Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2021

Mendidik Anak Berjiwa Pemberani

Woks Kamis, 25/3/21 bertepatan dengan 11 Sya'ban 1442 TPQ Raudhatul Athfal Mojosari mengadakan peringatan Isra Mi'raj. Walaupun peringatan tersebut tidak bertepatan di bulan Rajab setidaknya esensinya masih sangat relevan dalam kehidupan. Acara ini tentu diisi dengan berbagai kegiatan seperti membaca Qur'an, bershalawat hingga membacakan puisi dan pantun. Sejak awal sengaja petugas semua dari anak-anak mulai dari mempersiapkan tempat, mendekorasi, MC, qori, hingga yang membacakan puisi dan pantun. Tentu kita tahu tidak mudah membuat anak mau tampil di depan umum jika belum dibiasakan sejak dini oleh orang tuanya. Karena anak masih memiliki rasa yang alami seperti belum percaya diri, gampang minder, malu-malu, takut, demam panggung, dan seringnya mendorong temannya yang lain sedangkan dirinya tidak mau. Itulah sifat alami anak sehingga peran guru dan orang sangat penting untuk menciptakan suasana agar anak tampil percaya diri dengan dirinya sendiri. Membangun keberanian anak

NKRI: Netizen Kesatuan Republik Indonesia

Woks Mempersatukan sesuatu yang berbeda itu adalah pekerjaan yang tidak mudah. Perlu perjuangan berdarah-darah dalam meyakinkan bahwa persatuan adalah hal yang utama dalam sebuah negara berdaulat. Akan tetapi persatuan pun tidak bisa dipaksakan seperti halnya kegagalan Mahapatih Gajahmada dalam misi menyatukan Nusantara. Persatuan hanya bisa terjadi ketika perasaan sama rasa terwujud lewat satu batang tubuh, misalnya ketika sakit. Sakit dalam konteks dulu adalah keterjajahan bangsa kita oleh bangsa asing, orang Jawa mengistilahkan dengan "ono kebo bule". Persatuan memang selalu terwujud lewat bingkai perjuangan. Di mana kondisi tersebut mengharuskan seseorang untuk menentukan pilihan bahwa bersatu adalah hal yang terbaik daripada sendiri. Berkah persatuan tentu sangat kita rasakan dalam masa penjajahan hingga akhirnya merdeka. Andai kita tidak bersatu saat itu mungkin Indonesia tidak akan mencapai kemerdekaannya. Memang begitulah kiranya bahwa tidak ada obat paling manjur ke

Sepotong Puisi Kecil

Woks Ibu Malam itu aku temukan sepasang bulu dari sayap malaikat, tergeletak di atas sajadahmu tempat engkau bermunajat Ibu Aku tahu di sepertiga malam engkau mendoakan anak nakalmu ini Doamu mewangi merasuk qolbuku rintihan doamu menyelimuti saat aku terbaring dalam dingin Percayalah ibu kerinduanku kepadamu bersemi sepanjang waktu. Di Hadapan Engkau Di hadapan guru aku serupa debu serupa pasir tak berdaya Di hadapan ilmu aku seperti hewan tak pernah tau peradaban Di hadapan orang aku seperti gelandangan lusuh dan tak tau aturan Tapi di hadapanmu aku selalu ingin nampak sederhana punya sebongkah rindu dan cinta Tentang Hati dan Cahaya Hati serupa rumah di penuhi jendela jika banyak orang menguasai hatimu sungguh aku tak pernah takut rumah adalah tempat di mana aku bersembunyi jika orang melewati pintu untuk menguasai hatimu dan engkau mulai berpaling dariku percayalah aku tak pernah pergi aku masih tetap bersemayam di bawah jendela itu hati dipenuhi pintu tapi jendela itu hanya milikk

Pod-Writes bersama Bang Woks: Literasi Santri Membangun Negeri

Acara bincang santai ini membahas tentang urgensinya santri untuk berkontribusi lewat media tulis menulis. Moderator: Mengapa sih tema santri dan literasi dipilih dalam acara ini? Bang Woks: Sebenarnya tema literasi sudah lama digeluti santri cuma kita baru paham hari ini karena adanya teknologi. Secara historis literasi santri begitu subur terutama kalangan pesantren yang banyak melahirkan karya tulis. Kitab-kitab yang menjelaskan tentang berbagai macam keilmuan lahir dari dunia pesantren kita ambil contoh karya Syeikh Nawawi al Bantani, Syeikh Mahfudz Termas, Syeikh Ihsan Jampes, KH. Hasyim Asy'ari, KH. Bisri Mustofa, hingga KH. Maimun Zubair. Karya-karya tersebut selain bermanfaat hingaa kini kita juga perlu berbangga karena karya tersebut dikaji di berbagai majelis ilmu di dunia bahkan di Al Azhaar Mesir. Di era modern literasi tentu lebih bergeliat lagi. Santri tidak hanya bergelut dengan turats justru santri harus mampu menjawab tantangan zaman lewat literasi digital dan tek

