Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2024

Wejangan Abah Nafis Yang Menggugah Jiwa

Woko Utoro Sore di tengah rintik hujan tepat akhir hari Minggu. Saya ikut dalam rombongan Mas Jaza untuk sowan ke ndalem Abah Nafis. Kebetulan saya bertugas sebagai penunjuk arah. Hingga akhirnya kami tiba di sana mungkin sekitar 30 menit sebelum magrib tiba. Di 30 menit itulah kami berbincang dengan beliau yang penuh kehangatan. Mas Jaza adalah kawan saya satu organisasi dan satu fakultas bahkan hingga kini. Sedangkan Abah Nafis adalah Dr. H. Muntahibun Nafis, M. Ag, beliau merupakan ketua LP2M bagian pengabdian kepada masyarakat. Beliau juga merupakan direktur Pusat Studi Pesantren (PSP) UIN SATU Tulungagung sekaligus pengasuh Yayasan Nur Shulthan Al Hamidi, Pesantren Al Mimbar, Mushola Mu'ashomah dll. Intinya jika menyebut Abah Nafis adalah sosok yang multitalenta, beliau apa saja bisa dan bisa apa saja termasuk ceramah. Mas Jaza dan rombongan memang berniat untuk mengundang Abah Nafis agar berkenan mengisi di PP Walisongo Wonodadi Blitar. Dalam edisi sowan tersebut Abah Nafis b

Catatan Haul Pondok Ath Thohiriyah Mangunsari

Woko Utoro Alhamdulillah beberapa saat saya gagal hadir jika ada cara di PP Ath Thohiriyah Mangunsari maka kali ini saya berhasil menunaikannya. Acara kali ini adalah Ath Thohiriyah Bersholawat dalam rangka Haul Almaghfurllah KH Muhammad Mujab Mujib ke-8. Bersama Ibad Suribat saya berangkat motoran dan berangkat setelah isya. Sesampainya di sana kami langsung mengambil posisi di serambi mushola. Ternyata acara di shooting oleh CMTV Multimedia yang digawangi Mas Anas Al Khidmah. Acara ini disajikan sejak awal yaitu tawasul dan tahlil. Setelahnya sholawat bersama Tim Hadroh Janur pimpinan Gus Yasir Arafat dari Nganjuk. Setelah usai barulah mauidhoh hasanah oleh KH Muhammad Balya Firjaun Barlaman (Wakil bupati Jember sekaligus pengasuh PP Astra Jember). Singkat kisah dalam ceramahnya Gus Firjaun yang juga keponakan dari KH Abu Ammar menyampaikan keistimewaan shalawat. Beliau mengijazahkan sholawat dengan lafadz, "Sholallahu alaika ya Muhammad" dan dibaca seribu kali setiap hari.

Catatan Safari Literasi di Pondok Putri Sunan Pandanaran PPHM Ngunut

Woko Utoro Pagi itu pukul 9 kurang seperempat saya meluncur ke Pondok Ngunut Pusat. Kami bersama Tim SPK TA tiba di sana sekitar pukul 9 lebih 15 menit. Kebetulan tuan rumah diwakili Mas Fauzi telah menunggu kami sejak waktu yang ditentukan. Saya, Mas Roni, Mba Zidna dan Bu Filza (menggantikan Mba Ekka yang berhalangan hadir) memang sejak beberapa hari lalu diminta mengisi kegiatan Diklat Literasi. Kebetulan program SPK TA sendiri yaitu safari literasi atau Goes to School sangat sinkron. Singkat kisah kami meluncur ke tempat acara masing-masing. Mba Zidna dan Bu Filza bertugas di Pondok Putra PPHM Pusat sedangkan saya dan Mas Roni di Pondok Putri Sunan Pandanaran. Acara ini dilaksanakan oleh pengurus OSIS dan eskul literasi Jawara. Kebetulan Mas Fauzi menjadi salah satu pembinanya. Kata beliau kemampuan menulis anak-anak itu luar biasa. Di tengah kepadatan jadwal ngaji dan sekolah mereka masih bisa berprestasi di bidang tulis menulis. Kata Mas Fauzi menulis itu ibadah maka dari itu ter

