Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2023

Santri Tulungagung Culture Carnival 2023

Woko Utoro Tulungagung -(29/10/23) Kami mengikuti pawai ta'aruf dalam rangka Hari Santri Nasional (HSN) 2023. Saya secara pribadi sangat terkesan bisa berpartisipasi di acara itu. Saya mengikuti barisan MWC NU Sumbergempol. Kebetulan saya masuk dalam barisan wali songo. Sehingga mau tidak mau saya harus cosplay ala wali songo khususnya Sunan Bonang. Kami berangkat pagi langsung menuju Kantor MWC NU Sumbergempol. Ketika di sana saya dan Pak Calvin langsung mencari sarapan. Ternyata sarapan kali ini kami menemukan Soto Lamongan. Sebenarnya yang kami pesan adalah soto ternyata si penjual malah membuatkan pecel lele plus ayam goreng. Habislah uang kami yang awalnya transport pawai karena harga ayam goreng begitu melangit. Singkat kisah kami pun berangkat dengan diantar mobil pribadi milik pengurus NU. Sampai di lokasi kami langsung merapikan barisan dan seragam. Kami memakai selempang yang sudah disediakan dengan tulisan nama-nama wali. Walaupun busana walinya kurang begitu pas akan te

Tadarus Buku Sebagai Metode Cinta Ilmu

Woko Utoro Kegiatan membaca dan menulis adalah dua aspek yang saling berkaitan. Kegiatan tersebut saling menopang dan harus dilakukan secara bergantian. Orang yang suka membaca harus juga belajar menulis tentang isi bacaan. Orang yang menulis juga tidak mungkin tanpa membaca karena semua berkaitan dengan kualitas isi. Salah satu penopang kegiatan menulis tentu dengan mengikuti kiat membaca tiap hari, kami menyebut dengan tadarus buku. Tadarus buku tentu mengadopsi istilah membaca Al Qur'an di bulan Ramadhan. Tradisi membaca tersebut tentu dilakukan secara rutin hingga khatam. Target utama membaca tentu khatam dan paham. Jika sekadar khatam tentu bacaan kurang bernilai. Sehingga salah satu cara khatam dan paham adalah dengan mengikat makna (istilah Pak Hernowo) atau menuliskan intisarinya. Intisari buku yang ditulis pasca membaca bisa dikenal dengan resensi, review, rehal, teraju atau kupas buku. Tadarus buku bisa dilakukan kapanpun dan di manapun. Bahkan di Jepang terdapat tradisi

Keutamaan Menjadi Muallim

Woko Utoro Sejak kecil saya tidak berangan-angan menjadi seorang pendidik atau di dunia formal dikenal dengan guru. Saya hanya terbersit di pikiran mungkin suatu saat akan menularkan ilmu seperti guru-guru yang telah mendidik saya sejak di sekolah dasar. Sedikit banyak saya memang terinspirasi dari salah satu guru SD sebut saja namanya Bapak Yayat Syarif Hidayat. Beliau orang Sunda asli. Kepribadiannya tegas bahkan lebih disebut galak. Beliau juga guru dari orang tua saya. Saking galaknya hingga wafatnya beliau berpredikat guru legendaris. Tapi yang saya suka dari beliau adalah pengetahuannya tentang apapun begitu luas. Sehingga saya harus mengikuti jejak beliau dalam hal intelektualitas. Pak Yayat memang galak tapi favorit. Singkat kisah hari ini atau mungkin hingga esok saya berkhidmat sebagai pendidik alias guru. Tentu peran orang tua dalam hal ini bapak juga bagian tak terpisahkan. Saya ingat betul ketika bapak datang awal-awal di kampung kami. Beliau langsung mengajari anak-anak k

