Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2023

Todoki Book edisi ke-11 Bersama Bapak M. Alhada F. Habib, S.Sos., MA.

Woks Alhamdulillah saya masih diberi kesempatan mengikuti acara keren yaitu Todoki Book di Rumah Ungu Sumbergempol. Acara ini nampak spesial karena pembedah buku langsung oleh seorang dosen. Beliau adalah Bapak M. Alhada F. Habib. Buku yang dibedah yaitu Sosiologi Ekonomi karya Muhammad Adlin Sila. Acara ini dihadiri hanya sekitar 5 orang peserta akan tetapi secara online dihadiri lebih dari itu. Ya acara ini dilaksanakan secara online lewat akun IG Dulur Dermayu. Dari acara yang singkat lalu dilanjutkan dengan buka bersama tersebut saya mendapat banyak pengetahuan baru. Beberapa catatan telah saya siapkan di antaranya: Bahwa ekonomi itu tak lain didasari adanya semangat untuk memperkaya diri. Semangat itulah yang akhirnya menjadi tulang punggung ekonomi modern dengan kapitalismenya. Dalam buku tersebut Pak Hada menjelaskan bahwa di negara-negara maju seperti di China, Amerika, Jepang, Korea atau Kanada memiliki kunci untuk meningkatkan ekonominya. Dua hal setidaknya paling mencolok y

Radar Ramadhan

Woks Menulis di koran mungkin sesulit yang orang bayangkan. Memang jika mengirimkan tulisan untuk dimuat dan mendapatkan honor sangatlah sulit. Karena hal itu harus melewati prosedur tertentu dan pastinya membutuhkan waktu. Berbeda dengan tulisan yang sengaja dikurasi oleh redaktur melalui para jurnalis lewat proses mencari tulisan. Hal itu bisa lebih cepat barangkali didapat dari beberapa kolega. Hal yang terakhir saya rasakan dan pastinya jika mengikuti alur yang pertama akan terasa sulit. Kebetulan saya pernah memiliki pengalaman dengan tulisan yang dimuat di koran. Seingat saya tulisan yang dimuat di koran Radar Tulungagung tersebut sudah 4 tulisan yaitu "Seni Berdekatan Dengan Perpustakaan 30/3/20, Merindukan Ramadhan Sebagai Pencetak Generasi Masjid 20/4/21, dan yang terbaru adalah Puasa Sebagai Jamuan Rohani Umat Lintas Agama". Seingat saya di tahun 2022 juga di kolom yang sama saya menulis tapi ternyata lupa. Tulisan tersebut bukan tanpa alasan mengapa bisa dimuat. Sa

Ramadhan Mencatat dan Mendekat

Woks Saya sangat bersyukur bisa dipertemukan kembali dengan Ramadhan. Bulan yang siangnya berkah dan malamnya penuh fadhilah. Rasa syukur tersebut saya lengkapi dengan terbitnya sebuah buku yang memotret Ramadhan sebagai topik utamanya. Buku yang percis seperti dilakukan oleh Prof Abad Badruzzaman dalam mensyarahi quote Pak Rektor Maftukhin selama satu bulan penuh. Kendati buku tersebut mengupas Ramadhan tahun lalu akan tetapi esensi dari bulan suci tak lekang oleh waktu. Saya sebenarnya sedikit kaget ketika dikabari Ndan Agus bahwa kata pengantar untuk buku Cengker Ramadhan sudah diterbitkan oleh Prof Ngainun Naim lewat buku barunya. Buku Jejak Intelektual Terserak (2023) karya Prof Ngainun Naim memuat kata pengantar untuk buku kami yaitu di halaman 49. Padahal buku kami belum terbit secara fisik tapi apalah daya kenyataan lebih mendahului. Sebenarnya buku kami Cengker Ramadhan bisa saja terbit tepat waktu khususnya di momentum Ramadhan tahun ini. Akan tetapi karena kendala teknis