Literasi Digital Untuk Melahirkan Pemilu Damai

Woko Utoro Pemilu tinggal menghitung hari. Masyarakat tentu harus bersiap menghadapi pesta demokrasi lima tahunan tersebut. Kesiapan tersebut salah satunya dengan memahami arti praktis mengenai literasi digital. Apa literasi digital dan mengapa penting kita ketahui. Di momentum menghadapi pemilu seperti saat ini memahami literasi digital merupakan keharusan. Pasalnya dengan kita cakap digital akan memudahkan untuk mengetahui beragam informasi yang tersebar melalui perangkat teknologi berbasis internet. Tidak hanya menjelang pemilu, literasi digital diperlukan sebagai upaya membentengi diri dari kejahatan media siber. Maka literasi digital adalah sebuah kemampuan untuk mengoperasikan, mengoptimalkan, mendayagunakan, mengolah serta mengevaluasi teknologi dengan baik. Digitalisasi yang masif pasca ditemukannya internet dalam sistem komputasi mengharuskan kita adaptif secepat mungkin. Hal itu dikarenakan pergerakan kemajuan begitu tak terkendali. Akibatnya segala macam data dan informasi m

Jualan Opak Untuk Menyambung Hidup

Woko Utoro Sore itu saya bertemu mbah sepuh di Masjid At Taqwa Kepatihan. Setelah saya lihat dengan saksama ternyata beliau berjualan opak Sermier yang bahan utamanya singkong. Singkat kisah sebelum kami berpisah saya membeli opak Sermier beliau 3 buah dengan harga 10 ribu. Sejak melihat sepedanya parkir dan membawa dagangan tersebut saya memang berniat membelinya. Sebelum kami bertemu dan berpisah saya melihat betapa khususnya Simbah ketika berdoa. Pada sholat ashar ketika jamaah lain berhamburan beliau masih menengadahkan tangannya. Sepertinya beliau berdoa berharap jualannya ada yang membeli. Mungkin saja doanya diijabah dan saya salah seorang yang beruntung bisa digerakkan oleh Allah membantu beliau membeli opak Sermier tersebut. Ketika opaknya terjual, Simbah begitu sumringah. Ia begitu senang bercampur haru. Dengan nada bicara yang lirih seraya mengucap syukur tak terhingga. Saya tentu memahami psikologis Simbah yang telah berjuang sejak pagi menjajakan barang dagangannya. Usut p

Catatan Seminar Literasi Digital bersama Kominfo

Woko Utoro Senang rasanya saya secara pribadi bisa terlibat dalam acara seminar literasi digital. Acara yang sebenarnya diinisiasi oleh Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT) serta bekerjasama dengan Kominfo RI. Kebetulan Kominfo memiliki gerakan nasional literasi digital hingga ke akar rumput. Acara ini diselenggarakan di aula MWC NU Boyolangu yang dihadiri tidak kurang dari 200 peserta. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari masyarakat penyelenggara pemilu Kecamatan Boyolangu. Mereka hadir dari beragam unsur dari masing-masing desa seperti Ngranti, Kendalbulur, Bono, Wajak, Kepuh, Beji, Gedangsewu, Moyoketen dll. Acara ini bertemakan : "Mencari Kebenaran, Literasi Digital Sebagai Pondasi Pemilu yang Damai" serta dipandu oleh moderator Mas Khoirul Fata dan narasumber para praktisi digital Tulungagung Mak Masruroh S. Ag dan Mas Woko Utoro M. Ag serta Kominfo Pusat Mas M. Hasyim Habibil Mustofa. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat dari bahaya polarisasi menje

Obituari : Ustadz Ni'am Sang Ahlul Qur'an

Woko Utoro Bagi yang kenal Ustadz Minhajun Ni'am tentu akan sangat tahu bagaimana pribadinya. Saya mungkin tidak seberuntung orang terdekatnya. Akan tetapi ketika mendengar kabar bahwa beliau wafat tepat hari Ahad 21 Januari 2024/9 Rajab 1445 H sontak langsung terkaget. Badannya saya langsung lemas karena walaupun begitu ada beberapa hal yang pelajari dari sosok ahlu Qur'an tersebut. Yang saya ketahui Ustadz Ni'am lahir di Gresik Jawa Timur. Singkat kisah beliau mondok tahun 1994 di Nurul Haromain Pujon Malang asuhan Syeikh KH Ihya Ulumiddin atau Abi Ihya. Ketika mondok di sana Ustadz Ni'am memang sudah memiliki tanda-tanda keistimewaan. Selain hafal al Qur'an beliau juga begitu murah senyum, tegap dan tegas. Soal ini saya menyaksikan ketika beliau memberikan pembinaan tahfidz di lembaga Al Azhaar Tulungagung. Singkat kisah beliau bersama istrinya, Ustadzah Lia dikaruniai 3 orang putra. Belum genap satu tahun atau sekitar Agustus 2023 istri beliau berpulang ketika d