Memprovokasi Mahasiswa Untuk Menulis

Woks Sabtu, 27 Maret 2021 saya merasa terhormat karena di undang untuk mengisi kegiatan pelatihan menulis dan riset yang diselenggarakan HMJ Tasawuf Psikoterapi IAIN Tulungagung. Alhamdulillah acara berjalan semarak walaupun masih dalam masa pandemi. Sekitar 20 mahasiswa yang ternyata berasal dari lintas jurusan merapat dalam acara pelatihan tersebut. Tentu saya sangat senang bisa menimba sekaligus sharing ilmu tentang kepenulisan ini. Saya merasa ilmu kepenulisan ini adalah titipan Tuhan yang harus disebarkan dan tidak boleh dipek dewe . Awal pelatihan saya buka dengan ice breaking sejenak yaitu dengan bertepuk-tepuk ala anak Pramuka dan sedikit ditambah dengan menyanyi. Walau suara kami terasa sumbang pada akhirnya cara tersebut berhasil mencairkan suasana ruangan yang lumayan panas. Akhirnya acara saya mulai dengan beberapa pertanyaan mendasar mau apa ke sini? apakah menulis itu penting? lalu bagaimana caranya menulis? kapan dan di mana waktu yang pas untuk menulis dst. Para peser

Barokah Mengajarkan Kitab Kecil

Woks Siapa bilang orang besar itu adalah ketika mampu mengajarkan kitab besar nyatanya kitab lanjutan tersebut diajarkan sesudah kitab kecil. Ya tentu kita tahu saat di pondok atau ketika mengaji di madrasah sewaktu kecil sebelum meningkat ke kelas besar kita diajari kitab-kitab kecil sebagai pondasi dasar. Maka orang besar itu adalah ketika tidak melupakan pengajaran dulu disaat belajar kitab kecil. Sebelum mengenal ushul fikih, mantik atau disiplin ilmu lanjutan lainya kitab kecilah yang tak boleh dilupakan. Sebelum kita mengenal tafsir, kitab tauhid atau tasawuf justru kitab kecilah yang menjadi pengantar ke disiplin ilmu tersebut. Maka dari itu perlulah kita berterima kasih kepada guru sewaktu di mushola, madrasah atau sekolah dasar tanpa mereka kita mungkin tidak tau apa-apa. Tak terpikir apa jadinya jika dulu kita tidak diajari kitab Mabadi Fikih atau Safinatun Najah misalnya sebagai pengetahuan awal dalam masalah fikih dan penunjang ibadah sebelum akhirnya berlanjut ke Taqrib at

Literasi Santri Membangun Negeri

Woks Judul atau tema mengenai literasi santri memang sudah tidak asing lagi. Kita bahkan selalu mendengarnya bahwa santri tanpa gerakan literasi maka sama dengan memutus mata rantai peradaban pesantren yang sudah terbangun sejak lama. Pesantren tentu kita tahu merupakan aset berharga yang telah menjalankan kiprah panjangnya. Secara historis kaum santri telah menjadi pilar kemerdekaan dengan menjadi jangkar nasionalisme. Tidak hanya itu ulama pesantren juga telah berhasil mewarisi semangat jihad dan ijtihad berupa aksi serta tumpuan peradaban dengan karya tulis. Kita tidak bisa membayangkan jika para ulama tidak menulis mungkin pesantren tidak akan dikenal hingga saat ini. Betapa tidak pendidikan tertua yang selalu mendapat stigma kuno, tradisional itu sebenarnya telah berpikir jauh ke depan bagaimana caranya mengingatkan tentang jas hijau atau jangan sekali-kali menghilangkan jasa ulama pun demikian dengan jas merah ala Soekarno. Membincang pesantren memang tak pernah berkesudahan. P

