Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2023

Review Buku Sudut Pandang

Woko Utoro Setiap orang memiliki sudut pandang dalam melihat sebuah peristiwa. Termasuk setiap orang memiliki cara untuk menafsirkan, menerjemahkan serta menilai sesuatu berdasarkan kualifikasi pengetahuannya. Di sinilah seringnya melahirkan polemik akan perbedaan sudut pandang, salah tafsir, atau fallacy. Akan tetapi perbedaan itulah yang jika didudukkan di ranah akademik ilmiah menjadi sesuatu yang perlu dirayakan. Buku Sudut Pandang (2023) karya teman-teman Diskursus Institute ini barangkali merupakan hasil dari merayakan pikiran. Buku yang terdiri dari 6 bagian dan memuat 23 tulisan tersebut sebenarnya bagian dari laman web Diskursus Institute. Akan tetapi bagi pembaca budiman tentu versi buku lebih menyenangkan untuk dibaca. Buku yang ditulis dengan begitu ringan dan syarat akan berbagai data ini cocok dibaca di saat santai. Dalam buku ini kita akan dapati berbagai sudut pandang mulai dari tema politik, pendidikan, budaya, agama, ekonomi dan teknologi. Tentu jika membaca buku seru

Tentang Buku Catatan Perjalanan

Woko Utoro Untuk ke sekian kalinya Prof Ngainun Naim memberi saya hadiah buku. Mungkin karena alasan saya pecinta buku, beliau memberinya secara cuma-cuma tanpa bertanya, "kamu suka membaca?". Memang tidak banyak orang yang menganggap buku sebuah barang penting. Tapi bagaimanapun juga tentu saya senang jika buku dijadikan hadiah. Terlepas orang yang diberi tipe pembaca atau bukan. Kali ini buku yang dihadiahkan Prof Ngainun Naim adalah sebuah catatan perjalanan. Buku yang sebelumnya juga diberikan pada saya yaitu catatan perjalanan ke Brunei Darussalam dan kini buku perjalanan ke Gorontalo. Barangkali kisah perjalanan dalam buku tersebut merupakan catatan ringan. Sebuah catatan yang digagas untuk mengabadikan momen dan sekadar seru-seruan. Walaupun begitu tidak meninggalkan esensi dari berkarya sekalipun tulisan sederhana. Buku ini adalah catatan dalam rangka Conference of Research Result II (BCRR II) di IAIN Sultan Amay Gorontalo pada 2022. Ditulis oleh 7 orang, yang terdir

Review Buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan

Woko Utoro Membaca buku-buku karya Haidar Bagir sudah pasti bisa ditebak. Beliau selalu mengupas topik tentang cinta, kajian sufisme, spiritualitas, dan Islam agama kesejukan. Tema-tema itulah barangkali menjadi ciri khas beliau dalam menguraikan Islam sebagai agama yang bertumpu pada cinta. Buku Islam Risalah Cinta dan Kebahagiaan adalah salah satunya. Buku yang terdiri dari 6 bab tersebut merupakan kelanjutan dari karya sebelumnya yaitu Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia (2019). Buku ini memotret Islam secara lebih dekat sebagai agama yang menjanjikan kebahagiaan. Ya perihal kebahagiaan hakiki dibahas tuntas dalam buku ini. Tentu secara ringkas, ringan dan mudah dipahami sekaligus menjadi ciri khas tulisan Haidar Bagir. Beliau juga tak pernah lupa selalu menyelipkan pandangan Ibnu Arabi', Jalaluddin Rumi dan Imam Ghazali dalam setiap paragraf tulisannya. Perihal kebahagiaan buku ini menyebutkan bahwa bahagia itu adalah kebaikan yang lestari (al baqiyat al shalihat). Atau bis

Sebuah Kitab Untuk Anakku

Woko Utoro " Jika untuk anak jangan coba-coba " -Iklan Mungkin sudah tidak asing dengan kata-kata di atas. Kata-kata dari sebuah iklan minyak telon tersebut mengandung makna bahwa orang tua selalu memiliki prioritas khusus untuk anaknya. Sejak lama memang demikian bahwa anak adalah segalanya. Karena anaklah para orang tua rela berkorban. Soal pendidikan misalnya para orang tua tidak asal dalam memilih. Sebab anak dan pendidikan merupakan aset masa depan. Kemarin ketika saya membeli kitab di toko Al Hidayah Kalangbret. Saya bertemu dengan seorang bapak dengan pakaian kaos partai disertai topi hitam nan lusuh. Ketika saya tanya mau apa ternyata beliau ingin membeli kitab Syamail Muhammadiyah untuk anaknya. Saya pun akhirnya terlibat dialog dengan beliau. Beliau bercerita bahwa anaknya sudah kelas 2 di Pondok Pesantren Al Fatahiyah Ngranti pimpinan KH Anang Muhsin. Ketika di toko tersebut beliau nampak bingung seperti apa kitab Syamail Muhammadiyah, harga dan bagaimana perbedaan

