Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2023

Public Speaking Bersama Mahasiswa Panggul

Woko Utoro Di penghujung bulan Juli saya diberi kesempatan untuk mengisi acara webinar public speaking yang diinisiasi oleh Gerakan Mahasiswa Panggul (Gempa). Acara ini digawangi oleh Mas Dewanta dan dimoderatori oleh Mba Elis Furnawati Gradio. Acara yang berlangsung sekitar 60 menit tersebut dilaksanakan lewat ruang Google meet. Ada sedikit momen lucu dalam acara ini yaitu tidak adanya sambutan dari shohibul bait. Sehingga acara terkesan langsung dimulai termasuk juga prolog dari moderator yang terkesan mendadak. Tapi apapun itu saya maklumi karena acara pertama yang diadakan pasca pandemi. Singkat kata saya menyampaikan materi public speaking yaitu dimulai dari pengertian. Bahwa public speaking sederhananya adalah kemampuan komunikasi yang dilakukan di depan orang atau kelompok. Komunikasi juga bisa dilakukan dengan dua arah. Dengan komunikasi itulah seseorang atau audien bisa memahami apa yang disampaikan. Di era digitalisasi ini kemampuan komunikasi sangatlah penting terlebih publi

Kesengsem Syair Burdah

Woko Utoro Dalam acara puncak Haul Ploso 2023 KH Nurul Huda Djazuli merasa senang ketika para kiai berkumpul. Salah satu yang disenangi beliau adalah hadirnya KH Said Aqil Siradj Cirebon (mantan ketum PBNU tahun 2010-2020). Yang disukai oleh Kiai Dah (sapaan akrab KH Nurul Huda Djazuli) adalah di saat KH Said melantunkan qasidah Burdah. Selain Burdah, KH Said juga hafal nasab Kanjeng Nabi Muhammad SAW sampai Nabi Adam dan itu keistimewaan beliau. Jamak yang sudah diketahui qasidah Burdah adalah gubahan pujangga Mesir abad ke-13, Syeikh Muhammad ibn Sa’id al-Bushiri (w. 1295). Nama asli kumpulan syair puji-pujian pada Nabi tersebut adalah Al-Kawakib ad-Durriyyah fî Madh Khair al- Bariyyah yang berarti "Bintang-bintang Gemerlap tentang Pujian terhadap Sang Manusia Terbaik". Syeikh Al Bushiri adalah murid Syeikh Abul Abbas Al Mursi juga murid dari Syeikh Abil Hasan Syadzily. Beliau adalah ulama wara', alim dan pastinya sufi pecinta Nabi. Saat mengarang Burdah beliau dalam k

Bulan Juli

Woko Utoro Tak ada yang lebih manis dari malam bulan Juli Didekapnya doa hingga mengoyak singgasana Tuhan Berhembus bersama aroma kopi membumbung tinggi Tak ada yang lebih asyik dari malam bulan Juli Diharapkanya mimpi sampai mampu mengubur sepi Didendangkannya lagu lawas menepis batas nurani Tak ada yang lebih wangi dari malam bulan Juli Diikatnya sekuntum bunga melewati batas-batas sanubari Memeluk angin lalu sambil teriak aku telah kembali Srigading, 23/7/23

Catatan Haul Akbar Pondok PETA 2023

Woko Utoro Alhamdulillah tahun ini saya masih diberi kesempatan untuk hadir kembali di Haul Pondok PETA ke-54. Setelah 3 tahun absen karena pandemi kini penyelenggaraan haul secara offline digelar kembali. Tentu hal itu adalah yang diidam-idamkan oleh hampir semua jamaah. Begitulah kiranya secara psikologis kita melahirkan rindu ketika benar-benar telah kehilangannya. Singkat kisah saya berangkat selepas isya bersama teman-teman pondok. Sampai di sana jamaah sudah membludag, berjubel saling mencari tempat. Seperti biasa haul Pondok PETA memang salah satu yang khas terlebih letaknya di pusat kota. Demikian menariknya sampai-sampai banyak jamaah hadir dari luar kota rela duduk lesehan demi ngalap berkah shohibul haul . Haul kali ini yaitu memperingati 54 tahun wafatnya Hadratus Syeikh KH Mustaqim bin Husein, 36 tahun Nyai Hj Sa'diyah binti H Rais dan 19 tahun Hadratus Syeikh KH Abdul Djalil Mustaqim dengan membawa tema, "Jangan Berpaling Dari Sesuatu Sebelum Kau Mengenal Segala

