Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Bincang-bincang Alam Ghaib

Woks Sore itu selepas pulang dari suatu acara pernikahan, motor kami melaju ke suatu rumah sederhana pinggiran kali (Pinka). Sesampainya di sana sang tuan rumah menyambut hangat dan langsung mempersilahkan kami duduk. Secangkir kopi dan beberapa buah air mineral gelas menjadi hidangan di sore itu. Kebetulan ini hajat beliau bersama kawanku itu dan mereka berbincang ngalor-ngidul. Ternyata di luar dugaan topiknya tentang hal-hal ghaib. Aku hanya menjadi pendengar atas pembicaraan mereka yang ternyata berkaitan dengan mimpi sebagai sebuah pesan ghaib. Awal cerita sang ibu membukanya dengan kisah anaknya yang mondok di Gontor Putri Mantingan Ngawi Jawa timur. Di sana sang anak mengalami banyak gangguan dari barang-barang yang ghaib. Katanya di kamar yang ditempati itu rasanya sangat tidak mengenakan alias terasa mistis, orang Jawa menyebutnya singklu. Kata sang ibu kamar itu memang termasuk dari bangunan lama terutama bagian kamar mandi. Banyak dari para santri yang sering mendengar suara

Ketika Petani Tak Mau Lagi Menanam

Woks Apakah mungkin dunia tanpa pertanian atau apakah mungkin semua orang beralih profesi menjadi pedagang atau penjual jasa. Pernyataan yang terkesan satir itu seolah-olah sedang menghantuinya kehidupan kita saat ini. Betapa tidak lahan terbuka hijau semakin menyempit dan sawah ladang pun mulai tergusur dengan adanya pembangunan. Atas dasar pembangunan itulah semua hal yang tak mungkin jadi mungkin. Sejak dulu asas pembangunan memang demikian selalu barter dengan ekologi sekitar. Jadi harus ada yang dikorbankan atas nama pembangunan. Jika kita amati berapa hektar pembebasan lahan untuk mega proyek ibu kota negara yang baru. Tidak usah jauh-jauh kita lihat pengembangan kampus di wilayah Plosokandang sangatlah cepat. Seiring berjalannya waktu jumlah masalah mahasiswa overload sehingga mengharuskan untuk membangun fasilitas pendidikan yang baru. Dalam hal ini lahan yang semakin kritis menjadi taruhan. Lantas bagaimana dengan nasib petani sekitar. Jika esok mereka menggantungkan nasib le

Rindu Ibu

Woks l Tukang Gembala Selepas pulang dari ladang tak lupa aku membawa seikat kata untuk kurangkai menjadi puisi Kebetulan gembalaanku sudah kenyang makan sajak-sajak yang entah dari mana asalnya Hingga magrib tiba suara adzan memanggil menyerukan kerinduan Aku pun bergegas memasukan hewan ternak ke kandang berharap esok tiba keceriaan Lantas aku pun berwudhu membasuh segala kejahiliahan, lalu sholat menakbirkan namaNya nan agung Ohh iya setelah itu tak lupa setangkai doa kurapal membumbung ke langit Aku berdoa dengan sederhana mengucap rindu untuk ibu dan berharap agar esok ternak ku makan dengan lahap Doa kecil itu ku titipkan lewat surat yang dibawa burung camar berharap esok terdapat balasan "Ibu baik-baik saja, kamu juga baik-baik ya" Srigading, ٢٠٢١ ذو الحجة ١٨ the woks institute l rumah peradaban 31/7/21

Bucin: Pengorbanan yang Disalahartikan

Woks Taukah anda bahwa populasi sobat ambyar kian hari terus bertambah kendati belum ada survei yang jelas terkait ini akan tetapi kita bisa memperkirakan lewat banyaknya orang yang stres akibat tertusuk panah asmara. Mayoritas korbanya adalah anak muda atau anak remaja bau kencur yang sejak di sekolah dasar telah mengerti istilah pacaran. Mereka sesungguhnya pelaku sekaligus korban dari konstruksi sinetron atau gaya artis kekinian. Sehingga kalangan publik figur tersebut dianggap sukses membawa imajinasi percintaan ke alam nyata. Selama ini anak-anak memang memiliki kecenderungan yang kuat untuk meniru apalagi era medsos imaji tentang apapun bisa sangat mudah diakses. Apalagi narasi tentang pacaran gaya anak perkotaan yang merasa saling memiliki satu sama lain menjadi konsumsi utama. Anak-anak di desa merasa terinspirasi untuk mengikuti cara-cara tersebut. Mereka seketika menjadi bucin alias budak cinta. Satu sama lain saling membagi rasa percis bagai sepasang kekasih tanpa ikatan yan