Hari Santri Yang Menyenangkan

Woko Utoro Di momen hari santri tahun ini ada yang berbeda. Jika tahun lalu saya mengikuti pawai HSN bersama teman santri di Tapan. Namun kali ini saya justru mengikuti upacara hari santri di Pesantren Subulussalam. Suasana berbeda itu justru membuat saya gugup. Pasalnya saya bertindak sebagai tamu alias dewan asatidz. Rasanya campur aduk. Saya kadang berpikir apakah diri ini layak disebut guru? Singkat kisah saya dan Mas Thoriq mengikuti upacara HSN bersama pengasuh yaitu Bunda Salamah dan Abah Zainal. Kami bersama asatidz lainnya mengikuti rangkaian upacara awal hingga akhir. Tentu yang membuat kami khusyu adalah ketika lagu Indonesia Raya bergema merdu. Rasanya seperti ruh para pahlawan hadir sebagai pejuang kusuma bangsa. Kami hanya bisa mendoakan khususnya buat para pejuang kaum santri yang telah wafat semoga Allah menempatkan mereka di sisi yang mulia. Singkat kisah setelah upacara usai kami langsung memasuki sesi foto. Sesi foto inilah yang sebenarnya saya hindari. Saya tidak ra

Mengantar Lamaran

Woko Utoro Malam itu barangkali salah satu momen bersejarah dalam hidup. Kendati hal itu bukan berkaitan dengan saya yang jelas malam itu pengalaman mengesankan. Saya menghantar teman ke daerah Mangunan Udanawu Blitar untuk lamaran. Kami berangkat magrib dan sampai di tempat tujuan sekitar jam 20:00. Walaupun terdapat kendala macet karena ada pengajian Gus Iqdam alhamdulillah acara kami berjalan lncar. Singkat kisah sesampainya di sana kami langsung di sambut pihak keluarga perempuan. Ternyata kami termasuk terlambat dan memang sudah ditunggu sejak sore. Benar saja ketika sampai, salaman lalu bincang sekedarnya. Lalu acarapun di mulai. Saya sangat kaget karena ditodong untuk menjadi pembawa acara. Akhirnya mau tidak mau saya pun memberanikan dini. Saya tampil dengan bahasa Indonesia campur Jawa krama. Walaupun sempat salah menyebutkan seharusnya keluarga Pak Ali, bukan Pak Anwar. Akan tetapi acara berjalan dengan baik. Setelah pembukaan, Pak Dede selaku perwakilan pihak laki-laki membe

Review Buku Teraju (Strategi Membaca Buku dan Mengikat Makna)

Woko Utoro Salah satu inspirasi menulis adalah dengan membaca buku lalu mencatat intisarinya. Dengan membuat ulasan buku seseorang mendayung dua pulau sekaligus yaitu menikmati bacaan dan menuliskan pengetahuan. Ulasan buku tersebut sering juga disebut resensi, review atau di buku ini diistilahkan teraju. Sebelumnya saya pernah membaca rehal di rubrik milik Basabasi co. Di sana dimuat rubrik khusus mengulas isi buku. Salah satu yang menarik yaitu rubrik resensi buku di koran Jawa Pos. Tentu ulasan buku banyak kita jumpai dengan berbagai nama misalnya kupas buku, tahlilan buku dan saya sendiri menyebut dengan review pada rubrik ekstraksi. Seperti di buku Teraju ini cara mereview memudahkan pembaca memahami ide utama. Atau biasa anak muda bertanya apa inti dari buku. Dengan cara mencatat dan menemukan pokok pikiran kita diajak masuk ke ruang ide. Setelah membaca itu seseorang akan lebih kaya dalam hal pengetahuan. Membaca memang cara seseorang berpikir dengan banyak kepala. Lewat membaca

