Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2023

Menimbang Pancasila Dengan Karya

Woko Utoro " Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerjalah yang membuat kita berharga .” -KH. Abdurrahman Wahid Pancasila adalah dasar negara Indonesia. Semua orang tahu kecuali mereka yang terus berupaya ingin menggantinya dengan dasar yang lain. Barangkali Pancasila adalah karya terbesar para founding father buat bangsa ini. Jika kita ingat Pancasila digali dari ajaran luhur nenek moyang bangsa Indonesia, kata Bung Karno ketika beliau diminta mempresentasikan oleh KRT. Radjiman Widyodiningrat saat sidang BPUPKI. Soekarno tentu tidak sendiri dan dasar negara dirumuskan oleh Mohamad Yamin, dan Mr Soepomo beserta panitia 9. Akhirnya dari nilai-nilai luhur yang diusulkan para bapak bangsa itu Pancasila menjadi istilah yang dipakai hingga kini. Kata Bung Karno Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti 5 nilai. Nilai itulah yang menjadi pekerjaan kita bersama untuk mewujudkannya. Setiap tanggal 1 Juni kita akan memperingati sebagai hari lahir P

70 tahun Simbah : Sang Guru Keikhlasan

Ilustrasi dari Jamaah Maiyah Lamongan Woko Utoro Beberapa hari lalu guru besar Maiyah, Emha Ainun Nadjib bertambah usia. Mbah Nun sapaan akrabnya kini genap 70 tahun sejak dilahirkan 27 Mei 1953 di Jombang. Tentu siapa yang tidak tahu kiprah beliau khususnya di dunia kebudayaan sangat luar biasa. Mbah Nun menjadi manusia yang paling lengkap dalam upaya membangun manusia Indonesia. Lewat kelompok musik Kiai Kanjeng, Mbah Nun masih eksis sejak suksesi kepemimpinan silih berganti hingga kini walaupun di usia senjanya. Apa yang dilakukan Mbah Nun sejak medio 70an hingga kini tak lain sebuah upaya membersamai masyarakat utamanya di kalangan akar rumput. Kita juga tahu bahwa Mbah Nun adalah manusia multi dimensi yang masih tersisa pasca wafatnya Gus Dur. Pekerjaan ngemong masyarakat tentu tidak mudah. Hanya orang-orang seperti Mbah Nun lah yang mampu. Soal dakwah Islam, budaya, keindonesiaan hingga alam semesta misalnya ketika banyak pendakwah sibuk menyiapkan metode justru beliau tetap kon

Spiritualitas Dalam Menulis

Woko Utoro Jika kita amati di balik kesuksesan para penulis hebat dipastikan mereka memiliki tradisi ketat dalam proses kreatifnya. Tidak mungkin penulis hebat duduk ongkang-ongkang sambil berangan-angan menciptakan tulisan yang baik. Pastinya mereka memiliki strategi khusus dan konsistensi dalam menitipkan gagasannya pada sebuah kata. Saya melihat beberapa penulis yang memiliki energi lebih adalah Irfan Afifi, Muhyiddin M Dahlan, Edi Achilles serta kolega dalam lingkungan Basabasi dot co. Walaupun saya sadar produktivitas mereka dipengaruhi karena kesadaran berliterasi sekaligus menghidupi penerbitan. Tapi walaupun demikian kata Yusuf Arifin popularitas bukan berarti profit. Saat ini banyak penulis yang mengejar rating atau followers serta profit. Padahal hal itu semua adalah bagian dari proses yang melelahkan. AS Laksana menyebutkan bahwa tulisan bagus itu adalah detail. Artinya ia menulis membayangkan hal-hal kecil, yang terdekat di antara kita dan mudah dipahami. Barangkali itulah