Salalahuk

Woks Anda mungkin pernah mendengar pujian salalahuk setelah shalat tarawih berakhir. Pujian tersebut kendati belum jelas siapa pertama yang melantunkannya. Yang jelas dugaan awal salalahuk adalah gubahan salah seorang wali sanga penyebar Islam di tanah jawa. Salalahuk menjadi media menyebarkan Islam lewat sebuah syair lagu. Salalahuk memang terdengar asing bagi sebagian orang akan tetapi untuk wilayah Tulungagung Jawa timur hal tersebut menjadi bagian tak terpisahkan. Terkhusus setelah tarawih usai syair salalahuk menggema merdu diiringi tabuh bedug dan kecrek. Salalahuk berisi pujian kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, utamanya biografi beliau. Selain itu syair tersebut juga memuat pengetahuan akidah, aqoid seket, dan kalimah thayyibah. Syair ini biasa dikumandangkan oleh para sesepuh dengan ritme cepat gembira. Beberapa penggalan syair salalahuk termuat dalam video tersebut. Jika menginginkan teks lengkap bisa search di internet.[] the woks institute l rumah peradaban 27/3/23

Geliat Literasi Santri Tapal Kuda

Woks Saya itu selalu penasaran dengan geliat berliterasi santri dari daerah tapal kuda seperti di Bangkalan, Situbondo, Pasuruan, Banyuwangi, Jember, Probolinggo, Sumenep, Pamekasan dll. Rerata santri-santri di sana mampu menulis dan tulisannya menyesaki web menulis nasional. Tidak hanya itu tulisan mereka pun selalu bagus dan menggugah selera. Anda mungkin kenal dengan Dzawawi Imron sang clurit emas dari Madura, penyair Raedhu Basha, Edi AH Eyubenu (Diva Press), Ning Khilma Anis, Muna Masyari, Ayung Notonegoro, Ahmad Faizi, Lora Ismail Al Kholili, Abdul Hadi WM, Gus Rizal Mumaziq (UAS Kencong), Cak Rusydi, hingga tokoh nasional seperti Sujiwo Tejo, Mahmud MD, Artidjo Alkostar dll. Semua nama-nama tersebut adalah penulis produktif yang selalu memberikan pencerahan lewat dunia menulis. Mungkin nama-nama mereka terlalu besar. Akan tetapi saya sendiri menyaksikan bagaimana geliat berliterasi khususnya dari santri Ma'had Aly sangatlah produktif. Di antara mereka selalu menjadi pesaing

Mencari Pasangan Hidup

Woks Saya pernah punya kisah unik soal pasangan hidup yang menjadi topik utama tulisan ini. Dulu ketika pertama kali menginjakkan kaki di kota Marmer selain perkara ilmu bapak pernah memberi pesan salah satunya soal pasangan hidup. Bapak guyon bahwa di sana (Tulungagung) jangan berniat mencari perempuan tapi carilah jodoh. Kata bapak jika mencari perempuan belum tentu berjodoh tapi jika mencari jodoh sudah pasti perempuan walaupun saat ini ada fenomena pengantin menikah dengan sesama jenis. Tapi bagaimanapun juga benar apa yang dikatakan bapak bahwa tidak semua perempuan yang kita temui adalah jodoh. Bahkan kadang jodoh bisa saja orang dekat kita. Atau bisa juga orang yang tidak kita kenali sama sekali. Begitulah jodoh hampir mirip seperti puzzle dan kita selalu tidak tahu pion ke berapa yang akan menyempurnakan seisi puzzle tersebut. Saya juga pernah menulis seputar pasangan hidup bahwa mereka akan datang ketika kita butuh bukan ingin. Terlalu banyak yang ingin tapi ternyata metode