Resiliensi Perempuan dan Laki-laki

Woko Utoro Saya pernah bertanya bagaimana cara seseorang bangkit dari keterpurukan. Atau bagaimana cara orang menyikapi kehilangan. Karena kadang kehilangan mendalam justru mengambil alih peran logika dan dikuasai perasaan. Memang jika berkaitan dengan perasaan selalu lebih sulit disembuhkan daripada luka fisik. Terlebih jika mengenai pikiran, aspek psikis sulit untuk dipulihkan. Bicara soal bangkit dari keterpurukan atau kehilangan kita mengenal istilah move on atau bahasa psikologi resiliensi. Resiliensi menurut Reivich & Shatte (2002) ialah kemampuan seseorang dalam mengatasi, melalui, dan kembali kepada kondisi semula setelah mengalami kejadian yang menekan. Resiliensi berasal dari bahasa Latin re-silere yang bermakna bangkit kembali (Connor & Davidson, 2003). Lantas bagaimana perempuan dan laki-laki jika menghadapi peristiwa kelam atau kehilangan. Saya menerka beberapa perbedaan antara perempuan dan laki-laki ketika mereka ditimpa kehilangan. Saya menemukan pola bahwa per

Review Buku Belajar Kehidupan dari Sosok Manusia Inspiratif

Woko Utoro Setiap orang terlahir dengan istimewa. Keistimewaan tersebut berupa bakat dan potensi sejak lahir. Ketika keistimewaan tersebut muncul dan disadari maka lahirlah inspirasi. Begitulah manusia sejatinya akan menginspirasi sesamanya tak terkecuali dalam catatan ini. Buku ini terdiri dari 38 tulisan yang terbagi atas kisah inspiratif ibu, bapak, guru dan tokoh penebar manfaat. Tentu jika kita ditanya apakah memiliki sosok inspiratif pastinya akan dijawab punya. Sosok-sosok tersebut tentu telah memberi pencerahan terhadap setiap perubahan dalam hidup. Sosok tersebut tidak harus orang tua akan tetapi bisa siapa saja. Sosok tersebut telah memberikan keteladanan yang terwariskan hingga kini. Dari keteladanan itulah akhirnya menjadi pelajaran hidup dan karakter. Sungguh keteladanan memang lebih awet daripada sekadar kata-kata. Karena keteladanan adalah contoh nyata di mana anak-anak akan merekamnya. Salah satu rekaman itulah tentang membaca, heroisme, semangat belajar, kedermawanan,

Catatan Kopdar : Hadiah Buku Hadiah Ilmu

Woko Utoro Ini akan menjadi penutup dalam rangkaian catatan kopdar. Topik pamungkas dalam catatan ini adalah berkaitan dengan buku. Dalam acara kopdar SPK Tulungagung buku menjadi hadiah utama selain stiker dan beberapa buah jeruk. Tentu buku akan selalu jadi topik menarik bagi saya yang menyukainya. Kecintaan kepada buku pastinya berelasi dengan kesukaan terhadap membaca. Karena buku adalah benda yang menyediakan pengetahuan secara cuma-cuma. Lewat buku seseorang diajak memasuki dunia yang belum diketahui. Melalui buku seseorang akan meninggalkan pengetahuan lama menuju pengetahuan baru. Demikianlah buku benda kecil berisi kata, angka atau gambar penyedia pengetahuan. Bagi orang yang kurang suka membaca tentu buku bukanlah benda prioritas. Buku tidak menjadi wacana utama dan pastinya tidak di posisi spesial. Tapi berbeda dengan orang suka baca, buku pasti akan ditempatkan di sisi teristimewa. Maka tidak aneh jika hadiah buku akan selalu berkesan. Jika kita mau membuka sejarah bahwa di