Menjadi Juri Lomba Esai

Woko Utoro Untuk ke sekian kalinya saya didaulat untuk menjadi juri esai. Rasanya tentu menyenangkan dan pastinya menambah pengalaman. Kali ini pelaksanaan lomba esai diselenggarakan oleh Forum Mahasiswa Bidikmisi/KIP Kuliah. Dalam rangka milad ke-12 FMB KIP memasukkan lomba esai sebagai salah satu rangkaian kegiatan. Tahun lalu acara lomba esai hanya diikuti oleh 4 peserta dan tahun ini lebih dari 20 peserta. Saya bersama dewan juri lain yaitu Bu Rahmawati Mulyaningtyas dan Pak Arista Nur Rizki tentu mengurasi karya-karya yang keren. Tema yang diambil peserta pun tentu beragam seperti politik, ekonomi, teknologi, dan pendidikan. Tentu peningkatan kuantitas peserta harus disambut baik dan semoga saja mendatang akan lebih banyak dan baik lagi. Akan tetapi sangat disayangkan dari 20 lebih peserta tersebut kualitas tulisannya masih jauh dari harapan. Adapun kriteria penilaian pada peserta lomba esai meliputi ide atau gagasan, kesesuaian tema, kepenulisan, dan argumentasi. Sayangnya dari k

Mahasiswa FUAD di Tengah Jalan Berliku

Woko Utoro Yudisium ke-36 mahasiswa FUAD tahun ini menarik terlebih ketika melihat narasumbernya. Ya, narasumber pada pelaksanaan yudisium kali ini adalah Dr. Ghozi, Lc., M.Fil.I. Beliau akademisi tulen alumni dari Fakultas Ushuluddin. Karena alasan alumni Ushuluddin itulah akhirnya beliau memberikan pesan seperti halnya kepada teman sendiri. Beliau lebih memilih sharing daripada disebut menyampaikan orasi ilmiah. Singkatnya dalam yudisium kali ini saya mencatat beberapa hal menarik di antaranya: Alumni FUAD itu harus optimis menghadapi masa depan dengan bersandar pada kajian aqidah. Karena dengan aqidah yang kuat maka seseorang tak mudah goyah sekalipun zaman silih berganti. Alumni FUAD justru memiliki banyak peluang melewati segala tantangan utamanya di era distrupsi. Keunggulan menjadi alumni FUAD adalah bagaimana mahasiswa mampu mengelola persepsi hidup. Dewasa ini apa yang kita hadapi salah satunya hanya soal persepsi. Bagaimana kita memposisikan pekerjaan, jabatan, uang, ilmu men

Mencari Ketentraman

Woko Utoro Malam itu sepulang dari TPQ saya menyempatkan diri mampir ke makam Mbah Khasan Mimbar Majan. Di sana saya numpang shalat isya di Masjid Al Mimbar dan setelahnya berziarah. Tentu tujuan ziarah kali ini tidak sekadar berkirim doa tetapi ada maksud lain yaitu mencari ketentraman. Singkat kisah selepas ziarah ternyata ada seorang bapak yang memiliki tujuan sama. Di serambi masjid kami pun berdialog dan sekadar berbagi kisah. Si bapak berkisah bahwa hidupnya tengah mengalami problem. Pertama problem di mana istrinya tidak patuh dan selalu memiliki tingkah aneh. Istrinya bahkan berani melawanya dan tak segan bersikap buruk di depannya. Kedua usahanya berupa jasa las dan pasang tralis gavalum sedang macet. Si bapak merasa hidupnya begitu goncang dan tidak menentramkan. Maka dengan ziarah kata beliau adalah cara mencari ketentraman. Selain di Mbah Khasan Mimbar beliau juga sering ziarah ke makam Syeikh Zainal Abidin alias Mbah Sunan Kuning di Macanbang. Setelah mendengar kisah terse