Mencari Sandaran Hidup

Woks Esensi hidup itu apa tanya seorang bocah? seseorang yang memakai baju koko putih lusuh menjawab esensi hidup adalah mencari ketentraman. Tentram itulah yang sebenarnya tidah hilang sehingga harus susah payah ditemukan. Melainkan ketentraman itu diciptakan dalam kehidupan. Lantas bagaimana caranya ketentraman bisa hadir dalam hidup. Pertama , hiduplah dengan sederhana dan minimalis. Sederhana berarti seseorang merasa cukup atas apa yang Allah berikan sedangkan minimalis adalah cara hidup untuk menekan keinginan sekecil mungkin. Karena hidup itu jangan dikendalikan oleh keinginan melainkan kebutuhan. Termasuk hidup itu yang membuat sulit adalah karena gaya hidup atau kebanyakan gaya. Jika orang sederhana akan tau bagaimana memilih sesuatu yang lebih esensi daripada berlelah-lelah mengejar materi. Kedua , hidup dalam lingkaran pertemanan. Kata Imam Ghazali perbanyaklah berteman dengan siapapun karena kita tidak tahu teman ke berapa yang esok akan menyelamatkan seseorang di akhirat. H

Menjadi Sarkub Semalam

Woks Malam minggu yang sendu saya diajak seorang teman bernama Ibad, saya memanggilnya Ibad Suribad Makanya Krambat. Ibad mengajak saya untuk berburu buku di stand bazar tahunan Jepun. Tapi sayang sesuai yang sudah saya duga anak plinplan itu membelokan niatnya. Tapi kali ini niatnya adalah untuk berziarah. Oke kalau demikian. Akhirnya kami memutuskan untuk membuat rute sederhana distinasi ziarah makam mana yang akan dituju. Walaupun dalam keadaan kurang fit saya pun memberanikan diri untuk menemaninya. Singkat kisah awal kami ziarah adalah Makam Mbah Agung Taruna. Saya menegaskan bahwa ziarah itu yang dekat terlebih dahulu barulah yang jauh kita tuju. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa Mbah Agung adalah tokoh di balik babad desa Plosokandang lebih lagi Tulungagung. Di sana kami shalat isya lalu setelahnya barulah membacakan yasin dan tahlil. Suasana di makam Mbah Agung terasa syahdu ditemani temaram malam yang sayup di bawah pohon ploso menjulang namun menunduk. Selepas ziarah di Plo

Haul ke-10 KH. Hafidz Baehaqi di Kubangsari

Woks KH Hafidz Baehaqi dan kami memanggilnya bapak. Saya mengenal beliau kurang lebih 10 tahun yang lalu dan malam minggu kemarin bertepatan dengan satu dekade beliau berpulang. Peringatan haul ke-10 ini tentu istimewa selain dilaksanakan secara berjamaah, offline, sekaligus bertepatan dengan haul agung Raden Rahmatullah atau Sunan Ampel ke-546. Semoga saja keberkahan memancar pada peringatan haul di hari itu. Sayang peringatan haul ke-10 Kiai Hafidz ini saya tidak bisa mengikutinya secara offline. Akan tetapi melihat dari beragam postingan serta beberapa story WhatsApp menunjukkan acara tersebut gegap gempita. Acara yang dirangkai dengan khotmil Qur'an, ziarah maqbaroh, yasin tahlil hingga haul memang sengaja disusun serapih mungkin. Akan tetapi acara tersebut khususnya haul tidak terbayangkan oleh keluarga yang menurut hemat saya begitu dibanjiri masyarakat. Kiai Hafidz memang tidak hanya dimiliki keluarga akan tetapi dimiliki semua orang. Jika bicara beliau tentu tak ada habisn

Amalan Ngopeni Masjid

Woks Di pesantren kita mengenal tradisi sanad dan ijazah. Sanad adalah sebuah ketersambungan murid dan guru perihal memperoleh ilmu sedangkan nasab adalah ketersambungan soal silsilah keluarga. Sedangkan ijazah adalah tradisi memberikan izin, pengesahan, atau membolehkan mengamalkan sesuatu amalan maupun isi kitab. Soal ijazah misalnya saya memiliki pengalaman unik. Biasanya ijazah dari seorang kiai umumnya berkaitan dengan amalan misalnya dzikir atau do'a atau membolehkan mengajarkan isi kitab. Akan tetapi saya pernah mendapat ijazah dari guru saya bukan tentang kitab maupun amaliyah bacaan melainkan ngopeni masjid. Guru saya sewaktu di MTs yaitu Ustadz Hariri. Ketika itu saya akan berangkat ke Tulungagung dan beliau salah satu orang yang saya datangi. Saya berharap beliau memberikan doa restu serta ijazah amalan tertentu agar saya dapat berjuang di rantau dengan istiqomah dan mengamalkannya. Tanpa banyak kata beliau memberi ijazah agar saya mau ngopeni masjid. Beliau bercerita ba