Jadi Guru Itu Harus Luwes

Woko Utoro Beberapa hari lalu saat kami bersepeda ria di sebuah lapangan. Kami melihat banyak pemuda yang berolahraga di lapangan tersebut. Lalu setelah kami singgah di sebuah aula dekat pasar di sana ada 4 orang bapak-bapak sedang bercengkrama. Ketika mereka melihat keberadaan kami lantas terjadilah dialog tanpa skenario. Nampaknya 4 orang bapak-bapak dan di antaranya sudah sepuh tersebut sepertinya seorang pensiunan guru. Bahkan satu di antaranya memperkenalkan diri sebagai salah seorang pengurus pondok pesantren di era mudanya. Mereka kebetulan istirahat bersama kami selepas bersepeda ria pagi. Tanpa banyak basa-basi bapak-bapak sepuh mengajak saya bicara. Kata beliau nama mu Woko ya. Saya pun heran mengapa beliau tahu sebelum saya memperkenalkan diri. Ternyata kata beliau nama mu sudah tertera di telapak tangan saya sebelum perkenalan itu terjadi. Saya pun hanya tersipu malu dan pastinya itu hanya strategi saja agar perbincangan kita jadi hangat. Dalam perbincangan tak terduga ters

Tradisi Jagong Kaji

Woko Utoro Selama saya berproses di sini (baca: Tulungagung) banyak hal yang dapat dipelajari utamanya soal tradisi. Salah satu yang mentradisi adalah jagong kaji. Istilah jagong pun terdapat pada jagong bayi atau jagongan biasa orang menyebutnya cakruk. Jagong kaji biasa disebut juga zaroh kaji yang diambil dari akar kata ziarah atau berkunjung. Setiap ada tetangga atau saudara yang pulang dari ibadah haji masyarakat memang sering melakukan tradisi jagong kaji. Alasan utamanya tentu ngalap berkah dan berharap doa baiknya. Jagong kaji memang telah berlangsung lama, sudah tertradisi sejak para sesepuh dulu bahkan menjadi anjuran dari Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Imam Ahmad bahwa Sahabat Abdullah bin Umar dari Rasulullah agar memberi salam, berjabat tangan dan meminta do'a pada mereka sepulang dari ibadah haji. ( Syamsul Arifin, NUonline ). Adapun acara seremonial yang menyertai keberangkatan hingga kepulangan orang ibadah haji adalah tradisi masyarakat modern. Biasanya mereka

Rutinan Ahad Legi TPQ Kortan Kauman

Woko Utoro Beberapa waktu lalu tepatnya Ahad legi saya berkesempatan mengikuti rutinan yang diselenggarakan pengurus LP Ma'arif TQP Kortan Kauman. Saya mengikuti rutinan tersebut karena utusan dari ibu Hj. Roudlatul Jannah Mojosari untuk mewakili TPQ Roudlatul Athfal. Tentu ajakan tersebut saya sambut baik karena di sana saya akan dapat pengalaman berharga. Pertama terlintas mengapa rutinan dilaksanakan di hari Ahad legi dalam penanggalan Jawa Islam. Ternyata usut punya usut hari itu adalah hari bersejarah. KH. Sya'roni Ahmadi Kudus mengatakan bahwa Ahad legi adalah hari berdirinya Jam'iyyah Nahdlatul Ulama yang bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H/31 Januari 1926 M. Hari bersejarah tersebut diabadikan oleh KH. Ahmad Kamal (keturunan Sunan Kudus ke-12) di masjid Al Aqsha Menara Kudus. Dengan tulisan berbahasa Arab yang berbunyi: ما تت البدعة بقيام الحجّÙ‡ لأهل السّÙ†ّÙŠّØ© Dari itulah maka mayoritas warga NU banyak mengadakan rutinan majelisan di hari Ahad legi. Karena di hari it