Pandemi Momen Menguatkan Teologi

Woks Hampir setiap hari kabar kedukaan selalu menyeruak kepermukaan. Telinga kita seperti dipaksa untuk mendengar kabar pilu tersebut belum lagi mata berlinang karena tak kuasa menahan tangis di tinggal salah satu dari keluarga yang kita cintai. Tapi apa boleh buat semua hal itu telah jadi bagian dari suratan takdirNya. Selain itu dampak psikologis begitu terasa doble selain mendengar kabar kematian suara sirine ambulan pun terasa menakutkan. Belum lagi ancaman kelaparan juga tak kalah mencekamnya. Data tentang penyebaran virus, zona daerah hingga simpang-siur media sosial ikut menyumbang kegaduhan. Ketakuan dari dunia maya justru berlanjut dan mengkristal di dunia nyata. Ketakutan, cemas dan khawatir justru menjadi bumbu harian padahal sikap tersebut adalah bagian dari godaan syetan. Lantas apakah berbeda ketakutan karena wabah dengan sikap khauf kepada Allah? Di sinilah letak tanda tanya yang perlu dijawab sebagai manusia beragama. Kini orang-orang justru merasa over ketakutan pada

Artefak Peradaban dalam WAG

Woks Mengamati dunia WhatsApp memang begitu menarik sejak kemunculannya WA menjadi aplikasi komunikasi favorit walaupun kini banyak pesaingnya seperti Telegram dll. Media sosial tersebut tentu memiliki fasilitas tersendiri kebetulan WA sangat digandrungi karena memberi kesan kemudahan mulai dari grup room, video call, pesan chat, suara, foto, story, dan video. Akan tetapi sisi menarik dari WA justru sisa informasi yang ada di dalamnya kami menyebutnya dengan "artefak atau fosil" informasi WA. Bisa diamati terutama era saat ini kita mendapat longsoran informasi yang begitu deras. Informasi berupa pesan keagamaan hingga politik seperti tak terbendung setiap hari seolah menjadi konsumsi harian. Orang-orang kebingungan memilih mana yang salah dan benar karena setiap pemosting menganggap informasi nya benar. Kebenaran selalu menjadi hal yang diperebutkan sejak dulu dan puncaknya di era media sosial. Kebenaran dan kebohongan seperti tak ada bedanya, semua abu-abu terutama jika dia

Membaca Karakter Melalui Profil Medsos

Woks Saya mengamati media sosial hampir setiap hari sejak bangun hingga tidur lagi. Rutinitas yang menghabiskan waktu itu memang nampak membosankan lebih lagi ketika banyak hal lucu yang muncul misalnya saja fenomena orang membuat status galau hingga sering curhat di media sosial. Satu hal menarik lainya yaitu fenomena gonta-ganti profil WhatsApp. Sebenarnya gonta-ganti profil WA bukan masalah bagi diri sendiri karena hal itu hak pribadi masing-masing. Akan tetapi jika diamati oleh orang lain hal itu menjadi memiliki arti. Sama halnya seperti senyuman bagi politikus akan membawa pesan tertentu. Saya menganalisis secara serampangan bahwa orang yang sering berganti profil WA secara berkala memiliki pengertian tersendiri secara kepribadian. Dalam disiplin psikologi tentu hal kecil itu bisa dengan mudah dibaca. Misalnya gonta-ganti profil WA bisa jadi seseorang tersebut tidak percaya diri terhadap diri sendiri sehingga memilih profil yang tepat merupakan salah satu usaha pencarian kepercay