Shalat Sebagai Parameter Kehidupan

Woko Utoro Dalam pengajian Tafsir Jalalain, Abah memberi pesan kepada semua santri untuk menjaga shalat. Kata beliau selama di pondok jangan sampai kalah dengan nafsu untuk tidak mendirikan shalat. Bahkan beliau menyindir santri yang tidak bangun shalat shubuh padahal jumlah motor mereka banyak. Kata Abah motornya banyak tapi saat shubuh tiba santri yang shalat hanya beberapa saja. Pesan mengenai shalat tentu sudah tidak asing. Hampir semua kiai atau sesepuh sering memberi pesan ini. Memang sejak awal disyariatkannya shalat sudah nampak istimewa. Karena shalat diperintah langsung oleh Allah lewat Nabi Muhammad SAW melalui perjalanan Isra Mi'raj. Sehingga wajar jika shalat menjadi perihal utama pesan moral spiritual pada para santri. Shalat adalah pendulum di mana kebaikan dan keburukan seseorang bisa diukur. Ukuran tersebut menjadi dasar di mana manusia bisa ditata. Salah satu guru kami bahkan menempatkan shalat seperti seorang psikolog. Beliau berkata bahwa jika ada orang memiliki

Suara Cinta

Woko Utoro  "Cinta adalah asasku" . -Kanjeng Nabi Muhammad SAW Kalimat pembuka dari Kanjeng Nabi Muhammad SAW tersebut menyiratkan bahwa cinta adalah pondasi hidup. Barangsiapa yang menjadikan cinta sebagai lokomotif utama maka hidupnya akan terarah. Lantas kita bertanya bagaimana menempatkan cinta sebagaimana mestinya. Karena tidak setiap orang mampu memahami bahasa cinta. Suara cinta memang tergambar lembut namun tegas. Cinta adalah suara tanpa rupa tapi bisa dirasakan. Cinta merupakan sikap yang hanya dipahami oleh rasa. Cinta sulit dibahasakan dengan kata-kata. Karena kata-kata cinta tak akan dipahami apalagi jika masih mengandung logika. Bukan berarti cinta tak butuh logika tapi lebih tepatnya membutuhkan perangkat lain termasuk hati. Hati yang sering terasah akan mudah menangkap isyarat cinta. Sedangkan hati yang kotor tak akan pernah merasakan lezatnya cinta. Terlalu banyak kisah ataupun suku kata yang terus mencoba merapal apa itu cinta. Apakah cinta itu sekadar memik

Suara Rohani

Woko Utoro Pernahkah kita mendengar suara dalam hati? Atau pernahkah kita mendengar bisikan nurani akan suara yang tidak tau dari mana asalnya. Yang jelas suara itulah yang sesungguhnya bisa kita pelajari berdasarkan peran dan fungsinya. Manusia memang tak bisa jauh dari suara terlebih yang melahirkan musik. Karena musik terlahir dari suara harmonis antara nada yang dihasilkan lewat alat maupun bisikan alam. Suara itu ada 2 yaitu pertama suara yang hanya konsumsi telinga dan kedua suara sebagai konsumsi hati. Suara telinga bisa jadi mereka yang merdu dalam hal melantunkan syair-syair akan tetapi hanya sebatas hiburan. Suara tersebut tidak sampai mengoyak hati dan tentunya banyak ditemui di sekitar kita. Selanjutnya suara konsumsi hati atau pikiran. Suara tersebut sebagai kebutuhan intelektual. Biasanya suara ini biasa saja bahkan terbilang sumbang namun dampaknya luar biasa. Suara ini adalah penjelasan akan sebuah ilmu. Suara yang nampaknya tidak dipahami akan tetapi frekuensi rasanya