Membaca Pola Tokoh Penulis

Woko Utoro Saat saya mengisi acara kepenulisan beberapa hari lalu ada pernyataan menggelitik dari peserta. Pada saat itu saya tanya mereka siapa tokoh idolanya dalam menulis? Rerata mereka menjawab tidak punya. Bahkan ironisnya mereka tidak tahu siapa tokoh yang biasa menulis. Itu artinya penulis memang masih belum ditemukan pada mereka yang tidak memiliki tradisi membaca. Berbeda ketika saya tanya, siapa tokoh idola dalam musik. Rerata mereka mampu menjawab bahkan hafal dengan lagu-lagunya. Dengan demikian saya sadar bahwa tokoh dalam hiburan memang lebih mudah diingat dan menjadi teladan daripada tokoh yang seharusnya menjadi kiblat dalam meningkatkan kualitas akademik. Saya sadar bahwa pola demikian tidak salah. Hal itu hanya perlu diluruskan saja beberapa derajat menuju kesadaran kritis. Bahwa ada yang lebih prinsip dari sekadar fungsi intertainment yaitu akademik. Tokoh dalam hal ini menulis sangat penting dimiliki. Tujuannya sederhana agar kita mampu membaca pola bagaimana mereka

Kepemimpinan Ekosufisme

Oleh : Woko Utoro Belum banyak buku-buku yang membahas tentang ekosufisme. Padahal kelestarian dan kerusakan lingkungan adalah isu seksi yang perlu uluran tangan banyak pihak. Deforestasi memang menjadi bagian tak terpisahkan dari pembangunan. Oleh karenanya kadang kita abai sudah berapa hutan yang rusak, sudah berapa sungai tercemar dan sudah berapa banyak hewan mati. Barangkali buku ini salah satunya yang mengulas konsep alam dan dunia sufisme. Buku yang mengupas bagaimana manejemen terhadap alam diberlakukan. Ekosufisme barangkali pertama kali diperkenalkan oleh Prof Suwito NS. Dari disertasi beliaulah konsep relasi sufisme dan alam mulai dikembangkan salah satunya buku karya Lely Qodar. Buku dengan judul Manajemen Kepemimpinan Lingkungan (Kajian Ekosufisme Pesantren) yang ditulis Lely Qodar ini menarik untuk disimak. Pasalnya dalam buku ini merupakan keberlanjutan dari karya disertasi Suwito NS yang melahirkan istilah ekosufisme. Titik perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu pad

Indonesia Idol: Antara Musik dan Identitas Agama

Woko Utoro Ajang pencarian bakat dalam bernyanyi yang masih eksis hingga saat ini adalah Indonesia Idol. Acara yang disiarkan RCTI itu sudah memasuki tahun ke 12 sejak bergulir tahun 2004 silam. Tentu di tahun 2023 ini salah satu momen bersejarah sekaligus gurih untuk dibahas. Pasalnya kita saksikan bersama di mana ada 2 finalis berhijab di partai final. Jika berkaca pada hijab dalam hal ini penutup kepala (baca: kerudung) saya jadi ingat salah seorang kolega. Dalam kisah itu ia menuturkan bahwa suatu hari ingin dikumpulkan bersama orang-orang yang berhijab. Ternyata sekitar beberapa tahun kemudian pasca ia memutuskan resign dari pekerjaan lantas doanya terkabul. Ia memasuki dunia kerja baru yang ternyata karyawannya mayoritas orang-orang berhijab. Lantas apa pentingnya hijab? Jika kita menyaksikan Indonesia Idol tahun ini menarik karena Salma dan Nabila menjadi jawara di malam puncak. Biasanya pola Indonesia Idol selalu diperebutkan penyanyi berdarah Batak yang memang biasa bernyanyi

Hidup Untuk Mati Menulis Untuk Abadi

Woko Utoro Saya diundang di acara kepenulisan jurusan Tasawuf Psikoterapi. Tanpa pikir panjang saya langsung mengiyakan dan siap untuk datang. Beberapa hal yang membuat saya antusias; pertama, niat tholabul ilmi, kedua, menyebarkan ilmu, ketiga silaturahmi. Alasan tersebutlah menjadi pengantar saya bersua teman-teman yang sebenarnya sudah terpaut jauh. Tidak hanya belajar agama, soal menulis pun harus memiliki sanad yang jelas. Ibarat pejalan seseorang perlu pemandu untuk menyebrangi jalan. Maka dari itu kita perlu belajar dalam hal ini menulis. Seperti yang diketahui bahwa menulis adalah kemampuan akademik yang harus dimiliki mahasiswa. Menulis adalah cara untuk menyampaikan gagasan dan menyebarkan ide-ide segar. Kembali ke niat tersebut. Pertama niat tholabul ilmi adalah cara agar kita diakui umat nabi. Karena wahyu pertama dari Allah adalah iqra yang secara tidak langsung memberikan pesan untuk menimba ilmu. Kedua niat menyebarkan ilmu adalah cara agar ilmu terus lestari. Maka ada i

