Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2023

Teologi Keselamatan: Belajar dari Teknologi

Woks Bicara keselamatan berarti bicara masa depan. Sedangkan masa lalu hanya berfungsi sebagai pengantar. Tapi masa lalu jangan pula segera dilupakan. Bagaimanapun juga masa lalu adalah kendaraan penghantar masa depan. Tanpa masa lalu seseorang tak akan pernah belajar dari sejarah. Dulu sebelum ada teknologi dunia terasa berdiam diri, sekalipun berjalan rasanya amat lambat. Dulu dunia seperti perempuan yang belum dipahami akan tetapi saat ini dunia berubah begitu cepat. Sejak ditemukannya alat-alat industri dunia terkesan berlari. Bahkan saat ini pergerakannya sulit dibendung. Dunia semakin dikenal, informasi menyebar hitungan detik dan di belahan manapun dapat dijangkau. Ujung dunia hanya berada dalam genggaman dan mudah dikendalikan. Dari segala macam kecanggihan teknologi yang merupakan bagian perkembangan dunia modern maka muncul pertanyaan apa tujuan utamanya? Apakah teknologi ingin menguasai dunia, ataukah ingin menjadi peri pengabul segala hajat. Termasuk akan ke manakah kecangg

Teologi Keselamatan

Woks Saat di kelas saya ingat pesan KH Hafidz Baehaqi beberapa bulan menjelang beliau wafat. Pesan beliau adalah, " Wong urip iku golati slamet "(orang hidup itu mencari keselamatan). Dari pesan singkat beliau tersebut terselip hikmah, benar juga jika tidak keselamatan lantas apalagi yang dicari, kebahagiaan? Jika kebahagiaan lantas bahagia yang mana dan seperti apa. Nyatanya kebahagiaan versi manusia belum tentu dapat menyelamatkan. Malah kebanyakan karena angan-angan kebahagiaan justru melenakan dan menjerumuskan. Orang bahkan tidak menikmati hasil kerjanya sendiri jika hal itu disebut kebahagiaan. Lantas apakah masih yakin bahwa letak bahagia itu ada pada kepemilikan harta, wanita atau posisi jabatan. Sesungguhnya kebahagiaan versi manusia sangatlah materiil dan mudah dibeli. Sebenarnya jika ingin tahu bahwa salah satu titik kebahagiaan adalah keselamatan. Hampir tiap hari kita diajari melafalkan do'a sapu jagat tak lain berharap agar selamat di dunia dan akhirat. Kese

Kupatan : Dari Tradisi Filosofis ke Tradisi Formalis

Woks Beberapa waktu kami pernah berziarah dengan tujuan Pacitan, Ponorogo dan Trenggalek sekitarnya. Singkat kisah dalam perjalanan pulang kami mendapati hal mistis ketika di makam Mbah Mesir Durenan. Kata Abah di antaranya banyak makam yang dikunjungi di sinilah hal ghaib sangat terasa. Salah satu faktornya adalah karena di areal makam ini masih terasa keasriannya. Berbeda ketika kita di makam Mbah Hasan Besari Tegalsari Ponorogo. Di makam Mbah Hasan Besari berbeda seperti dulu, apalagi di malam Jum'at suasana begitu ramai. Suasana yang wingit mendadak seperti intertainment dan dipenuhi sesak orang. Walaupun kita akui bahwa hal yang bersifat batiniah tidak peduli ramai sepi. Hal yang bersifat ruhani selalu bebas ruang akan tetapi sangat jelas perbedaannya ketika formalisme berjalan. Tidak hanya soal makam dan ziarah, formalisme juga merambah ke tradisi lain misalnya kupatan. Tradisi kupatan yang dulu dilakukan oleh sanak keluarga dan tetangga tersebut kini justru berkembang pesat.

Roasting Lebaran

Woks Beberapa orang teman bertanya sudah diroasting apa saja ketika halal bihalal ke rumah tetangga? Pertanyaan menggelitik itu tentu sangat mudah ditebak akan tetapi sukar dijawab. Topik roasting nya pasti seputar keluarga, pekerjaan, hingga asmara. Roasting lebaran memang menu utama selain sajian jajan yang terhidang di meja. Secara arti bahasa sederhana roasting berarti "memanggang". Roasting juga bisa diartikan "menyangrai" biji kopi hingga matang dan siap dihaluskan. Tapi dalam konteks ini roasting berarti, " gojlokan, candaan, bullyan, njarak ". Istilah roasting memang semakin populer ketika dijadikan salah satu program televisi dan memang bagian dari acara stand up comedy. Di momen lebaran para roaster memang sedang panen. Dan lebih ngenes lagi mereka para objek roasting kebanjiran gojlokan salah satunya saya sendiri. Cuma jika mereka ahlu roasting, lambe turah , tetangga hingga saudara datang untuk meroasting kita sebagai objek santai saja. Kita h