Membuka Peluang Kandidat Rektor UIN SATU 5 Tahun Kedepan

Woko Utoro Saya sebagai mahasiswa sekaligus alumni sejak IAIN sampai UIN tentu merasa sangat senang bisa menangi pemilihan rektor tahun ini. Pasalnya rektor adalah simbol kepemimpinan tertinggi dalam sebuah perguruan tinggi. Di tahun 2023 ini saya dapat bocoran akan ada 5 bakal calon rektor yang akan memimpin kampus dakwah dan peradaban. Adapun 5 kandidat bacalon rektor tersebut yaitu: Prof. Dr. H. Akhyak, M.Ag. (Guru Besar Filsafat Pendidikian Islam), Prof. Dr. H. Syamsun Ni'am, M.Ag. (Guru Besar Metodologi Studi Islam), Prof. Dr. Nur Kholis, S.Ag., M.Pd. (Guru Besar Pendidikan Islam), Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. (Guru Besar Sosiologi Pendidikan), dan Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. (Guru Besar Teknologi Pembelajaran). Dari 5 nama-nama tersebut tentu menarik karena ada satu calon yaitu dari perempuan. Akan bagaimana menariknya tentang sosok-sosok beliau-beliau. Mari kita simak ulasan ringan saya mengenai peluang ke depannya jika satu di antara para guru besar itu memimpin

Ragam Keunikan Pada Saat Sidang Thesis

Woko Utoro Dengan penuh syukur saya bahagia karena telah melewati satu fase puncak dalam proses menyelesaikan tugas akhir yaitu sidang thesis. Tentu perjalanan ke fase itu tidak mudah atau untuk tidak menyebut terlalu mendramatisir. Tapi sebagai alarm saya ingin berbagi kisah lewat tulisan kecil ini tentang perjalanan sidang thesis ini. Pertama , saya berpikir apakah mampu menyelesaikan tugas akhir ini di tengah kesibukan dan waktu yang mepet. Di tengah kebimbangan itu saya tentu harap-harap cemas jika tidak bisa menyelesaikan thesis tepat waktu. Akhirnya dengan kemampuan seadanya saya bisa menyelesaikan thesis tersebut. Tentu saya berterima kasih kepada Pak Zainal yang memberikan ACC walaupun beliau berada di hotel Lojikka dalam sebuah acara. Termasuk juga Pak Nafis yang bisa ditemui di hari Jum'at sepulang beliau dari Banjarmasin. Kedua , saya sudah terlanjur PD jika sidang diundur pada Senin depan. Akhirnya saya leyeh-leyeh alias bersantai ria sambil menambahkan artikel karena t

Ragam Keunikan Pada Saat Sidang Thesis

Woko Utoro Dengan penuh syukur saya bahagia karena telah melewati satu fase puncak dalam proses menyelesaikan tugas akhir yaitu sidang thesis. Tentu perjalanan ke fase itu tidak mudah atau untuk tidak menyebut terlalu mendramatisir. Tapi sebagai alarm saya ingin berbagi kisah lewat tulisan kecil ini tentang perjalanan sidang thesis ini. Pertama , saya berpikir apakah mampu menyelesaikan tugas akhir ini di tengah kesibukan dan waktu yang mepet. Di tengah kebimbangan itu saya tentu harap-harap cemas jika tidak bisa menyelesaikan thesis tepat waktu. Akhirnya dengan kemampuan seadanya saya bisa menyelesaikan thesis tersebut. Tentu saya berterima kasih kepada Pak Zainal yang memberikan ACC walaupun beliau berada di hotel Lojikka dalam sebuah acara. Termasuk juga Pak Nafis yang bisa ditemui di hari Jum'at sepulang beliau dari Banjarmasin. Kedua , saya sudah terlanjur PD jika sidang diundur pada Senin depan. Akhirnya saya leyeh-leyeh alias bersantai ria sambil menambahkan artikel karena t