Belajar Pada Pohon Kurma

Woks Di Indonesia barangkali pohon pisang, bambu, mangga dan pepaya bisa dijumpai dengan mudah. Berbeda lagi di jazirah Arab kurma menjadi buah utamanya. Karena jazirah Arab didominasi padang pasir maka kurma menjadi buah pemersatu. Berbeda dengan Indonesia yang tiap daerah memiliki buah endemik tersendiri. Lewat tulisan ini mari kita belajar pada kurma, buah primadona yang selalu dijumpai ketika Ramadhan tiba. Kurma memiliki posisi yang krusial di jazirah Arab sehingga selain mata air kepemilikan pohon kurma adalah segalanya. Selain anggur, delima, gandum, kayu siwak, zaitun, unta dan minyak, kurma berada di posisi khusus bangsa Arab. Jika di Indonesia kurma masih berfamili dengan kelapa, lontar, palem, aren, nipah, dan pohon sagu. Tentu kita akan belajar dari pohon dan buah kurma yang khas itu. Kita juga tahu kandungan kurma kaya akan mineral, minyak, kalsium, sulfur, besi, kalium dan fosfor. Dalam tradisi Budha pohon beringin sangat dihormati karena dulu pohon itu dianggap sebagai B

KH Azizi Hasbullah : Legenda Bahtsul Masail Yang Rendah Hati

Oleh : Woko Utoro Sejak berita kecelakaan di Tol Cipali itu saya sebenarnya sudah cemas dan was-was. Saya sudah mencium aroma tidak enak terutama pada begawan fikih tersebut. Sebab jika melihat foto-foto yang beredar keadaan beliau termasuk parah. Karena bagaimanapun juga cedera dalam membutuhkan rujukan dan penanganan serius. Singkat kisah hampir dua pekan sejak kejadian itu saya berharap beliau bisa sembuh kembali. Saat dari Majalengka lalu ke Hasan Sadikin Bandung doa-doa berkumpul, berharap beliau pulih kembali. Akan tetapi takdir berkata lain ketika suasana tenang dan cerah tepat 1 Dzulqo'dah 1444 Hijriyah berita duka itu datang. Setelah sebelumnya sang supir meninggal kini Kiai Azizi juga berpulang. Tentu berita tersebut adalah hal yang tidak ingin segera kita dengar. Kita masih membutuhkan Kiai Azizi untuk terus membimbing dan mengajar utamanya ilmu fikih yang menjadi spesialisasinya. Kepergian Kiai Azizi tentu sebuah kehilangan besar bagi keluarga, Pondok Barran, Pondok Lir

Kata Ibu : Warisi Airnya

Woks " Jika tidak mampu menjadi jalan raya, jadilah jalan setapak yang menunjukkan pada mata air " -Taufik Ismail Jika bapak berpesan agar mewarisi api beda dengan ibu. Beliau berpesan agar mewarisi air. Pesan tentang air tentu lebih mudah diterjemahkan daripada api. Pesan ibu tentang air lebih kepada usaha preventif. Bagi ibu air adalah segalanya. Air adalah sumber kehidupan. Mustahil mahluk hidup tanpa air. Maka dari itu selain sari pati tanah manusia juga tercipta dari air. Air adalah saudara tua manusia. Hormatilah sumber air. Sumber air itu bisa orang tua atau guru. Bagi ibu mewarisi air sangat penting terutama dalam konteks etika. Kata ibu air adalah simbol kerendahan hati. Seorang pelajar atau pendidik harus memiliki sikap rendah hati. Karena dewasa ini banyak orang pintar justru bersikap meninggi, melangit dan tak mau membumi. Maka dari itu belajar rendah hati adanya di pondok pesantren. Di pesantren santri dididik untuk tetap menunduk sekalipun mereka lebih pintar da