Koneksi Spiritual

Maqbarah KH. Munawwir Kholid (Muassis Metode an Nahdliyah) Woks Kita mungkin sering mendengar atau membaca ada orang yang selalu nampak mudah berkomunikasi dengan mahluk lain di luar diri sendiri. Keyakinan bahwa yang ghaib bisa dirasakan kehadirannya merupakan rukun iman yang wajib diyakini. Karena itulah kita juga percaya bahwa mahluk di luar manusia itu ada dan bisa dirasakan. Orang-orang yang mudah untuk berinteraksi dengan energi di luar dirinya bisa jadi karena faktor indigo, intuisi, ilham atau kejernihan hati. Orang-orang yang demikian bisa juga karena daya spiritualnya tinggi dalam batin. Atau jiwa yang mudah terbuka hijab ghaibnya dan keadaan suci hatinya. Maka dari sana mereka diberi keistimewaan oleh Allah untuk bisa menangkap frekuensi lain di luar dirinya. Gelombang elektromagnetik yang ada dalam tubuh jika sudah saling interaksi-interkoneksi maka tidak sulit jika merasakan hal-hal mistik tersebut. Misalnya karena masih memiliki pertalian nasab atau karena satu jalur lel

Jika Corona Telah Pergi

Woks Sejak corona atau Covid-19 muncul orang-orang di belahan dunia mulai ramai membincangnnya, mereka yang bukan ahlinya pun mendiskusikan mengapa corona bisa terjadi. Virus ini sudah terlampau menjadi isu utama pemberitaan sepanjang hampir dua tahun ini. Bahkan orang-orang selalu berspekulasi mengenai kapan waktu akhir dari pandemi ini. Pandemi yang dalam kacamata orang awam selalu meresahkan ini diperkirakan telah membunuh mata pencaharian, menutup kesenangan, menyekat keinginan, membatasi aktivitas, membuat jarak pergaulan, menghentikan pergerakan, serta merepotkan. Tapi bagi kalangan ahli hikmah pandemi justru panen raya karena banyak waktu luang mereka bisa fokus mengaji, nikmat ibadah, khusyuk berdzikir, semangat berkarya, udara menjadi bersih dan dunia tak lagi bising. Lantas jika corona benar-benar pergi apa yang akan kita lakukan? Apakah ketika corona pergi orang-orang akan meruwat bumi untuk melepaskan segala angkara murka. Mereka akan gegap gempita menyiapkan segala macam h

Memanen Rindu Lewat Al Khidmah

Woks Pada 20-21 Maret 2021 atau bertepatan dengan 7 Sya'ban 1442 H kita mengikuti acara Haul Akbar PP Assalafi Al Fithrah Kedinding Surabaya. Acara ini merupakan kali kedua diselenggarakan ketika tahun lalu sempat ditiadakan karena pandemi masih merebak padahal saat itu panggung, terop atau tenda sudah berdiri dan terpaksa dicopot kembali. Akhirnya di tahun 2021 ini acara berlangsung dengan khidmat walaupun dengan cara virtual . Melihat acara tersebut kita malah justru merasakan betapa merindunya para muriddin dengan beliau Hadratus Syeikh KH Ahmad Asrori Al Ishaqy ra. Betapa tidak kekuatan ruhaniyah begitu terasa karena setiap diselenggarakan acara serupa tapi selalu terasa berbeda. Apalagi di tahun ini banyak di antara guru kita yang berpulang di antaranya al Habib Ahmad bin Zein al Kaff, al Habib Thahir bin Abdullah al Kaff, Habib Abdullah bin Umar al Haddar dan KH Hasanuddin. Walau demikian kita tidak sedikitpun berkurangnya mahabbah kepada majelis al khidmah ini. Majelis hau

Lalaran Metode Efektif Bagi Anak untuk Menghafal

Woks Sebelum ada metode cepat dalam mencerna pengetahun, tradisi pesantren sudah mengenal metode lalaran. Metode lalaran yaitu cara menghafal sesuatu dengan menyanyikanya atau mensyairkanya. Metode ini telah dikenal sejak lama di pesantren utamanya pesantren salaf. Metode lalaran tersebut biasanya digunakan untuk menghafal bait-bait atau nadhoman dalam sebuah kitab. Lalaran biasa kita gunakan ketika menghadapi pasal-pasal pada kitab yang perlu dihafalkan misalnya mufrodat dalam sebuah kamus. Lalaran juga digunakan untuk memudahkan santri mengingat poin-poin utamanya pada kitab yang berkaitan dengan gramatikal, nahwu dan sharaf misalnya kitab Amtsilati Tasyrifiyah, Jurumiyah, Imrity hingga Alfiyah Ibnu Malik . Menghafal dengan cara lalaran sangat praktis karena memang fungsi aplikatifnya langsung dirasakan santri. Lalaran tentu merupakan metode yang dapat disesuaikan dengan berbagai kondisi misalnya nada lagu, tempo, lafadz dan banyaknya bait yang di hafal. Misalnya untuk mengenalkan