Tentang Motto Thesis

Woko Utoro Rerata mahasiswa ketika mendengar kata "sidang" rasanya langsung ketakutan. Sidang seolah menjadi kata yang ditakuti sekaligus diidam-idamkan. Sidang memang seolah menjadi momok tersendiri bagi mahasiswa. Pasalnya sudah terlanjur terpola dalam pikiran bahwa dosen penguji selalu diimajinasikan killer , padahal tidak semua. Berbeda dengan saya ketika sidang thesis kemarin. Suasana di lokal 3 Pascasarjana UIN SATU Tulungagung tersebut justru penuh riang gembira alias tawa. Mindset awal ruang sidang yang angker itu seolah langsung cair. Saya sendiri sempat gugup di awal ketika memulai presentasi. Tapi faktanya ketika sesi tanya jawab dimulai para penguji malah lebih banyak memberi masukan sekaligus guyonan. Tentu hal itu saya tanggapi juga hanya dengan senyuman. Yang akan saya kenang dari sidang thesis kemarin adalah soal motto akademik. Motto akademik dalam penelitian tugas akhir memang menjadi salah satu yang ditanyakan oleh penguji. Maka dari itu dalam membuat motto

Akhirnya Thesis

Woko Utoro Kemarin tepat 17 Juli 2023 di usia 55 tahun kampus UIN SATU nampaknya saya mendapatkan keberkahan bertubi-tubi. Pasalnya sejak awal berproses di program magister S-2 saya selalu mendapatkan keberkahan. Bahkan berlanjut hingga sidang thesis yang diidamkan banyak orang. Lewat tulisan inilah barangkali saya ingin membagi kisah dan syukur tersebut. Dulu sekitar tahun 2019 sebelum pandemi di bulan yang sama yaitu Juli saya berhasil menyelesaikan sidang skripsi. Di bulan Juli itulah saya juga melewati satu momen kecil nan kudus yaitu memperingati hari kelahiran. Dan masih di bulan Juli di tahun 2023 saya mengulangi momen bahagia tersebut yaitu sidang thesis. Tentu rangkaian kebahagiaan ini tidak pernah saya duga dan selalu saya syukuri. Saya tidak berpikir bisa sampai sejauh ini. Saya hanya terus mencoba menghidupkan api semangat sejak S-1. Kebetulan menuju program magister ini saya sempat off selama satu tahun. Barulah di tahun berikutnya rezeki serta kesempatan itu datang. Tanpa

Haul Akbar Pondok Panggung 2023 : Sambung Sinyal Wifi

Woko Utoro Di pertengahan bulan Juli saya berkesempatan hadir kembali dalam acara haul akbar Pondok Panggung tahun 2023. Seperti biasa niat saya hadir tak lain ingin ngalap berkah shohibul haul dan sapa silaturahmi. Semoga saja niat tersebut selalu saya perbarui tiap tahunnya. Kali ini formasi saya tetap bersama Pak Nur ditambah Ocit (arek Jombang) yang pikirannya full soal makanan. Alhamdulillah setelah isya kami tiba di sana dan langsung bertemu kawan-kawan lama para santri mondok dulu. Saya santri Pondok Panggung yang cuma setahun itu merasa perlu untuk hadir di momen tahunan tersebut. Tak lain karena sebuah kewajiban. Santri tidak boleh melupakan guru-gurunya. Fenomena akhir zaman akan banyak didapati santri yang melupakan kiainya. Hal itulah yang mencoba saya hindari sekuat mungkin. Singkat kisah kami tiba di lokasi haul dan langsung mengambil tempat di ujung selatan panggung. Berbaur bersama jamaah ibu-ibu kami menikmati malam itu dengan sebungkus nasi dan secangkir kopi. Kebetul

Kehilangan Kopi Kehidupan

Woks Seorang anak duduk termenung di pojokan jalan. Sambil melihat sekeliling dengan gamang ia sesekali menghela nafas. Lalu seorang pemuda datang seraya bertanya, "Apa gerangan yang kau cari nak?". Apakah kau kehilangan uang? "Tidak tuan", jawabnya singkat. Lantas, "Apakah kau tersesat atau lupa jalan pulang"? Anak kecil itu dengan mata berbinar menatap sang pemuda. "Tuan, aku kehilangan diriku. Semalam aku menghancurkan diriku lalu ku seduh dalam secangkir kopi. Lalu aku minum sampai habis. Dan kini aku kehilangan diriku yang asli. Entah kemana aku harus mencari"? "Bisakah tuan menemukan aku?" Pemuda itu pun terdiam seribu bahasa. the woks institute l rumah peradaban 12/7/23