Kata Bapak : Warisi Terus Apinya

Woks Salah satu pesan bapak yang terus saya pegangi sampai saat ini adalah mewarisi api. Entah apa maksudnya yang jelas sejak menginjakkan kaki di kota Marmer pesan tersebut sedikit demi sedikit mulai dipahami. Lambat laun saya mengerti barangkali bapak memang pengagum Bung Karno yang mengatakan pesan serupa. Kata Bung Karno, warisi apinya jangan abunya. Maksud dari api tersebut tak lain adalah segala sesuatu yang bersifat positif. Api itu adalah jelmaan dari sikap bijak, semangat, pantang menyerah, rajin dan cerdas serta nasionalisme. Api dalam versi Bung Karno adalah semangat untuk mengisi kemerdekaan. Karena kita tahu tanpa api semangat sejarah kemerdekaan tak pernah direngkuh. Seperti halnya air, api adalah tanda peradaban. Api adalah tanda kehidupan. Ketika masih ada api walaupun sepercik maka bisa berfungsi membakar. Entah membakar kemalasan atau kebodohan. Yang jelas nilai filosofis api selain keberanian adalah tanda dinamis. Berbeda dengan abu, di mana hanya sisa pembakaran. Ab

Logaritma Pernikahan

Woks Beberapa hari lalu atau bahkan sering ketika saya membuka YouTube atau melihat tampilan awal Google isinya sama. Tak jauh berbeda ketika saya membuka tampilan video di laman Facebook. Semua platform tersebut menunjukkan key word tentang pernikahan padahal saya belum pernah menulis mengenai topik tersebut. Kita tentu tahu bahwa internet tercipta salah satunya memanfaatkan logaritma matematika. Jika seseorang menuliskan key word misalnya "pendidikan" maka konten, berita atau informasi apapun berkaitan dengan pendidikan akan muncul. Hal itu sama juga dengan iklan jika kita sekali klik maka akan muncul terus di beranda sosial media tersebut. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa saya tidak menulis key word "pernikahan" akan tetapi muncul diberanda mengenai hal tersebut. Saya sadar bahwa ketika key word pernikahan tersebut muncul tentu tidak salah. Maka saya cukup husnudzan saja barangkali waktu memang sudah mendekatkan. Kita hanya tinggal bersiap saja bila A

Heroisme Timnas di Event Olahraga Internasional

Woks Kita tidak sedang bicara kemenangan Timnas sepakbola U-22 akan tetapi semua atlet dari berbagai cabang yang telah berjuang bagi negara. Ya para atlet pastinya telah berjuang mati-matian demi mengharumkan nama bangsa. Mengharumkan nama bangsa adalah bagian dari amanat bapak bangsa yaitu untuk mengisi kemerdekaan. Jika diamati perjuangan para atlet memang luar biasa. Mereka berjuang sejak latihan di Pelatnas hingga di kejuaraan. Perjuangan tersebut tentu tidak mudah dan pastinya menguras tenaga. Dalam masa karantina mereka harus jauh dari keluarga dan mengikuti ritme pelatihan. Dari itulah mereka harus dibentuk menjadi pribadi yang disiplin demi tujuan satu mengharumkan nama bangsa. Atlet memang tidak hanya dituntut berprestasi tapi berjuang memberikan yang terbaik. Ada hal yang lebih penting dari prestasi mendapatkan gelar atau piala yaitu menjaga sportivitas. Bertanding dengan jujur adalah kekayaan tersendiri dan itu lebih baik bagi suatu negara. Buat apa menang jika ujungnya adal