Manusia Tembok

Woks Dulu kita pernah mendengar ada manusia kardus. Manusia tipe ini bukan manusia yang terbuat atau tinggal di dalam kardus melainkan tipe manusia yang punya intrik dan propaganda dengan mengelabui orang lain lewat media kardus. Kita tentu harus puas dengan orang-orang semacam itu tapi di saat yang bersamaan kita juga merasa miris mendengarnya. Makna lain dari manusia kardus adalah mereka yang diabaikan karena kardus itu selepas dipakai langsung dibuang. Manusia kardus juga adalah tipe manusia yang tidak memiliki integritas di mana ia mudah terombang-ambing oleh hembusan angin orang lain. Sehingga pendirian manusia tipe ini sangat mudah goyah. Manusia memang unik dan banyak jenisnya salah satunya selain manusia kardus ada lagi yaitu, manusia tembok. Manusia tembok adalah tipe orang yang percaya diri berlebihan bahwa yang ia lakukan adalah sebuah kebenaran. Manusia jenis ini sering kita jumpai apalagi saat ini era media sosial manusia tembok berjamuran di mana-mana. Yang paling mudah k

Pod-Writes bersama M. Yachya Rahmatullah (Petinggi & Penggerak Sholawat Fajrul Ummah 2016-2019)

Pod-writes kali ini kita akan membahas tentang sholawat sebagai sebuah pelumas penggerak sendi-sendi kehidupan termasuk mengawal agama, sosial, politik, budaya hingga peran sentral di masyarakat. Jurnalis TWI: Apa makna shalawat yang sampean pahami? Mas Yachya: Shalawat itu perintah terselubung yang dijelaskan dalam al Qur'an surah al Ahzab:56 Ø¥ِÙ†َّ ٱللَّÙ‡َ ÙˆَÙ…َÙ„َٰٓئِÙƒَتَÙ‡ُÛ¥ ÙŠُصَÙ„ُّونَ عَÙ„َÙ‰ ٱلنَّبِÙ‰ِّ ۚ ÙŠَٰٓØ£َÙŠُّÙ‡َا ٱلَّØ°ِينَ Ø¡َامَÙ†ُوا۟ صَÙ„ُّوا۟ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„ِّÙ…ُوا۟ تَسْÙ„ِيمًا Shalawat itu bentuk rasa syukur kita kepada Allah swt atau dalam bahasa Gus Baha adalah ibadah tertinggi yaitu ketika kita menikmatinya. Shalawat itu adalah harapan di mana kita akan terus memohon syafaatnya. Jadi shalawat adalah cara kita untuk terus gondelan kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw. Jurnalis TWI: Sejak kapan sampean bershalawat dan bagaimana shalawat bisa membuat sampean pernah mengorganisir misalnya dalam sebuah organisasi atau politik? Sahabat Yachya: Hal-hal yang lain mungkin bisa bersifat

Kita dan Alam Medsos

Woks Sejak revolusi industri pun ketika peran-peran mesin hingga teknologi masif membantu kinerja manusia saat itu juga dunia berubah drastis. Masuk era milenium utamanya di abad 21 manusia malah justru semakin canggih pengetahunnya. Di abad ini siapa pula yang tidak bersinggungan dengan teknologi utamanya gadget bersama segenap sahabatnya (medsos, fitur, software, dan piranti canggih lainya) merupakan produk berpikir manusia. Sejak bangun tidur hingga tidur lagi kita memang tak bisa berpisah dari gadget. Serangkaian fitur menarik, aplikasi, dan medsos selalu menjadi sahabat setiap hari. Kita tidak bisa menghindar darinya dan pastinya selalu menjadi orang yang konsumtif atas semua itu. Gadget dan alam medsos memang menarik untuk diselami sama halnya dengan pecinta game yang telah candu. Bagaimana pun tidak pentingnya semua akan nampak penting karena medsos bersifat flow dan menenggelamkan. Orang-orang menganggap bahwa update status, melihat like, follow hingga komentar adalah bagian