Kemerdekaan Atas Diri Sendiri

Woko Utoro 78 tahun usia bangsa Indonesia sejak dideklarasikan pada 17 Agustus 1945. Usia yang tentunya semakin menua. Walaupun ingatan akan perjuangan dan warisan harus terus diremajakan. Maka dalam setiap peringatan kemerdekaan tersebut setidaknya 2 hal yang dapat kita petik untuk ditanam, menolak lupa akan sejarah. Pertama adalah mengingat akan rekam jejak sejarah dan kedua bersyukur atas nikmat menjadi bangsa berdaulat. Kedaulatan sebuah bangsa memang harus dijiwai dengan penuh penghayatan. Karena bagaimana pun juga tugas kita saat ini adalah mengisi kemerdekaan. Setelah lama para pendiri bangsa keluar dari cengkraman kolonialisme. Salah satu isi sekaligus tujuan kemerdekaan adalah menjadi manusia Pancasila. Manusia Pancasila tentu berkaitan dengan sikap individu atau lebih tepatnya kualitas sumberdaya manusia. Menurut Sastrapratedja, manusia Pancasila ditandai dengan: kemampuan untuk menghargai perbedaan, membawa diri secara manusiawi dan santun, mencintai tanah airnya, bersikap d

Milad ke-2 TPQ Kortan Kauman

Woko Utoro Pada rutinan Ahad legi kemarin ada yang istimewa dari keluarga TPQ Kortan Kauman. Yang menjadi istimewa karena di hari itu ada 3 agenda yang menjadi fokus TPQ Kortan Kauman yaitu peringatan milad ke-2 TPQ, tahun baru Islam 1445 H dan mensyukuri hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78. Acara yang biasanya diisi dengan musyawarah antar kepala TPQ justru kali ini diisi dengan beragam perlombaan khas kemerdekaan. Dengan undangan tersebut tentu kami sangat antusias. Salah satu tujuannya tak lain ajang silaturahmi. Beberapa lomba-lomba yang ada di antaranya: lomba membawa kelereng, lomba balap balon, topi kail, memasukan paku dalam botol dan estafet karet gelang. Karena banyak hadiah yang diperebutkan kami pun tak kalah untuk ambil bagian. Menurut Pak Imam, Koordinator TPQ lomba tersebut diadakan agar sesama anggota saling kompak dan semangat berpartisipasi. Karena momen tersebut sangat langka maka kami pun antusias mewakili TPQ Roudlatul Athfal Mojosari pimpinan Ibu Hj Roudhoh.

Ngaos Rutinan Sareng KH Abdul Kholiq

Woko Utoro Alhamdulillah agenda ngaos rutinan Ranting NU Plosokandang masih berjalan lancar. Seperti biasanya agenda bulanan tersebut diisi oleh KH Abdul Kholiq (Pengasuh PP Mbah Dul Plosokandang). Kali ini rutinan bertempat di Masjid Miftahul Hasanah, timur Bok Brombong. Atau masjid Mbah Nuruddin, sesepuh desa Plosokandang. Malam yang dingin selepas isya kami bersama barisan para pemuda sudah standby di sana. Sambil menunggu Mbah Kholiq rawuh senandung lagu-lagu Timur Tengah mengalun merdu dari sound kecil. Hingga pukul 21:00 Mbah Kholiq baru hadir bersama mobil tua nan khas. Acara pun langsung dimulai. Pak Jazuli mengawali pembukaan seraya mewakili panitia. Setelah itu barulah pengajian Mbah Kholiq dimulai. Seperti biasa beliau mengajak jamaah untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Suara beliau nan khas membuat kita selalu merasa kangen. Hal itulah yang membuat saya selalu memiliki kesan tersendiri. Mbah Kholiq menjelaskan dalam pengajian untuk bersyukur kepada Allah atas nikm

Review Buku Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia

Woko Utoro Jika ditanya satu kata untuk menggambarkan pendidikan hari ini maka "resah" adalah jawabannya. Jawaban tersebut barangkali menjadi isi dalam buku karya Haidar Bagir ini. Buku Memulihkan Sekolah Memulihkan Manusia merupakan keresahan Haidar Bagir tentang arah dan tujuan pendidikan nasional. Kata resah tersebut tidak salah karena memang faktanya pendidikan kita masih jauh dari cita-cita para pendiri bangsa. Utamanya soal pembelajaran agama yang sangat minim dalam sistem pendidikan nasional. Buku yang terdiri dari 3 bagian tersebut berisi buah pikiran Haidar Bagir mengenai dunia pendidikan Indonesia yang kompleks. Haidar Bagir merenungi nasib pendidikan kita yang ternyata masih masih terkungkung pada serangkaian penilaian kuantitatif, asesmen, serta ujian-ujian. Pendidikan yang diselenggarakan pada sistem persekolahan justru membuat anak-anak jenuh. Sekolah kita tidak memberikan apa-apa selain penyeragaman sekaligus tidak menggairahkan bagi perkembangan siswa. Nampakn