Catatan Kopdar : Tugas Terdekat Kita Adalah Menulis

Woko Utoro Tugas seorang politisi dan para kader adalah mencari pengaruh sebanyak mungkin agar orang memilih pasangan pemilu yang sudah ditentukan. Atau para pemain Timnas yang sudah mulai fokus karena tugas mereka berat melawan tim tangguh di fase berikutnya. Atau berpikir ala pendakwah yang mondar-mandir dari kota ke desa untuk menyapa jamaahnya. Tentu semua peran itu bukan tugas kita. Kita bukan seorang politikus yang jago bermain strategi bagaimana caranya meraup suara sebanyak mungkin. Kita juga bukan seorang pemain sepakbola yang berpikir bagaimana cara mencetak gol. Pastinya kita juga bukan seorang penceramah yang sibuk berdakwah dari panggung ke panggung untuk menyampaikan risalah. Kita adalah seorang penulis. Seseorang yang beberapa tahun telah menyatakan diri bergabung dengan grup kepenulisan. Jadi apalagi tugas kita selain menulis. Kata Prof Ngainun Naim yang kita tulis entah untuk apa seperti tak punya tujuan. Terlebih hanya tulisan ringan keseharian. Bukan tulisan ilmiah y

Catatan Kopdar : Menemukan Ruang Menulis

Woko Utoro Terus terang saja tema Kopdar SPK tahun 2023 ini saya yang buat. Walaupun kesannya guyonan alias asal jadi tapi tema tersebut tidak asal-asalan apalagi jadi-jadian. Yang jelas ruang rindu terinspirasi dari lagunya Letto. Kau datang dan pergi begitu saja, semua ku terima apa adanya // Mata terpejam dan hati menggumam, di ruang rindu kita bertemu. Intinya kita memang membutuhkan ruang untuk berekspresi. Dalam hal ini komunitas menulis yang pasti tulisan menjadi ruh utamanya. Kata Prof Ngainun Naim mungkin saja kita menulis karena grup menulis. Coba jika tidak tergabung dalam grup menulis sangat kecil kemungkinan jika kita tetap menulis. Selanjutnya ruang rindu adalah ruang pertemuan. Bukankah pertemuan adalah puncak dari kerinduan? Hikmah dari orang bertemu tentu banyak sekali. Kita yang berawal dari desas-desus seketika bertemu aslinya akan terjawab sudah. Kita yang berawal dari sekadar imajinasi seketika bertemu lahirlah inspirasi. Dalam pertemuan tentu ada pertukaran. Baik

Lailatus Sholawat Yang Penuh Nikmat

Woks Saya bersyukur masih mendapati perhelatan Lailatus Sholawat (LS) yang tiap tahun digelar di pondok. Walaupun acara LS kali ini nampak begitu berbeda terkhusus pada diri saya sendiri. Sayang sungguh sayang acara LS kali ini tidak bisa disaksikan secara langsung karena saya terbaring lemah di kamar. Setelah beberapa hari diporsir aktivitas yang begitu padat akhirnya badan ini tumbang. Walaupun begitu saya mendapatkan motivasi dari Abah untuk rehat saja. Termasuk juga mendapat asupan jamu dari Ibu KS tempat saya berkhidmat. Tapi mendengar acara yang lancar dan sukses juga menambah kebahagiaan tersendiri. Sebab sejak awal disusunnya kepanitiaan saya juga tidak berkontribusi banyak. Yang jelas kami mengapresiasi kepada segenap panitia dan koleganya. Walaupun dalam keadaan sakit tentu saya tidak alpa dari mencatat. Saya pastinya mendengar petuah Abah Sholeh yang isinya : bahwa memperingati hari kelahiran Nabi tak lain demi mengoyak syafaatnya. Karena wasilah syafaat beliau lah kita bisa