Hari Raya : Masyarakat Madani

Woks Masyarakat Indonesia memang terkenal unik dan kreatif. Persoalan ibadah yang notabene urusan hamba pada Tuhan di tangan manusia Indonesia menjadi sangat membumi. Menurut Prof Mujamil Qomar persoalan ritual masyarakat Indonesia memang sangat kreatif. Banyak ibadah ritual yang lahir hingga mentradisi. Soal megengan, halal bihalal, kupatan misalnya merupakan ajaran yang diwarisi dari akar budaya masyarakat. Jika agama dan tradisi sudah mengakar maka akan sulit dipisahkan. Kita tahu bahwa megengan terinspirasi dari ajaran ziarah dengan tujuan mengingat kematian dan menyambut bulan suci Ramadhan. Halal bihalal terinspirasi dari ajaran silaturahmi yang khas ala Indonesia. Dan kupatan ajaran saling mengakui kesalahan dalam bentuk sedekah makanan. Beberapa contoh tradisi tersebut tentu bagian tak terpisahkan dari bentuk asli adat istiadat dan Islam. Sehingga dari itulah meminjam istilah Kang Jalal bahwa masyarakat kita Islamnya tipe agama madani. Orang Indonesia yang walaupun dulunya belu

Berkhidmah Pada Dosen (2)

Woks Dosen adalah pejabat struktural maupun fungsional di sebuah perguruan tinggi. Kedudukannya sama dengan ustadz kiai di pesantren atau dewan guru di sekolah formal. Bedanya mereka mengabdi pada jenjang tertinggi dalam sistem pendidikan formal. Sedangkan ustadz kiai sebenarnya bukan jabatan baik dalam struktur non formal. Jadi baik dosen maupun ustadz kiai atau sebutan lainnya mereka adalah guru-pendidik. Urusan penghormatan baik dosen maupun kiai adalah sama, tiada beda. Dosen hanya sebuah jabatan dan hakikatnya sama. Tapi tentu berbeda dengan kiai, ia adalah jabatan sekaligus sebutan kultural yang diakui oleh masyarakat. Jika bicara tentang khidmah tentu pada dosen pun tak ada bedanya. Dosen juga memiliki porsi yang sama dalam mengajarkan ilmu walaupun mungkin tidak 24 jam. Akan tetapi siapa yang berani membedakan pada sosok pembimbing ilmu. Rasanya tidak ada. Bagi saya sekali lagi berkhidmah pada dosen sama berkahnya. Kadang saya justru mendapat banyak teladan dari dosen terutama

Seni Memaafkan

Woks "Memaafkan tidak dapat mengubah masa lalu tetapi, memberi ruang besar bagi masa depan" - KH. Abdurrahman Wahid. Alhamdulillah kita berjumpa lagi dengan bulan Syawal. Bulan yang isinya tentang maaf dan memaafkan. Kendati harusnya maaf tidak dimonopoli di bulan Syawal akan tetapi pasca Ramadhan dalam tradisi kita saling memaafkan adalah esensi utama. Halal bihalal orang lebih sering mengistilahkan kata maaf tersebut. Kata lain bulan Syawal adalah puncak orang saling memaafkan atas segala khilaf dan dosa. Sejak dulu orang memang lebih sering malu untuk meminta maaf. Orang terlalu gengsi dengan kata maaf tersebut. Untung saja para sesepuh kita mewariskan ajaran luar biasa hasil dari sari pati Qur'an dan hadits nabi yaitu memberi maaf. Di sinilah esensi sesungguhnya bahwa meminta dan memberi maaf merupakan akhlak mulia. Tentu saja bobot orang memberi maaf lebih besar ketimbang meminta maaf. Maka jelaslah bahwa si pemberi maaf hatinya harus seluas samudra. Gus Baha sang m

Berkhidmah Pada Dosen?