Sholeh itu Karena Faktor Ibu

Woks Kita masih membincang Nabi Nuh salah satunya mengapa putranya Kan'an tidak ingin ikut dalam perahu. Singkat kisah Kan'an tidak selamat dalam bencana besar air bah tersebut. Dalam riwayat Nabi Nuh memang memiliki 2 orang istri. Keduanya memiliki perbedaan yaitu kurang sholehah dan satunya sholehah. Istri pertama bernama Shofura dan melahirkan 6 anak, masing-masing 3 putra dan 3 putri. Dari 6 anak tersebut mereka tumbuh besar dan menjadi anak yang sholeh sholehah. Sedangkan istri yang kedua adalah Will'ab binti Ajwil, yang melahir Kan'an, Balus hingga keturunannya sampai raja Namruz. Kita tahu Namruz justru menjadi musuh Nabi Ibrahim AS padahal ia masih keturunan Nabi Nuh. Tidak hanya Nabi Nuh, Nabi Ya'kub pun bernasib sama. Nabi Ya'kub memiliki anak 7 dari istri pertama dan keturunannya melahirkan bangsa Yahudi. Sedangkan dari istri kedua melahirkan Yusuf dan Bunyamin. Kisah tersebut tentu mashyur di mana 7 putra Nabi Ya'kub justru menjadi hatters pada N

Belajar Kesabaran Pada Nabi Nuh Allaihissalam

Woks Dalam acara pertemuan Persatuan Pengasuh Pondok Pesantren Salaf Kaafah (P4SK) di Kulonprogo Jogjakarta, KH Mustofa Aqiel Siradj bertindak sebagai pengisi mauidhoh hasanah. Dalam paparan ceramah tersebut Kang Muh, sapaan akrabnya menjelaskan banyak hal utamanya dunia pesantren dan tantangan dakwah. Akan tetapi saya tertarik ketika beliau menjelaskan tentang kisah Nabi Nuh Allaihissalam. Kang Muh yang juga adik dari Prof Dr KH Said Aqiel Siradj tersebut menjelaskan dengan begitu gamblang mengapa Nabi Nuh tidak mendapatkan banyak pengikut. Dikisahkan dalam riwayat bahwa Nabi Nuh hanya mendapatkan 80 orang pengikut dari 200 tahun lebih beliau berdakwah. Hal itu tak lain karena faktor umatnya yang sudah kelewat batas. Kekufuran merajalela, kebodohan mendominasi dan ketamakan menguasai sehingga dari itulah tantangan dakwah Nabi Nuh sangatlah berat. Jika melihat dakwah di era kekinian kita jadi berpikir sendiri. Mengapa tidak, saat ini orang berdakwah dimudahkan dengan media utamanya per

Genetika Akhir Zaman

Woks Jaman wis akhir, jaman wis akhir bumine goyang // Akale njungkir, akale njungkir, negarane guncang. Penggalan lagu "Jaman Wis Akhir" karya Emha Ainun Najib sekitar tahun 1990an tersebut memang pas menggambarkan suasana saat ini. Emha Ainun Najib atau disapa Mbah Nun sudah memprediksi sejak lama seperti lagu Nashida Ria "Tahun 2000" bahwa akan terjadi perubahan signifikan dalam segi apapun termasuk moralitas. Sebagai umat akhir zaman tentu bukan hal aneh. Karena hal itu sudah diprediksi oleh Nabi Muhammad SAW sejak seribu tahun lalu. Nanti akan ada masanya di mana orang telah meninggalkan ajaran agama. Mereka beragama akan tetapi tidak meyakini ajarannya. Tidak hanya Kanjeng Nabi, tokoh kita seperti Prabu Jaya Baya, Raden Ngabehi Ronggowarsito hingga Ki Ageng Suryomentaram juga memiliki prediksi sendiri akan adanya pergeseran budaya. Walaupun begitu ada satu hal yang harus terus dipegang erat yaitu optimisme atau agama menyebut husnudzan. Dulu di zaman Kanjeng