Catatan Kopdar : Healing dan Humor

Woko Utoro Senang rasanya bisa mengikuti Kopdar perdana SPK setelah sekian purnama hanya mampir dalam wacana. Walaupun tubuh belum pulih karena sakit saya tetap memaksakan hadir di momen langka ini. Ternyata benar juga di sana saya berjumpa dengan sosok-sosok luar biasa. Beliau-beliau datang dari jauh-jauh seperti Watulimo Trenggalek, Kediri, Blitar hingga Bandung TA bahkan ada dari Pacitan. Ahh saya terlalu hiperbola padahal ada juga dari Ciamis dan Indramayu yang sudah lintas provinsi. Kopdar kali ini dilaksanakan di Ndalem Kasepuhan Prof Ngainun Naim, Perum BMW Madani Bago. Dengan membawa tema, Ruang Tamu Ruang Ilmu. Maksudnya "Ruang Rindu Ruang Ilmu". Acara ini dibuat sederhana dan penuh ke-gayeng-an. Demikianlah adanya karena kita adalah pejabat teras maka tempatnya pun di teras emperan. Kata-kata itulah yang membuat gerr-geeran semua anggota. Alhamdulillah anggota yang hadir hampir semua dari jumlah yang konfirmasi. Dari banyak hal yang saya ikuti sejak awal hingga akh

Menikah Muda, Yakinkah?

Woko Utoro Saya pernah ditanya oleh seorang santri putri perihal pernikahan. Katanya ia memiliki keinginan untuk nikah muda. Ketika ditanya balik saya kira ia mahasiswa semester akhir ternyata kuliahnya masih semester awal. Lantas ia sendiri menegaskan alasan seseorang menikah muda atau bekal apa yang dimiliki untuk melangkah ke pelaminan. Tentu jawaban ini sulit dijawab, tapi secara teoritis saya harus menjawabnya. Sebenarnya terkait bekal menikah saya sudah menulisnya tempo hari dengan judul seharusnya "Algoritma" : http://wokolicious.blogspot.com/2023/05/logaritma-pernikahan.html tapi okelah saya akan tetap menjawab pertanyaan tersebut. Menikah itu sebenarnya bukan soal muda dan tua melainkan kesiapan. Jika dirasa sudah siap lahir batin biasanya pernikahan akan terjadi dan polanya tidak peduli muda atau tua. Banyak kasus orang-orang yang menikah muda dan ada juga menikah di usia injury time (untuk tidak menyebut telat nikah). Yang jelas soal pernikahan ini unik dan memang

Grebeg Maulud Perdikan Majan 2023

Woko Utoro Sore itu saya bergegas menuju Majan. Antusias hadir di acara majelis dzikir Al Khidmah memang sudah direncanakan sejak awal. Saya berpikir kehadiran kali ini adalah bayar hutang atas keabsenan saya tempo hari di acara haul akbar Kabupaten Tulungagung. Akhirnya selepas isya saya langsung tancap gas. Alhamdulillah malam itu bertalu rindu. Sebelum duduk di majelis saya sempatkan dulu sowan ke Mbah Khasan Mimbar. Di sana saya memanjatkan doa secukupnya. Setelah itu barulah saya duduk mencebur bersama jamaah di bawah panggung. Yang dalam hal ini sebenarnya memang nyaman di serambi masjid daripada panggung gembira. Singkat kisah acara dimulai termasuk pembacaan manaqib sampai maulid. Saya menikmati sentuhan pembacaan manaqib yang khas itu. Hingga akhirnya sampai pada sambutan dan mauidhoh hasanah. Seperti biasa Raden Ali Shodiq menjelaskan bahwa acara grebeg mulud dilaksanakan setiap tahun dan pastinya khas keraton Jogja. Termasuk di Majan grebeg mulud adalah acara puncak proses p

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde

Mengajilah Dunia Sudah Tua

Woko Utoro Seperti biasa ba'da magrib kami mengaji Kitab Tafsir Jalalain dan Syarah Abi Jamroh bersama Abah. Akan tetapi jarang-jarang beliau dawuh setelah ngaji jika tidak berkaitan dengan hal penting. Karena dawuh kali ini sedikit panjang dan berkaitan dengan hal vital. Maka sebagai santri saya berkewajiban menuliskannya. Kata beliau ngajilah, dunia ini sudah tua. Beliau bahkan menegaskan untuk menyedikitkan aktivitas bermain hp. Kurangi bermain hp dan perbanyaklah ibadah seperti membaca Qur'an dan dzikir. Tinggalkan bermain hp yang tidak berfaidah. Memang fakta membuktikan bahwa orang yang terlalu masif bermain hp hidupnya malah terbengkalai. Bahkan bermain hp terlalu lama justru tidak membuat orangnya pintar. Bermain hp berlebihan hanya membuat seseorang lupa. Apa yang didawuhkan Abah adalah bagian dari keresahan beliau selama ini. Karena selama ini santri begitu not respon utamanya ketika shubuh tiba. Santri selalu sedikit yang mengikuti shalat shubuh padahal setelahnya ad