Utamakan Adab

Woko Utoro Kita tau saat ini kata peradaban sedang naik daun. Seolah-olah ingin menegaskan kembali bahwa peradaban adalah warisan besar, budaya luhur atau peninggalan tak ternilai. Sehingga kata peradaban selalu digaungkan di setiap kesempatan. Tapi apakah peradaban dimaknai sedemikian besar. Saya tidak ingin terjebak pada hal-hal kabur yang ternyata kita sendiri tidak tahu maknanya. Yang jelas peradaban berasal dari lema adab atau derivasi dari kata dasar adab. Lebih lengkapnya peradaban berasal dari kata “adab” yang berarti sopan santun, berbudi pekerti, luhur, mulia, atau berakhlak, yang seluruhnya merujuk pada sifat yang tinggi dan mulia. Sederhananya bahwa jika ingin menggapai peradaban maka perbaiki dulu adab. Barulah ketika karakter dasar sudah dikuasai peradaban bisa diraih atau setidaknya dihidupkan kembali. Bicara peradaban besar terlalu jauh mari kita menariknya pada sesuatu yang kecil namun sering dilupakan. Perihal adab kadang hanya soal sesuatu yang remeh tapi kita mudah

Gus Iqdam : Ngaji dan Hiburan

Woko Utoro Jika kita mengikuti algoritma Gus Iqdam, jamaahnya semakin bertambah. Majelis Sabilu Taubah yang masih seumur jagung tersebut sudah menunjukkan taringnya. Rerata ketika ditanya apa faktornya mengapa jamaah semakin membludak yang jelas pengajian Gus Iqdam mudah diterima semua kalangan. Ngaji beliau memang santai dan penuh hiburan. Sehingga dari itu majelis beliau semakin diminati. Menurut psikologi fungsi hiburan memang sangat ampuh untuk mengoyak emosi seseorang. Di tengah kesibukan dan keruwetan aktivitas harian, hiburan menjadi obat penawar. Maka ketika melihat pengajian Gus Iqdam yang penuh hiburan tersebut jamaah semakin tertarik. Ketertarikan tersebut melahirkan kenyamanan. Setelah nyaman orang ketagihan. Terlebih lagi pengajian beliau dikolaborasikan dengan adanya musik dan nyanyian tentu menambah gairah orang-orang penasaran. Tidak hanya itu dialog dan adanya "sangu" atau reward menjadi daya tarik tersendiri. Gus Iqdam beberapa kali menyampaikan bahwa beliau

Bapak dan Pendidikan Kebahagiaan

Woko Utoro Saya sangat beruntung memiliki orang tua yang selalu mendukung pilihan hidup hingga saat ini. Memang sejak dulu baik itu ibu terlebih bapak selalu percaya terhadap pilihan anaknya. Terutama dalam hal menimba ilmu bapak menjadi garda terdepan mensupport saya. Sedangkan ibu dalam sistem among memberi dorongan di belakang baik berupa doa maupun materi. Kendati bapak orangnya keras dan tegas tapi soal visi ke depan beliau begitu demokratis. Bahkan soal pendidikan beliau tidak ikut campur terlalu dalam. Kata bapak pendidikan dalam hal ini di dunia formal adalah tugas anak sedangkan orang tua terus memotivasi agar menghasilkan output terbaik. Sebelum Haidar Bagir menuliskan dalam satu judul buku yang bernada bertanya, "Mendidik Anak Pintar Atau Bahagia" tentu bapak saya sudah terlebih dahulu menjawabnya. Pendidikan kebahagiaan adalah jalan sunyi yang ditempuh bapak. Sejak di bangku SD baik saya maupun adik tak pernah ditarget untuk pintar. Terlebih seperti mayoritas oran

Tentang Pertemuan Itu...