Dengan Membaca Kita Banyak Ilmu

Woko Utoro Kita tahu dampak membaca itu luar biasa. Semakin banyak membaca semakin kaya pula akan bahasa dan pengetahuan. Membaca dibagi dua yaitu membaca teks dan membaca konteks. Orang yang menyelami teks akan tahu tentang banyak hal. Karena bacaan sebenarnya bukan soal teks tapi daya rohani. Sedangkan membaca konteks adalah melihat peluang dari setiap perubahan dunia. Membaca konteks akan selalu dimulai dari membaca teks. Para pegiat literasi selalu mengkampanyekan arti penting membaca. Terutama soal literasi dasar awalnya berjuang mengentaskan buta aksara. Hingga akhirnya kini orang sudah merangkak mengenali aksara. Secara bertahap kini masyarakat telah melek huruf dengan berbagai tingkatan. Ignas Kleden dalam Alfons Taryadi (1999) menyebutkan bahwa melek huruf ada 3 kategori: teknis, fungsional dan budaya. Teknis berarti masyarakat baru di level membaca untuk mengenali sesuatu. Sedangkan fungsional bacaan sudah merambah ke melakukan sesuatu. Terakhir jika bacaan sudah di level mem

Tulungagung Membaca VS Belanja

Woko Utoro Jika ditanya ada berapa toko buku di Jogjakarta tentu kita masih mudah menjawabnya. Tapi jika ditanya ada berapa toko buku yang bertahan di Tulungagung kita akan berat hati untuk mengatakan ada tapi tidak banyak. Keadaan itulah yang juga dialami kota lain di mana toko buku sudah di ujung senjakala. Toko buku menjadi langka terlebih pembacanya. Di Tulungagung sendiri keberadaan kampus dan lembaga pendidikan lain tidak menjamin toko buku bertahan. Lantas apakah hal itu menjadi indikator bahwa kota ini tidak suka membaca? Entahlah. Faktanya demikian bahwa di Kota Marmer ini semakin hari pusat perbelanjaan terus dibangun. Di mana-mana kita dapati toko-toko perbelanjaan. Belum lagi keberadaan toko ritel dan warung kopi semakin berjamuran. Lantas bagaimana dengan toko buku atau perpustakaan sebagai jantung orang-orang suka membaca. Rasanya kita sudah bisa menebaknya bahwa toko buku dan perpustakaan bukan prioritas utama. Bahkan untuk sekadar diperbincangkan pun kini tak terdengar

Kisah-kisah Perjodohan

Woko Utoro Beberapa waktu lalu saya mengantarkan tamu yang sowan ke Abah (Pengasuh PPHS). Dari beberapa tamu tersebut mayoritas ingin berkonsultasi seputar asmara alias perjodohan. Kata Abah, Alhamdulillah bersyukur ternyata kiai masih berfungsi sebagai juru tanya masyarakat dalam beragam topik termasuk momen pemilu seperti saat ini. Coba saja jika yang ditanya dukun pasti lain lagi ceritanya. Di antara beragam kisah perjodohan tersebut yaitu ada orang Bali, dia pengusaha ingin mencari jodoh. Lantas orang tuanya sowan ke Abah untuk dicarikan jodoh. Singkat kisah jodoh sudah di depan mata. Di antara mereka berdua berbincang lalu dapatlah kesepakatan. Entah satu waktu perjodohan itu batal karena dari pihak perempuan tidak berkenan. Karena ada alasan lain maka mereka pun memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan tersebut. Kisah selanjutnya ada teman yang bertanya tanggal yang pas untuk menikah. Kata Abah semua tanggal baik hanya saja kita dipaksa menghormati adat. Misalnya tidak boleh w

Menulis di Tengah Gelombang Budaya Pop

Woko Utoro Membincang kebudayaan memang selalu menarik. Pasalnya kita selalu bertanya-tanya kebudayaan seperti apa yang masih tersisa di zaman ini. Ternyata di era digitalisasi kebudayaan baru lahir tanpa disadari. Salah satunya menulis dengan memanfaatkan teknologi dan turunannya. Tentu budaya baru tersebut perlahan menggeser kebudayaan kertas atau semacam budaya konvensional lainnya di luar produk teknologi. Kita sudah jarang melihat orang menulis dengan memanfaatkan kertas. Paling dekat tentu siswa sekolah yang masih memanfaatkan kertas sebagai media tulis. Bahkan ironisnya kini mahasiswa jarang menulis dengan alasan semua sudah ada di internet. Internet dan kecanggihan teknologi memang menjadi tulang punggung baru masyarakat modern saat ini. Piranti teknologi dianggap lebih elektrolis dibandingkan buku atau kertas. Dalam hal kapasitas penyimpanan mungkin faktanya demikian. Tapi sekaligus membuat masyarakat kita bodoh. Tumpul berpikir dan tidak gemar berdialektika. Mereka bergantung