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Berumah Di Laut

Woko Utoro Andai berumah di laut Tentu aku berprofesi nelayan, menjala kata dan kenyataan Rumahku di antara anemon dan karang bebatuan Setiap hari riang gembira bersama nemo kecil mirip anak TK yang bermain di pelataran gedung DPR Andai berumah di laut Tentu aku titipkan segala keluh dan kesah pada ombak yang menghapus jejak Ketika kesepian ku panggil sahabat burung camar yang elok bermain drama bersama si lumba-lumba Aku tahu hati ini tak setegar batu karang yang tiap hari diterjang ombak kenyataan Aku tahu wajah mu tak kutemukan di bibir pantai Walaupun begitu, aku tetap ingin berumah di lautan Di sanalah segala macam kepentingan dimuseumkan the woks institute l rumah peradaban 3/10/23

Catatan Rihlah Pantai Midodaren

Woko Utoro Setelah pulang dari Mojokerto tepat pagi hari Ahad saya masuk ke sekolah. Kebetulan hari tersebut tanggal 1 Oktober yaitu bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila. Sejak awal di hari tersebut saya ingin hadir dalam acara haul akbar Kabupaten Tulungagung bersama majelis Al Khidmah. Tapi sayang Tuhan menghendaki lain. Selepas upacara seorang teman guru mengajak ke pantai. Katanya ajakan tersebut jarang-jarang dan bisa jadi ini terakhir. Akhirnya saya pun mengiyakan dan mau bagaimana lagi inilah hidup harus memilih. Namun sebelum berangkat ke pantai kami ditraktir sarapan pagi di warung pecel tidak jauh dari sekolah. Akhirnya selesai sarapan kami langsung bertolak ke selatan walaupun sempat berdebat soal arah tujuan. Awalnya kami ingin ke Pantai Gemah, atau Pantai Kedungtumpang dan akhirnya berlabuh ke Pantai Midodaren. Nama terakhir itulah yang sebenarnya saya sendiri asing dan belum pernah ke sana. Singkat ceritas kami berempat berangkat ke sana berboncengan motor. Ke sana

Catatan Rihlah Mojokerto

Woko Utoro Setelah acara maulid nabi di sekolah usai saya beserta rombongan langsung bertolak ke kota Mojokerto. Tujuan kami ke sana yaitu memenuhi undangan Mas Philip alias Dokrab dan ziarah wali. Kami berangkat pukul 13:00 selepas shalat dhuhur. Bersama Abah, Bu Nyai dan putranya kami berangkat dengan mobil charter milik tetangga desa. Kami berangkat lewat SLG Kediri, lalu Jombang dan sampai ke Mojokerto pastinya lewat Trowulan. Sepanjang jalan lumayan ramai lancar. Tapi sayang AC mobil kurang berfungsi baik akhirnya suasana begitu panas. Tak jarang kami membuka baju seraya jendela mobil juga dibuka. Perjalanan yang memakan waktu hampir 4 jam itu menguras tenaga untuk sering minum air (dehidrasi) dan beberapa buah anggur. Saya sendiri bahkan lebih banyak tidurnya karena memang lelah sisa semalam lembur acara muludan. Singkat kisah jam 16:35 kami tiba di lokasi acara. Mas Philip bersama keluarga menyambut kami. Di sana juga beberapa alumni santri PPHS sudah menunggu sejak 1 jam sebelu