Woks
Ibu
Malam itu aku temukan sepasang bulu dari sayap malaikat,
tergeletak di atas sajadahmu
tempat engkau bermunajat
Ibu
Aku tahu di sepertiga malam engkau mendoakan anak nakalmu ini
Doamu mewangi merasuk qolbuku
rintihan doamu menyelimuti saat aku terbaring dalam dingin
Percayalah ibu
kerinduanku kepadamu bersemi sepanjang waktu.
Di Hadapan Engkau
Di hadapan guru
aku serupa debu
serupa pasir tak berdaya
Di hadapan ilmu
aku seperti hewan
tak pernah tau peradaban
Di hadapan orang
aku seperti gelandangan
lusuh dan tak tau aturan
Tapi di hadapanmu
aku selalu ingin nampak sederhana
punya sebongkah rindu dan cinta
Tentang Hati dan Cahaya
Hati serupa rumah di penuhi jendela
jika banyak orang menguasai hatimu
sungguh aku tak pernah takut
rumah adalah tempat di mana aku bersembunyi
jika orang melewati pintu untuk menguasai hatimu
dan engkau mulai berpaling dariku
percayalah aku tak pernah pergi
aku masih tetap bersemayam di bawah jendela itu
hati dipenuhi pintu tapi jendela itu hanya milikku
Pisah Kenang
Kenapa harus berpisah jika hanya untuk mengenang
Kenang saja tanpa harus berpisah
Kenanglah selamanya, berpisah itu tidak enak
Kesunyian
Mengapa kau berdiam sendiri
bersulang bersama sepi
Mengapa kau termenung
bermandi kesunyian
Bukankah aku cahayamu
selalu bersinar di kala gelap
Bukankah aku sandaranmu
tempat engkau berbagi rasa
Apa guna keluh kesah
jika pada akhirnya ada air mata
Bukankah tangis, haru dan tawa sama saja?
Sepertinya kau memang butuh kesunyian
suasana di mana kita pernah berbagi rasa manis dalam sebuah cangkir
rindu, engkau
sunyi.
*Srigading, Penghujung Bulan Maret 2021
the woks institute l rumah peradaban
Komentar
Posting Komentar