Masjid dan Komersialisasi Modernitas

Woks Masjid adalah rumah ibadah umat Islam. Darinyalah Islam disimbolkan terutama dengan bulan dan bintangnya. Dulu masjid dibangun hanya dengan kayu kurma dan pelepah, daun kurma sebagai atapnya. Lalu seiring berjalannya waktu masjid berdiri kokoh dengan segala arsitekturnya. Sesudah material bangunan ditemukan seperti saat ini masjid paling mewah terbuat dari kayu jati atau susunan batu bata. Tapi saat ini dunia berkembang cepat masjid-masjid berhias bola lampu serta gaya berkelas elit berdiri di mana-mana. Secara arsitektur masjid kini dibangun dengan baja, susunan besi, lapis marmer, atau seperti rumah kaca. Masjid gaya kontemporer berdiri kokoh bahkan mencakar langit. Fungsi masjid pun memiliki peran ganda tidak hanya sebagai tempat ibadah melainkan untuk kegiatan lain seperti peringatan hari besar Islam, perkumpulan, seminar, pengajian hingga kampanye. Ya demikianlah masjid dulu dan kini sudah berbeda. Zaman Nabi Muhammad SAW, masjid dibangun atas dasar takwa. Sehingga seni dalam

Catatan Rihlah Ilmiah ke Surabaya

Woks Pada Kamis yang lalu saya berkesempatan mengunjungi Kota Pahlawan, Surabaya. Tentu banyak kenangan yang tertambat di kota ini terlebih ke tempat tujuan utama yaitu UINSA Surabaya. Mungkin perjumpaan saya ke UINSA masih terhitung jari akan tetapi selalu saja melahirkan decak kagum terutama ketika melihat desain bangunan yang ikonik. Saya berangkat pagi dari pondok menuju rumah Pak Fauzan (dosen saya) di utara Pondok Menara Al Fatah Mangunsari. Kebetulan hari itu adalah hajat beliau dan saya dimintai menemani. Singkat kisah ketika saya sampai di rumah beliau waktu begitu pagi. Akhirnya saya memberanikan diri mencari sarapan tak disangka ketika berbelok dari arah lampu merah Mangunsari ke arah timur ternyata sudah ada dua polisi sedang menunggu. Saya pun kaget lantas secara spontan langsung berhenti di salah satu warung. Kebetulan warung tersebut belum buka. Dan saya langsung saja pesan teh hangat serta beberapa roti dan kripik. Sebenarnya pesan teh hangat tersebut adalah modus karen

Bertemu Gus Rofiq Sang Pendekar Mantan Aktivis HTI

Woks Pada perjalanan saya beberapa hari lalu tepatnya ke Surabaya. Banyak hal yang tidak terduga dan nampaknya seperti kejutan. Salah satu dari kejutan tersebut adalah bertemu dengan Ibu Ummu Iffah yang merupakan istri dari guru kami Ustadz Khotib dan dosen AFI UIN SATU. Saya sedikit kaget dengan beliau karena memang sejak awal belum pernah bertemu. Selanjutnya yang ngeri sedap adalah pertemuan dengan Gus Rofiq alias Dr Ainur Rofiq Al Amin. Sebenarnya saya tidak kenal Gus Rofiq secara personal di ruang offline. Akan tetapi takdir mempertemukan kami di ruang singkat ketika saya menunggu Pak Fauzan ujian proposal disertasi. Pada pertemuan itu Gus Rofiq bilang begini, "Cah HTI ndi iki?". Saya langsung menyanggahnya dan mengatakan, "Sanes lho Gus, kulo niki lare IPNU". Lalu saya pun meminta foto dengan beliau. Saya baru ingat bahwa Gus Rofiq adalah dosen pemikiran politik Islam UINSA Surabaya dan UNWAHA Jombang bersama istrinya Nyai Umi Chaidaroh binti KH. Sholeh Abdul