Menggelorakan Maulid Nabi di era Pandemi

Woks Di era pandemi seperti saat ini terutama ketika mendengar kabar banyak di antara para tokoh seperti kiai pengasuh pesantren wafat. Para ulama panutan umat entah sudah berapa jumlahnya yang mendahului sedangkan satu saja kesulitan gantinya. Sungguh wafatnya ulama adalah bencana yang tidak bisa ditambal ...موت العالم مصيبة لاتجبر begitu sabda Nabi Muhammad saw. Sebab jika kehilangan mobil atau bahkan istri sekalipun masih bisa diganti sedangkan ulama tidak ada gantinya. Belum lagi masyarakat biasa pun satu persatu bergelimpangan. Di kala sulit seperti ini tentu kita perlu berpacu diri tetap optimis dan semangat dalam menjalani kehidupan. Karena bagaimanapun keadaannya semua sudah digariskan oleh Allah swt. Saat ini hanya perlu terus introspeksi bagaimana meneruskan perjuangan mereka. Bagaimanapun juga semua hal pasti ada jalanya. Selama harapan itu masih membara pastinya Allah akan memberikan jalan. Di saat seperti ini kadang harapan seseorang pupus dan diterpa putus asa. Mungkin pe

Tipologi Gawagis

Foto: Masyayikh Tambakberas Woks Pesantren sebagai lembaga pendidikan tidak hanya mewariskan keilmuan melainkan juga mewariskan tradisi unik. Tradisi tersebut telah berkembang lama dan selalu hidup melalui tangan dingin para kiai hingga turun temurun ke para pewarisnya. Tradisi tersebut salah satunya harus memondokan anak turunya ke salah satu pesantren yang ditunjuk keluarga, termasuk soal memilihkan jodoh. Tapi sangat disayangkan beberapa kita kerap mendengar jika pondok telah ditinggal kiainya biasanya akan mengalami kemunduran. Jejak itulah yang menjadi tantangan para gus atau ning untuk mengembangkan pondok sepeninggal orang tua mereka. Gus atau Agus adalah sebutan untuk putra kiai dan ning untuk putri kiai masing-masing jamaknya adalah gawagis untuk gus dan nawaning untuk ning. Penyebutan gus dan ning di setiap daerah akan berbeda misalnya di Madura gus disebut "lora". Tidak semua orang bisa disebut gus atau ning. Biasanya gus atau ning akan disebut oleh masyarakat se

Sekolah Berbasis Ketauhidan

Woks Sekolah berbasis agama saya kira banyak bahkan hari ini begitu diminati lebih-lebih yang menyelenggarakan program tahfidz. Sekolah jenis ini justru mayoritas diampu oleh pihak swasta. Penyelenggaraan pendidikan melalui sekolah justru kalangan swasta lebih bervariatif tidak hanya sekolah berbasis teknologi, alam, bahasa, vokasi bahkan agama semua tersedia. Akan tetapi sekolah agama belum tentu bertauhid bisa jadi agama hanya bersifat formalistik alias sebagai branding marketing. Sekolah berbasis agama selama ini masih bercokol sebagai labeling dan faktanya hanya sebagai tandingan dengan sekolah umum. Di Tulungagung saya menemukan sekolah dengan agama dan basis tauhid yang kuat sekolah tersebut terdiri dari jenjang TK PAUD hingga SMA/SMK semuanya di bawah naungan LPI Al Azhaar Tulungagung. Lembaga ini didirikan oleh Ustadz Amin Tampa dan Ustadzah Nursyiami, kini dilanjutkan oleh KH. Imam Mawardi Ridwan. Basis tauhid adalah sebuah cara di mana kepasrahan kepada Tuhan merupakan cara k

Nasionalisme dalam Sepak Bola

Woks Beberapa orang kawan memposisikan diri sebagai komentator dadakan. Tentu ini tradisi alamiah yang mengakar khususnya bagai masyarakat kita baik di desa maupun di kota. Semua orang bisa sangat mudah untuk menjadi pakar dalam segala bidang. Bisa jadi tukang becak yang tiap hari mangkal membicarakan kelanjutan negara lewat analisis politik recehnya, petani yang biasa mencangkul di sawah juga tak kalah mereka bisa membahas bahwa pandemi tak jauh dari teori konspirasi dan pemuasan keuntungan semata termasuk kawan saya orang biasa yang mudah memprediksi skor hasil pertandingan final euro 2020. Singkat kata seperti dikatakan Tom Nicols bahwa telah matinya kepakaran di antara kita. Akan tetapi semua itu di mata hiburan adalah sah-sah saja tanpa perlu dipermasalahkan. Semua orang berhak atas pendapatnya sendiri. Inilah negara demokrasi di mana semua argumen bisa mengalir tanpa perlu khawatir dikebiri. Selanjutnya yang menarik dari statement kawan saya terkait bola adalah di balik kekalahan

Sekolah Untuk Cari Kerja Apa Salah?