Anak Yatim Sejati

Woks Suatu hari ketika kami jalan-jalan santai untuk olahraga pagi. Seorang anak datang dan dia langsung memegang tangan ku. Lama sekali ia memegang tangan dengan erat hingga akhirnya aku bertanya. "Nak, ndak kamu lepaskan peganganmu itu aku pegal-pegal". Lantas anak itu langsung menjawab, "Pak aku yatim lhoo, ayah ku sudah lama meninggal". Dari jawaban tersebut aku jadi sadar ohh ternyata memang seperti dugaan ku sejak awal. Lalu dari cerita tersebut akhirnya aku menasehati anak tersebut. Aku teringat pesan indah dari KH Djamaluddin Ahmad Tambakberas lewat salah satu pengajiannya. Beliau menukil kalam hikmah Imam Syafi'i ra yaitu; Ù„َÛŒْسَ الْÛŒَتِÛŒْÙ…ُ الَّØ°ِÙŠْ Ù‚َدْ Ù…َاتَ ÙˆَالِدُÙ‡ُ بَÙ„ِ الْÛŒَتِÛŒْÙ…ُ ÛŒَتِÛŒْÙ…ُ الْعِÙ„ْÙ…ِ Ùˆَ الأَْدَبِ Anak yatim bukanlah yang meninggal orang tuanya, tetapi yatim yang sesungguhnya adalah yang tidak memiliki ilmu dan adab. Kiai Djamal menjelaskan apa yang disampaikan Imam Syafi'i bahwa yatim sejati bukanlah yang ditinggal mati kedua

Media dan Tradisi Mewakili Perasaan

Woks Di Indonesia itu jika terjadi sesuatu mudah booming istilah kekiniannya. Terlebih pada sesuatu yang viral masyarakat kita mudah untuk ikut dalam circle alias arus media. Kendati belum menemukan data pasti yang jelas saya meyakini bahwa kalangan akar rumput lebih banyak rasa ingin tahunya daripada menahan diri untuk segera berenang dalam arus informasi. Inilah fenomena komunikasi kita saat ini terlebih media sosial menyuguhkan beragam informasi. Di tengah tsunami informasi seseorang bisa saja berenang maupun tenggelam. Dari sana ragam informasi baik buruk, positif negatif bercampur baur. Maka hanya filtrasi kedewasaan, kejernihan dan kesadaran yang dapat membendungnya. Bagi masyarakat yang waras tentu tahu mana hal baik dan buruk terutama orang tua terhadap anaknya. Maka fenomena media sosial memiliki dua sisi yaitu positif negatif. Kita menjauh dari hal normatif saat ini menuju kebaikan media sosial salah satunya mampu menyebarkan informasi begitu cepat. Kecepatan itulah juga berd

Semesta Adab Pada Olahraga

Woks Saya meyakini bahwa hidup tak pernah jauh dari setidaknya tiga hal; agama, seni dan olahraga. Agama hadir di ruang kepercayaan bahwa ada dzat yang lebih besar dari manusia. Seni hadir di sebuah ruang keindahan dan olahraga hadir sebagai bentuk kebudayaan manusia. Ketiganya bersatu padu saling berkaitan satu dengan lainnya. Di Indonesia agama menjadi hal utama. Tanpa kehadiran agama hidup jadi pincang. Karena bagaimanapun juga agama tidak sekadar sistem kepercayaan tapi kepercayaan itu sendiri yang mengatur bagaimana berhubungan dengan Tuhan. Sedangkan seni dan olahraga menjadi bagian horizontal antara sesama manusia. Tapi apakah ada relasi antara nilai agama dan olahraga tersebut. Jawabannya, ada. Salah satu konten utama orang beragama adalah keyakinan pada Tuhan. Hal itu juga sudah dibentuk berdasarkan cara ibadah, sosialisasi, dan akhlak. Ragam itulah yang juga bisa ditemukan dalam perhelatan olahraga. Sudah pasti dalam hidup ini menyediakan seni sebagai estetika, etika dan etik

Pesan Santri Sepuh Untuk Kemajuan (4)

Woks Terakhir sebagai penutup di edisi pesan santri sepuh saya masih akan menuliskannya. Beberapa pesan tersebut adalah : Tetap semangat berjuang . Di manapun tempatnya perjuangan harus ditegakkan. Berjuang terutama dalam agama, ilmu dan kesejahteraan. Jangan sampai hidup tidak dijadikan apapun. Jangan sampai hidup tidak digerakkan pada jalan perjuangan. Sungguh perjuangan seorang santri adalah mengamalkan ilmunya sebisa mungkin. Semangat adalah bahan bakar alias amunisi. Maka dari itu pesan Bung Karno adalah agar mewarisi apinya bukan abunya. Api itulah yang disebut semangat. Selama semangat masih membara api akan terus memberikan cahaya. Membumikan adab . Jangan lupa di manapun tempatnya ada atau tata krama menjadi mata uangnya. Adab menjadi hal utama setelah ilmu. Tapi tentu adab yang baiklah hal utama tersebut. Kita hanya berusaha semaksimal mungkin untuk terus menyemai ajaran para kiai. Dari kiai lah kita jadi tahu bahwa kekuatan terbesar Rasulullah SAW dalam berdakwah adalah akhl