Profil Sahabat Pena Kita Tulungagung

Sahabat Pena Kita Tulungagung Visi Terwujudnya masyarakat literat yang berwawasan keindonesiaan Misi Menyemai kerja-kerja literasi ke semua penjuru meliputi keluarga, masyarakat, stakeholder dan pengampu kebijakan Melaksanakan kerjasama dengan berbagai pihak dalam mewujudkan Indonesia cinta ilmu pengetahuan Melaksanakan kegiatan keilmuan, perekonomian, agama sosial dan budaya kemasyarakatan yang saling berkesinambungan Latar belakang SPK TA Sahabat Pena Kita (SPK) Tulungagung adalah komunitas etik yang bergerak di bidang literasi. Khususnya literasi dasar berupa membaca dan menulis menjadi concern utama SPK TA. Komunitas ini berdiri sejak 2020 di bulan Ramadhan. Komunitas ini merupakan cabang dari SPK Pusat yang berada di Surabaya. Struktur SPK Tulungagung Pembina : Prof Dr Ngainun Naim, M.Hi Ketua : Roni Ramlan, M. Ag Wakil ketua : Woko Utoro, M. Ag Sekretaris : Ekka Zahra Puspita Dewi, M. Pd Filzatun Nafsi, M. Pd Bendahara : Nikmatul Khotimah, M. Pd Siti Rodliyah, M. Pd Divisi Publik

Mengingat Games Masa Kecil

Woko Utoro Permainan atau game menjadi ingatan yang tak terlupakan. Utamanya permainan dalam arti digital. Sebagai generasi 90-an akhir tentu saya menemui di mana game masih sangat sederhana. Beberapa games tersebut saya ketahui dari tetangga sebelah yang kebetulan memiliki perangkat Playstation. Berikut beberapa games yang pernah saya temui di masa kanak-kanak dulu. Pertama, game Dingdong. Game ini lahir sebelum PS1 (Playstation) booming di ruang anak-anak. Dingdong adalah ragam permainan yang meliputi balapan, tinju, mencari harta karun hingga teka-teki. Game ini dimainkan dengan cara memasukkan uang koin khusus. Dengan menukar uang jajan menjadi uang game kita bisa menikmati keseruan permainan Dingdong ini. Kedua, PS1 alias Playstation. Game ini dimainkan dengan menggunakan kaset yang diletakkan dalam kotak game. Setelah mulai kita bisa mengoperasikan lewat analog remote yang tersambung pada kebel. Di sana sudah tersedia beragam tombol untuk mengoperasikan games yang diinginkan. Beb

Mengenal Investasi Atas Bawah

Woko Utoro Dalam ilmu ekonomi kita mengenal istilah investasi. Bagi yang sudah tahu istilah ini menjadi hal biasa. Akan tetapi bagi yang baru mendengar istilah investasi masih kurang diperhatikan dengan serius. Kita harus tahu investasi merupakan tindakan atau proses mengalokasikan sejumlah sumber daya, seperti uang, waktu, atau usaha, ke dalam suatu aset atau proyek dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa depan. Investasi bisa juga disebut penanaman aset atau modal. Tujuan utama dari investasi adalah untuk menghasilkan imbal hasil atau pendapatan lebih besar dari jumlah sumber daya yang diinvestasikan. Investasi dapat dilakukan dalam berbagai bentuk seperti; aset, termasuk saham, obligasi, real estat, mata uang, komoditas, perusahaan start-up, dan banyak lagi. Salah satu bentuk investasi yaitu waktu dan kesempatan. Apakah keduanya telah kita gunakan dengan baik atau justru terbuang sia-sia? Bicara soal investasi saya tentu mendapat ilmu terkait usaha penanaman modal ini. Seorang