Catatan Haflah Akhirussanah PPHS Srigading 2023

Woks Barangkali ini merupakan catatan haflah paling syahdu yang saya alami. Ya, haflah kali ini tentu akan menjadi acara yang akan terus diingat sebagai kenangan. Acara haflah kali ini diselenggarakan dalam musim penghujan yang hampir tiap sore terus mengguyur secara umum di wilayah Tulungagung. Tentu hujan tersebut membuat ketar ketir panitia sejak beberapa hari lalu. Singkat kisah sebenarnya beberapa orang santri telah diijazahi oleh Abah sebuah doa mengusir hujan. Akan tetapi di hari H acara suasana begitu terang dan tidak nampak akan turun hujan. Bahkan saya sendiri terlelap tidur karena merasa optimis bahwa sore itu hujan tak akan turun. Ternyata dugaan kita semua meleset. Hujan turun dengan derasnya padahal semua perlengkapan seperti tenda, panggung, dekorasi, konsumsi semua sudah siap. Bahkan hari kemarin tanggal 27 Februari 2023 hujan tidak mengguyur setetespun. Demikianlah musim seperti halnya jodoh sangat misteri dan hanya bisa diprediksi. Sore menjelang magrib panitia sudah

Ngaji bersama Gus Iqdam di Ngantru

Woks Pada malam Senin saya beserta rombongan mengikuti pengajian di daerah Ngadirejo Pojok Ngantru Tulungagung. Kami bersama rombongan naik mobil pick up menembus malam dan gerimis. Sesampainya di sana luar biasa ternyata jamaah sudah sangat banyak memadati halaman masjid dan sebagian jalanan. Di antara mereka berjejer sambil mengibarkan bendera tanda identitas sebuah pecinta shalawat. Mereka dengan riang gembira terus mengibaskan benderanya padahal suasana hujan makin deras. Animo masyarakat memang luar biasa entah apa motivasinya mereka bertahan di tengah guyuran hujan. Barangkali sosok Gus Iqdam memang menjadi faktor yang ditunggu. Dalam perjalanan kali ini sebenarnya saya dan teman-teman berniat ngaji sekaligus menunggu untuk meminjam tikar. Kebetulan tikar tersebut masih dipakai dan kami harus menunggu hingga usai. Usut punya usut akhirnya kami sekaligus mengikuti pengajian Gus Iqdam dan mencari kopi. Kami dan jama'ah lain menunggu lama sambil menikmati secangkir kopi di tenga

Mengapa Harus Jurnalistik?

Woks Pertanyaan mengapa harus jurnalistik menjadi menarik untuk dijawab atau setidaknya layak sebagai judul pada tulisan ini. Seperti yang sudah berjalan kali ini kita berjumpa lagi dalam ekstrakurikuler jurnalistik. Rasanya memang kita perlu untuk berjumpa lagi mungkin sekedar bersapa kabar sekaligus berbagi cerita. Seperti yang sudah dibahas tempo lalu belajar terkait jurnalistik sangatlah penting. Lebih lagi di era digital seperti saat ini jurnalisme media sosial, internet dan gawai sangatlah diperlukan terutama soal etika. Anda mungkin tahu di internet secara umum dan terkhusus di media sosial etika menjadi barang mahal. Maka dari itu perlunya kita sebagai insan akademik untuk terus berjihad membuat kontra-narasi positif di media sosial. Donal Trump si mulut besar mantan presiden Amerika pernah berkata bahwa 98% informasi di internet adalah sampah. Pernyataan tersebut bisa jadi benar karena seperti dewasa ini kita ketahui dunia internet sangatlah keruh. Banyak berita hoax, konten