Woks Saya pernah ditanya santri tulen yang kebetulan menjadi khadam di sebuah pesantren. Aktivitasnya melayani kiai sudah dilakukan sejak pertengahan ia mondok. Hingga ia lulus tercatat hanya sebagai santri kluthuk alias tidak mengenyam pendidikan formal. Ia pun bertanya apakah kamu melakukan aktivitas yang sama menjadi khadam di dunia formal. Saya pun menjawab, ya. Dengan mantap mengatakan bahwa perkhidmatan di dunia manapun tetap ada dan tidak ada perbedaan. Nampaknya teman saya tersebut ragu apakah berkhidmah misalnya pada dosen juga mendapat keberkahan seperti ala pesantren bersama kiai? Keraguannya sederhana bahwa dosen belum semua memiliki kewirai-an sehingga berkhidmah dengannya apakah sama halnya dengan kiai di pesantren. Dengan pertanyaan bernada membandingkan itu saya hanya menghela nafas. Sejenak saya merenung seraya mencari titik temu bahwa khidmah itu tak pernah pandang status, posisi, jabatan maupun agama sekalipun. Berkhidmah intinya terletak pada kemurnian hati untuk

Banom NU Plosokandang Adakan Bukber dan Istighosah

Woks Pada Ramadhan tahun 2023 ini ada yang berbeda dari Desa Plosokandang. Perbedaan itu barangkali karena bersyukur atas pandemi yang telah berakhir. Nampak perbedaan tersebut disyukuri oleh Banom NU se Plosokandang. Banom NU Plosokandang yang terdiri dari Muslimat, Fatayat, Anshor, Banser, IPNU, IPPNU dan Pagar Nusa mengadakan buka puasa bersama dan istighosah. Acara tersebut juga diselingi dengan pembagian takjil pada para pengguna jalan. Acara ini diselenggarakan di Masjid Nurul Huda PP Mbah Dul Plosokandang. Acara ini dihadiri oleh tokoh, ulama, masyarakat dan kepala desa. Saya dan rombongan bersama Abah tentu menjadi bagian untuk mewakili pondok pesantren yang ada di Plosokandang. Maka dari itu kami hadir di masjid yang legendaris tersebut. Acara ini diawali dengan upacara seremonial dan sambutan masing-masing oleh Abah Nur Aziz Muslim dan Bapak Agus Waluyo. Setelah itu pembacaan aurad istighosah yang dipimpin oleh KH Abdul Cholis. Barulah terakhir mauidhoh hasanah oleh KH Abdul

Pesan Abah Sholeh Pada Penutupan Ramadhan 1444

Woks Seperti biasa tiap tahun para santri akan mendapatkan wejangan dari pengasuh. Sebelum pulang ke kampung halaman untuk berlebaran maka wejangan tersebut menjadi sangu di rumah. Setelah acara seremonial penutupan seperti pembacaan ayat suci al Qur'an dan sholawat. Lalu disambung dengan petuah dari Abah Sholeh. Adapun beliau dawuh pada santri sebagai berikut: 1. Lailatul Qadar iku asline ono ben dino tiap wengi, cuma adewe ae seng ra perduli. Lailatul Qadar itu sebenarnya ada tiap malam, cuma kita saja yang tidak peduli. 2. Golek ilmu tanpo sanad koyok luruh kayu ing waktu bengi. Mencari ilmu tanpa sanad ibarat mencari kayu di waktu malam. 3. Shodaqoh sirr iso nanggulangi bendune pengeran. Shodaqoh sirr bisa menanggulangi murkanya Allah SWT. 4. Lek muleh salaman ngetokne tawadhune. Jika nanti pulang ke rumah jangan lupa salaman, perlihatkan tawadhune nya. Demikianlah dawuh Abah Sholeh untuk para santri PP Himmatus Salamah Srigading di momen ramadhan tahun 2023. Dawuh tersebut ti

Jodoh Dan Logika Rasionalistik

Woks Kita mungkin tahu serial drama Jodoh Wasiat Bapak di salah satu stasiun televisi swasta nasional. Sebuah sinetron yang entah ke mana muaranya. Yang jelas jika bicara jodoh akan selalu menarik untuk dibahas. Salah satunya ketika kita bertemu dengan orang rasional yang selalu mengedepankan perdebatan. Jodoh seperti yang sudah diketahui merupakan suatu keadaan di mana seseorang tidak mampu menebaknya. Seseorang hanya bisa menerka dari hal-hal yang pernah terjadi. Hal itu pun bahkan lebih sering banyak melesetnya. Demikianlah jodoh menarik dan unik bisa diprediksi tapi tidak bisa disimpulkan. Tapi kaum rasionalis percaya bahwa jodoh adalah soal kesamaan. Misalnya mereka selalu yakin akan kesamaan visi misi, penghasilan sampai strata sosial. Padahal di luar itu semua jodoh malah justru terjadi. Jodoh justru seperti sebuah pasang puzzle yang tidak beraturan akan tetapi sesuai dengan pola tempatnya. Maka dari itu perbedaan dalam jodoh justru letak persamaannya. Begitulah jodoh lebih be