Ihyaul Mawat dan Narasi Pekarangan Yang Terlupakan

Woks Di samping, belakang atau sekitar rumah kita sering dijumpai sebuah pekarangan. Dulu hampir setiap rumah pasti punya pekarangan. Orang-orang gegap gempita menanami pekarangan itu dengan berbagai jenis tumbuhan mulai dari sayur mayur hingga tanaman buah musiman seperti pisang, mangga, jambu dan nangka. Hasil dari pekarangan rumah menjadi andalan sebagai pelengkap bumbu dapur ketika malas atau harga sayuran naik di pasaran. Tidak hanya itu dari pekarangan kita bisa memanfaatkan lahannya untuk beternak hingga menjemur pakaian, gabah, jagung dan lainya. Bahkan sejak dulu anak-anak mendapat didikan orang tua lewat pekarangan. Mereka bermain, berlari, naik sepeda di areal pekarangan. Tapi saat ini untuk sekadar main sepakbola pun anak-anak kesulitan. Mereka harus menunggu musim kemarau tiba karena sawah akan beralih fungsi menjadi lapangan dadakan. Jangan ditanya lapangan asli di mana? lapangan desa masih ada tapi sepi karena ditinggal kaum mudanya merantau ke kota. Jika demikian pekara

Spiritualitas Tanpa Batas

Gambar: Makam Syaikh Basyaruddin Kalangbret-TA Woks Syeikhul Akbar Ibnu Arabi' pernah berkata bahwa siapa orangnya yang memiliki guru hanya dari orang yang hidup saja berarti ia belum mampu memahami dimensi hakikat. Pernyataan beliau begitu menarik untuk dipahami lebih jauh. Sebab selama ini kita hanya tahu bahwa guru adalah mereka yang masih hidup. Kalangan kaum esoteris mencoba menggali hal itu lewat jalan spiritualitas. Jalan di mana hanya segelintir orang saja yang mengikuti arus berbeda dari umumnya masyarakat. Kita mungkin sering berpikir aneh dengan manusia modern di satu sisi mereka tidak percaya takhayul tapi di sisi yang lain mereka menyewa jasa paranormal untuk memuluskan hajatnya. Para pemuja sains dan teknologi misalnya mereka juga sering meminta para rahib berdoa merapalkan mantra dan doa untuk kelancaran penelitiannya. Lagi misalnya untuk memuluskan jabatan seseorang sering mendatangi kuburan si A, orang yang sedang membangun bangunan sering menanam sesaji, atau oran

Menyelami Tetralogi Motto PPHS Srigading

Woks Pesantren sebagai jangkar keilmuan, keadaban dan kebudayaan memiliki strategi khusus dalam menyemai ajarannya kepada setiap santri. Ajaran pesantren tentu dapat diwujudkan berdasarkan visi misi atau pepeling hidup dalam sebuah pesan moral pondok. Harapan besarnya dari sana para santri dapat memahami jalan dakwah pesantren untuk diaplikasikan ketika lulus nanti. Salah satu pesan yang perlu kita pahami seperti pada motto Pondok Pesantren Himmatus Salamah Srigading Tulungagung (PPHS) yang termaktub dalam tetralogi motto pondok. Tetralogi motto yang terdapat dalam pesantren ini yaitu: sregep jamaah, ngaji, mulang dan resik-resik. Mari kita kupas satu persatu pertama , sregep jamaah artinya rajin berjamaah. Rajin itu sikap cerdas yang dilakukan tanpa beban dan cenderung menikmati. Orang tahu bahwa shalat berjamaah itu hukumnya wajib sehingga orang rajin akan mengusahakan semaksimal mungkin untuk dapat berjamaah tanpa merasa dipaksa. Kita juga tahu bahwa jamaah adalah warisan besar yang

Profil Pondok Pesantren Himmatus Salamah Srigading Tulungagung

Pondok Pesantren Himmatus Salamah (PPHS) Srigading Tulungagung adalah pesantren salaf yang beralamatkan di Dusun Srigading, RT 03/RW 01, Desa Plosokandang, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung. Pondok yang berdiri di atas lahan sekitar 75 rhu tersebut sengaja dibangun untuk menyiarkan agama Islam lewat mengaji dan amaliyah khas pesantren. Sejarah Singkat Pondok pesantren Himmatus Salamah didirikan oleh H Slamet atau H Salim. H Slamet merupakan penguasaha perlengkapan rumah tangga UD H Slamet (depan kampus IAIN Tulungagung) sekaligus pemilik usaha home industri sapu, keset dll. Karena merasa usahanya lancar beliau berinisiatif untuk berinvestasi akhirat yaitu dengan mendirikan pondok yang dulu awalnya hanya diisi oleh anak TPQ. Lambat laun pondok tersebut memiliki santri mukim. Pada tahun 2002 Himmatus Salamah berfungsi sebagai tempat mengaji. Awalnya pengajian diampu oleh H Slamet karena kesibukan akhirnya beliau memberikan amanat kepada Ustadz Dahlan pada tahun 2004. Singkatny