Woks Di sore hari ketika mentari surup menuju pembaringan. Yang tersisa hanyalah bayangan tapi udara begitu sejuk. Semilir angin sore berhembus lembut. Di sebuah warkop tidak jauh dari kampus. Aku datang untuk memenuhi panggilan seorang teman baru. Dengan dibonceng temanku kami menuju ke sana bersama. Ahh rasanya hati sedikit berdebar. Sesampainya di sana kami memesan kopi dan es squash pandan dan langsung menuju gazebo yang khas itu. Ku pandangi setiap orang yang datang dari mulai sekadar ngopi sampai para sales menawarkan aplikasi. Setelah minuman tersaji rapi kami memulai pembicaraan ringan dan receh. Pembicaraan tanpa prolog dan memang sejak awal senyum bertemu senyum, tawa melahirkan tawa. Suasana sore nampak hangat dan istimewa. Gadis itu datang dengan penuh gugup katanya. Seperti di film-film pertemuan kedua ini tampak tak pernah terskenario. Pertemuan ini hanyalah imbas dari pertemuan pertama dari sudut kampus nan megah. Awalnya dia datang untuk ambil foto wisuda. Kami bertemu

Merapal Kualitas Pendidikan Tinggi

Woks Pada acara yudisium FUAD beberapa waktu lalu Prof Arief Maftukhin mengatakan hal unik yaitu "momen wisuda wajib disyukuri tapi haram dibanggakan". Pernyataan dengan nada guyonan tersebut memang benar adanya. Karena bagaimana pun juga segala sesuatu pencapaian adalah terletak pada rasa syukurnya. Setinggi apapun pencapaian jika tak ada rasa syukur maka tak bernilai. Selanjutnya kata guru besar UIN SUKA yang berasal dari Wonodadi Blitar tersebut bahwa wisuda tak boleh dibanggakan jika masih S-1. Dalam bahasa guyonan beliau "haram" dengan alasan itu bukan capaian puncak. Jika sudah mencapai guru besar barulah boleh bangga. Intinya beliau menegaskan bahwa kebanggaan bukan pada posisi yang digapai tapi pada proses yang dijalani secara terus menerus. Bahkan beliau sampai di titik tersebut masih terus belajar tiada henti. Karena tak ada ruginya orang yang dalam hidupnya digunakan untuk belajar. Apa yang dikatakan Prof Arif Maftukhin tersebut senada dengan apa yang dis

Tentang Perempuan Bernama: Ibu

Woko Utoro Jika sudah membahas ibu tak akan ada habisnya. Lebih lagi ketika membincang doanya. Doa orang tua utamanya ibu memang mustajab. Tapi ada satu posisi doa ibu tumpul seperti pisau berkarat yaitu di saat mereka mengedepankan hawa nafsunya. Dalam bahasa anak kekinian yaitu egoistik, kolot, alias berpikir tentang dirinya sendiri. Kita tentu tahu ibu adalah mahluk yang terhormat, dihormati. Mereka tidak hanya simbol melainkan subjek yang melahirkan dunia. Tanpa adanya ibu regenerasi tak akan pernah terlahir. Tapi apakah ibu selalu benar? tentu jawaban tersebut relatif. Bagaimanapun juga ibu adalah manusia. Mereka bisa salah dan benar. Karena ibu adalah perempuan yang tentunya bisa berpotensi keliru. Dalam Al Qur'an kedudukan perempuan sangatlah istimewa. Sampai-sampai Al Qur'an mengapresiasi perempuan dengan satu surah khusus yaitu "An Nissa". Sedangkan posisi ibu salah satunya disebut dalam Al Qur'an sebanyak 35 kali dengan kata al umm berarti ibu sebanyak 2

Perihal Kemiskinan

Woko Utoro Membincang kemiskinan memang menarik. Saking menariknya sampai-sampai syair, lagu atau karikatur lahir dari tema tersebut. Sejak dulu kemiskinan belum juga hilang. Dalam sejarah belum ada cara bagaimana menyelesaikan problem sosial tersebut. Tapi bagaimanapun juga kemiskinan itu unik. Bahkan fenomena saat ini ketika bantuan sosial cair setiap orang mengaku miskin. Gegara kemiskinan kementerian sosial didirikan. Tujuannya sederhana agar melihat ciri khas bangsa secara lebih dekat. Miskin memang unik karena menjadi problem sekaligus solusi. Miskin selalu memiliki dualitas di mana pemerintah mencari mereka sebagai objek kesejahteraan. Di lain sisi kemiskinan adalah surga bagi orang kaya. Tanpa orang miskin kekayaan tak pernah bernilai. Bukankah surga orang kaya terletak di kaki kaum miskin. Menjadi miskin memang menyedihkan. Tapi siapa juga yang hidupnya ingin miskin. Setiap orang pasti berpikir bagaimana menjadi kaya, sejahtera, memiliki berbagai macam benda koleksi dan segala