Gus Hormuz : 4 Tahun Aku Mencari mu

Oleh : Woko Utoro Melihat stori WhatsApp beberapa orang teman badan saya langsung lemas, letih dan tak berdaya. Stori tersebut berisi kabar lelayu bahwa Gus Hormuz wafat. Dari kabar tersebut saya langsung teringat bahwa ada seorang teman yang kuliah ke UIN Tulungagung karena faktor KH Abdul Djalil Mustaqim. Saya pun demikian, salah satu faktornya adalah dititipi pesan oleh Bapak Nurhidayat, SH (Kepala Madrasah di rumah biasa disapa Pak Yayak) untuk menyampaikan salam pada Gus Hormuz. Singkat kisah salam tersebut mengendap selama 4 tahun. Selama itu saya bingung mencari ke mana. Bahkan sejak awal saya sendiri tidak tahu siapa Gus Hormuz. Pak Nurhidayat hanya memberikan keterangan bahwa Gus Hormuz adalah salah satu putra seorang mursyid. Pak Nurhidayat merasa terkesan saat pertama bertemu Gus Hormuz di Sekretariat PMII Jogjakarta. Saat itu beliau menjadi mahasiswa di UII Jogjakarta. Dari itulah beliau menitipkan pesanya pada saya. Kebetulan juga saya kuliah S-1 mengambil jurusan Tasawuf

Pesan Santri Sepuh Untuk Kemajuan (3)

Woks Pesan-pesan kembali dilanjutkan kali ini santri sepuh mengajak kita untuk melihat sejauh mana amaliyah selama di pesantren diamalkan. Beberapa hal berikut yang tak kalah pentingnya sebagai bekal menghadapi masyarakat atau minimal untuk pegangan diri sendiri. Al Qur'an tetap jadi pedoman adalah hal utama. Karena Al Qur'an adalah pusaka yang sudah didawuhkan Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersama dengan haditsnya. Utamanya di era modern ini tantangan santri adalah soal pengamalan ilmu dan salah satunya perihal al Qur'an. Bagaimana al Qur'an menjadi tuntutan hidup di tengah arus modernisasi. Kata Prof Quraish Shihab jika ingin bercakap-cakap dengan Allah maka bacalah al Qur'an. Al Qur'an adalah sumber kehidupan. Jika seseorang telah jauh dengan al Qur'an maka ia telah kehilangan satu sumber cahaya besar dalam hidup. Sholawat jadi tuntunan . Selain al Qur'an sholawat kepada Nabi Muhammad SAW menjadi hal utama. Sudah terlalu banyak kitab dan dawuh ulama menj

Pesan Santri Sepuh Untuk Kemajuan (2)

Woks Kemajuan setiap orang memang tidak bisa disamakan. Terlebih lagi segala macam proses yang dilalui pasti terdapat perbedaan. Oleh karena itu ada kemajuan versi terbaik dari diri seseorang. Walaupun begitu kemajuan juga memiliki standar tersendiri. Berikut ini pesan santri sepuh tentang kemajuan khususnya bagi diri kita sebagai modal melangkah menuju masa depan. Tradisi mencatat lagi-lagi sangat diperlukan di era kekinian. Mencatat tentu bagian dari proses mengawal perkembangan zaman. Mencatat tidak sekadar menulis isi kitab atau hal penting dalam buku melainkan dimensi luas yang ada di masyarakat. Mencatat sangat penting karena dewasa ini teknologi hanya mengajari seseorang untuk pandai berkomentar. Sedangkan jika memahami arti mencatat maka ada pola kesadaran yang dibangun. Jika menulis harus hati-hati, jika bicara by data , jika berkawan dengan bijaksana dan sebagainya. Dimensi luas dalam mencatat ini tanda bahwa kita haus akan ilmu. Maka setiap detik, setiap waktu adalah catata