Memaknai Perjalanan Dalam Sebuah Lagu

Woko Utoro Seorang teman berkisah tentang perjalanan hidupnya pasca lulus kuliah. Katanya kini kehidupan semakin sepi dan entah kemana orang-orang pergi. Apakah mereka teman-teman semasa dulu pergi merantau ke luar kota atau mungkin menikahi gadis di desa sambil mengurus jamaah yasin tahlil. Iya tidak tahu. Yang jelas dalam momen-momen kesendirian itu ia sering bersenandung. Katanya adalam sebuah kesempatan ia bertanya mengapa hidup selalu memiliki relasi dengan perasaan. Atau mengapa hidup selalu menyediakan ruang untuk berkisah atau sekedar menyalurkan emosi-emosi psikologis. Salah satu yang dilakukannya adalah mendengarkan musik. Mendengarkan musik dengan lagu yang sesuai dengan perasaan memang bagian dari katarsis atau upaya untuk mengelola emosi diri. Bahkan kadangkala lewat syair lagu tersebut seseorang merasa terwakili. Mungkin saja dalam konteks ini teman saya merasa diwakili oleh beberapa lagu. Katanya dalam sistem algoritma media beberapa lagu selalu masuk dalam relung hatiny

Kerjasama dan Tolong-Menolong

Woko Utoro Manusia adalah mahluk yang saling membutuhkan kehadiran sesamanya atau Aristoteles menyebutnya zoon politicon . Saling membutuhkan tersebut dipersatukan dalam kontrak sosial. Dalam artian bekerja sama dan saling membantu. Hidup berdampingan memang harus kerjasama. Tanpa kerjasama segala tujuan hidup tak akan tercapai. Akan tetapi kerjasama saja tidak cukup maka harus ada sikap saling percaya. Menurut JJ Rousseau (2007) kepercayaan adalah wilayah psikologis yang merupakan perhatian untuk menerima apa adanya berdasarkan harapan terhadap perilaku baik. Kepercayaan merupakan modal sosial di mana seseorang akan mampu membuat akses lebih jauh dalam usaha. Kelancaran komunikasi dan interaksi sesama anggota dalam jaringan sosial, merupakan hasil kepercayaan. Kerjasama dan kepercayaan (trust) adalah modal utama untuk membina hubungan sosial. Dalam konteks bisnis pun sangat dikenal dengan konsep saling kerjasama dan tolong-menolong. Dengan konsep itulah maka sesama kita akan saling me

Membincang Bodoh dan Pintar

Woko Utoro Membincang term bodoh pintar memang menarik apalagi ketika terlontar dari mulut pendakwah. Selain kata kafir, kata bodoh pintar menjadi obral yang sering terlontar khususnya buat jamaah. Lantas sesering apakah kata bodoh pintar tersemat buat para jamaah. Mari kita lihat para pendakwah yang memposisikan dua kata tersebut dalam sesi ceramahnya. Saya mengamati para tokoh kita memiliki ciri khas tersendiri dalam labeling bodoh pintar tersebut. Misalnya KH Nurul Huda Djazuli sering melontarkan kata "bodo" tentu dalam dialek Jawa kepada santri yang dalam tanda kutip malas mengaji (baca : mutholaah). Gus Baha juga sama sering mengatakan "bodo" tapi lebih pada konteks mereka yang hanya meyakini kebenaran tunggal (tentu versi pikirannya sendiri) bukan karena ilmu. Padahal ilmu itu luas dan perlu disiplin ilmu lainnya. Beda lagi dengan Gus Iqdam, pendakwah kondang asal Blitar tersebut sering melontarkan kata "tolol" kepada mereka yang lebih tepatnya polos