Hormat Taat Segan ala Santri

Woko Utoro Hormat, taat dan segan menjadi lema yang menarik ketika kita bahas dalam dunia santri. Dunia santri adalah wilayah sebuah komunitas etik dan agamis. Maka dari itu tiga lema tersebut memiliki kekhasanya tersendiri. Ketika kita membaca kata tersebut mungkin bertanya lantas di mana letak menariknya. Mari kita bahas. Terkait kata tersebut saya mendapatkan dari  KH Andi Ali Akbar yang mengutip Ta'lim Mutaalim al hurmatu afdholu minat thoat  termasuk juga dari sumber lain. Menurut sang kiai hormat itu berbeda dengan taat. Misalnya jika santri disuruh bersihkan halaman depan pondok oleh pengasuh lalu dia melakukannya maka itu "santri taat". Di lain waktu jika santri melihat halaman kotor lantas dia membersihkannya tanpa ada perintah atau lebih tepatnya inisiatif maka santri tersebut "hormat". Maka di sini jelas bahwa taat lebih luas spektrum wilayahnya daripada sekadar taat. Bisa jadi orang taat hanya karena takut atau terpaksa. Sedangkan orang hormat terban

Mata Yang Enak Dipandang: Sebuah Catatan di Kereta Api

Woko Utoro Tulisan ini terinspirasi dari cerpen Ahmad Tohari dengan judul yang sama. Ini barangkali menjadi kisah bisu saya selama di kereta. Setelah pada perjalanan mudik kemarin mendapatkan teman duduk yang asyik justru perjalanan kembali ke Tulungagung ini sebaliknya. Di sini saya menjadi patung beku atas apa yang sebenarnya tidak diharapkan. Barangkali kisah saya ini sama halnya dengan penumpang lain yang serupa. Perjalanan kali ini saya menggunakan armada kereta api Majapahit. Nama kereta yang sebenarnya asing di telinga, namun apa daya saya harus mengikuti pola ini yang sudah terlanjur menjadi bubur. Ketika di perjalanan awal saya mungkin enjoy karena di depan tempat duduk ada gadis manis dengan mata yang enak dipandang. Atau kita ingat ada judul novel bidadari bermata bening. Tapi setelahnya saya justru terdiam karena kondisi kembali berbeda. Singkat kisah di perjalanan pertengahan yaitu sekitar Semarang tempat duduk saya harus geser akibat ada tiga perempuan yang mengapit. Sebe

Perkotaan : Ingatan dan Perubahan

Sumber gambar : adieast_production Woko Utoro Membaca kota tidak semudah mengeja desa dengan segala kesederhanaannya. Kota lebih kompleks. Kota bahkan indah atau lebih tepatnya gemerlap. Jika dirumuskan beberapa kata, maka kota adalah perubahan dan gedung-gedung pencakar langit. Kota adalah kemajuan serta citra peradaban. Isnan Waluyo dalam artikelnya Bagaimana Sastrawan Membaca Kota (2023) menuliskan sederet nama beken untuk membaca kota. Misalnya menurut Goenawan Mohamad kota dicitrakan sebagai "jarak". Karena bagi GM jarak adalah kata untuk menunjukkan bahwa ia tidak terlibat dalam hiruk-pikuk atau riuhnya kota. Berbeda dengan Chairil Anwar lewat puisinya ia membaca kota sebagai basis kreatif sekaligus latar penceritaan. Berbeda dengan dua tokoh berikutnya yang membaca kota dari sisi negatif. Misalnya Charles Baudelaire membaca kota dengan tradisi kencan, pelacur dan kesepian. Ia melihat begitu dekat sisi gelap kaum urban sejak Abad 19. Begitu pula Albert Camus yang membac

Pedesaan : Ingatan dan Pengetahuan

Woko Utoro Apa yang ada dibenak kita jika mendengar kata desa. Tentu akan sangat beragam jika hal itu ditanyakan kepada setiap orang. Bisa saja desa atau pedesaan adalah sebuah wilayah yang dihuni oleh orang-orang dengan mayoritas berprofesi sebagai petani. Atau bisa juga desa adalah tempat di mana panorama alam begitu asri. Atau sangat mungkin bahwa desa adalah peradaban terpencil di luar jangkauan perkotaan. Semua hal tersebut bisa jadi benar sekaligus bisa saja salah. Paradoks mengartikan desa dewasa ini memang lebih dimungkinkan. Pasalnya desa sudah tidak seperti dulu. Desa sudah banyak yang berubah. Dari segi infrastruktur desa lebih cepat bersolek. Walaupun di beberapa wilayah terjadi keterlambatan pembangunan. Tapi yang jelas satu hal yang tak berubah dari desa adalah "kenangannya". Sekalipun seseorang pergi jauh mereka akan kembali ke rahim desa. Di Indonesia tradisi menuai rindu kampung halaman disebut mudik. Ingatan tentang desa tentu akan sangat kaya. Misbahus Suru