Sejarah Ngaji Ngopi Tulungagung

Woks Kita tahu pagelaran Ngaji Ngopi di Tulungagung begitu gayeng bahkan sampai pandemi semua tidak lepas dari perjalanan panjangnya. Ngaji Ngopi berawal dari sebuah pergerakan warung kopi dulu Kopiah Ireng namanya, yang berada di Jalan Panglima Sudirman No.80 Gg.7 Kepatihan Tulungagung, sebelum akhirnya warkop itu berganti nama menjadi Sidomarem dan akhirnya warkop Ngaji Ngopi. Ngaji Ngopi diawali oleh sekelompok pemuda yang berafilisasi dengan komunitas EO (event organizer) Tulungagung All Star (Tul Art). Beberapa dari mereka berdiskusi kecil kecilan karena pada saat itu pengetahuan agama dirasa sangat penting lantas mereka bertanya seputar ubudiyah. Sebuh saja Gus Fahaq sebagai salah satu inisiator yang ada di warkop tersebut langsung merespon beberapa pertanyaan teman-teman untuk diwadahi dalam sebuah club diskusi kecil-kecilan. Pertanyaan menggelitik terkait masalah yang tabu pernah terlontar, kata Mas Heru Sukoco atau Mas Koko diawali oleh Mas Ibnu Ismail alias Mas Planet. Dari s

Obituari: Prof Tasawuf Nan Produktif Itu Berpulang

Woks Sejak pertama masuk kuliah di jurusan Tasawuf Psikoterapi (TP) IAIN Tulungagung setidaknya ada dua nama yang saya ingat sebagai guru besar bidang tasawuf pertama adalah Prof Dr KH Said Aqil Siradj dan kedua Prof Dr KH Amin Syukur. Nama kedualah yang nampaknya selalu disebut-sebut sebagai pendiri jurusan TP di Indonesia. Prof Amin begitu kami sering membincangnya pernah satu ada dua kali mengunjungi kampus IAIN Tulungagung untuk kunjungan atau mengisi seminar namun percisnya kapan saya tidak tau, saya hanya dapat info dari para alumni. Yang selalu saya ingat dari Prof Amin adalah nama beliau yang begitu masyur di kalangan akademisi utamanya jurusan TP. Alasannya sederhana karena beliau orang yang sederhana lagi produktif. Tak tanggung-tanggung buku yang mayoritas bertema tasawuf seperti judul Tasawuf Sosial, Zuhud di Abad Modern, Tasawuf Kontekstual, Tasawuf Bagi Orang Awam, Studi Akhlak, Pengantar Studi Islam, Menggugat Tasawuf, Intelektualisme Tasawuf, Menata Hati Agar Disayang I

Keresahan Sistemik dan Do'a yang Tak Terkabul

Woks Masa pandemi ini memang banyak orang yang kelabakan bahkan perusahaan gagah pun nampak ada yang gulung tikar. Orang yang terbiasa melancong ke sana-kemari, atau yang terbiasa gesit hidup dengan dinamis saat ini nampak lesu. Orang yang biasa hidup menikmati malam dan siang kini nampak dikebiri atau apapun itu. Aneh memang pandemi menjadi disalaharti. Padahal di sana banyak hikmah yang terselip. Apakah demikian? nyatanya tidak. Toh jika pun hal itu terjadi ia hanya bagian dari salah satu imbas atau dampak di mana kejadian tersebut tak lain merupakan pelajaran. Pandemi ini merupakan cara Tuhan mendidik kita bahwa hidup tidak selalu mulus pasti ada saja lika-liku. Keadaan itulah yang seharusnya kita terima sebagai ketentuan takdirNya. Barangkali Tuhan telah bosan dengan rengekan manusia yang selalu mendamba dunia daripada Dirinya. Kita seolah tengah berlaku menjadi orang yang selalu tidak puas dan ingkar padahal jika dibandingkan dengan nikmat yang ia berikan sungguh tak ada apa-apany