras tentu tak asing lagi di telinga. Walaupun beberapa komedian memplesetkan miras dengan es batu karena minuman keras. Akan tetapi benda satu ini tidak bisa jadi lelucon sebab keberadaannya sangat dekat dengan kita. Dulu anak-anak diwanti-wanti agar tidak merokok dengan alasan qias khamr. Artinya jika orang merokok pasti akan coba-coba miras atau bahkan nyabu. Alasan mereka mengqiyaskan karena ada ayat Al Qur'an bicara mengenai "Jangan sekali-kali dekati zina", dekat saja j

Bahaya Ghibah

Woks Syeikh : Lha kamu kok di sini? Oi : Iya Syeikh Syeikh : Kamu kan hmzz Oi : Iya Syeikh benar saya tidak pernah ibadah selama hidup. Trus saya tanya malaikat mengapa bisa ditempatkan di surga Syeikh : Trus kenapa katanya? Oi : Itu Syeikh saya dapat longsoran pahala dari tetangga yang suka ghibah kepada saya padahal dia seorang abid (ahli ibadah) Dari percakapan singkat tersebut amat jelas bahwa ghibah atau bergunjing sangat berbahaya. Bahkan agama sudah menyebutkan di Al Qur'an bahwa ghibah dapat merontokkan amal. Ghibah diibaratkan seperti api yang melahap pagar kayu hingga habis. Orang yang suka ghibah sangat enak memang dan sangat tidak terasa. Saking enaknya seseorang sampai lupa hingga akhirnya amal telah habis diberikan kepada objek ghibah. Tapi ironisnya penyakit ghibah ini justru menjadi program televisi yaitu infotainment gosip. Sehingga kita menjadi pesimis karena penyakit ini terus disebar di tengah masyarakat. Kapan kita akan dewasa jika orang lain masih menjadi kons

Kisah Seorang Sekretaris Desa

Woks Kemarin saya mendapat pelajaran berharga dari seorang teman. Ia adalah teman sejak di MTs sampai ke tingkat Aliyah. Kini profesinya adalah sebagai seorang sekretaris BumDes, namanya Ang Irfan Ependi. Sejak memutuskan keluar dari pekerjaan di salah satu toko aksesoris ia memilih jalan masuk dalam pemerintahan. Kata Ang Irfan semua hal yang dilakukan harus didasari dengan rasa ingin tahu, mau belajar dan suka tantangan. Tapi menurut pengakuannya pembelajaran terjun di masyarakat adalah pengalaman berharga sedangkan hal-hal teknis lainnya dipelajari secara otodidak. Ang Irfan memulai kisahnya dari pertama bertugas yaitu membentuk keanggotaan, menyusun program BumDes, mengalokasikan dana dll. Cerita berlanjut mengenai survei ekonomi di masyarakat atau disebut Resosreg. Survei ini adalah salah satu cara mengetahui keadaan ekonomi penduduk di suatu wilayah selain sensus penduduk, pertanian dan lainya. Kata Ang Irfan dengan terjun ke masyarakat kita jadi tahu kondisi riil di lapangan. Me

Mengikuti Prosesi Kematian di Gantar Indramayu

Woks Bagi orang biasa tradisi atau budaya yang berkembang di masyarakat adalah hal biasa. Akan tetapi bagi antropolog, sosiolog atau peneliti etnografi hal-hal yang berkembang di masyarakat adalah aset pengetahuan yang berharga. Salah satu hal menarik yang dipotret dari masyarakat adalah seputar prosesi kematian. Di masyarakat selain tradisi kelahiran, tasyakuran, khitanan, pernikahan, panen raya, kematian adalah salah satu hal menarik untuk ditulis. Beberapa kesempatan saya pernah mengikuti prosesi kematian yang berkembang di masyarakat khususnya Gantar dan sekitarnya. Di sini prosesi kematian mungkin tak jauh berbeda dengan daerah lain. Akan tetapi ada beberapa hal yang berkembang dan perlu diketahui. Hal-hal yang dituliskan tentu bukan menjadi pakem utama. Melainkan sebagai sebuah tata cara yang selama ini sudah hidup sekian lama. Selama saya hidup di sini hampir melewati seperempat abad baru kali ini rukun kematian terbentuk. Jadi ada banyak perkembangan yang terjadi di masyarakat