Woks Beberapa hari yang lalu sebelum pembagian kelas baru seorang ibu wali siswa bercerita sekaligus berkeluh kesah di dalam grup WhatsApp . Dalam keluh kesah tersebut seorang ibu memberi masukan yang panjang dalam sebuah tulisan atau chat WA. Suatu ketika si wali kelas bergumam, "orangnya belum pernah ketemu, belum pernah diskusi sekalinya curhat panjangnya seperti koran". Salah satu isi dari keluhan si ibu wali siswa itu ialah, pertama ia memohon dengan sangat agar sekolah memaksimalkan kerja-kerja pelayanannya terhadap siswa utamanya soal penggunaan dana siswa seperti untuk pengembangan, bakat, eskul hingga studi tour. Kedua , ia menekankan agar sekolah membuat modul pembelajaran secara mandiri dan tidak perlu untuk bergabung dengan LKS yang dibeli dari penerbit buku. Ketiga , bagaimana agar sekolah untuk terus meningkatkan reputasi sebagai lembaga tujuannya agar alumninya dapat bekerja dengan mudah. Si ibu mengeluh katanya banyak anak yang keluar dari sekolah tersebut ke

Perempuan Indramayu Narasi Yang Tak Berkesudahan

Woks Sebagai putra daerah saya merasa miris ketika membincang Indramayu, pasti yang muncul ke permukaan adalah tentang perempuannya. Entah mengapa hal itu bisa terjadi bagaimana prosesnya dan kapan semua itu akan berakhir. Nampaknya pertanyaan demikian selalu terlintas dalam pikiran. Mengapa orang luar Indramayu hanya tau tentang narasi seksualitas tanpa pernah tau hal lain misalnya Kilang Minyak Balongan, Batik Paoman, Festival Tjimanoek, Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, Pulau Biawak, Dayak Segandu, Karangsong, Taman Buah dll. Rasanya memang tidak sepenuhnya salah. Karena hingga hari ini problem perempuan memang tak kunjung berkesudahan. Setelah saya mencoba mencari tau akan stereotip tersebut ternyata memang demikian. Dari tradisi lisan saya mencoba mencari tahu ternyata benar saja setidaknya ada 3 faktor mengapa stigmatisasi perempuan Indramayu begitu deras mengalir. Pertama , faktor agama begitu nampak kentara. Dulu bahkan hingga kini Islamisasi di Indramayu oleh para wali tidak b

Perempuan dalam Sebuah Karya Lagu

Woks Indramayu dikenal sebagai kota Mangga. Kota yang pusat pemerintahannya berdekatan dengan Kali Cimanuk itu memang menyimpan sejuta potensi. Akan tetapi memasuki milenium awal kota ini nampaknya berubah bahkan sebutannya pun berganti menjadi kota gadis. Sebutan itu dikenal oleh orang luar karena perempuan Indramayu sangat mudah untuk dinikahi. Sebagai putra daerah saya merasa miris ketika membincang Indramayu, pasti yang muncul ke permukaan adalah tentang perempuannya. Entah mengapa hal itu bisa terjadi bagaimana prosesnya dan kapan semua itu akan berakhir. Nampaknya pertanyaan demikian selalu terlintas dalam pikiran. Mengapa orang luar Indramayu hanya tau tentang narasi seksualitas tanpa pernah tau hal lain misalnya Kilang Minyak Balongan, Batik Paoman, Festival Tjimanoek, Sanggar Tari Topeng Mimi Rasinah, Pulau Biawak, Dayak Segandu, Karangsong, Taman Buah dll. Perempuan Indramayu memang sangat terkenal akan tetapi identitas tersebut nampaknya negatif karena tidak mencirikan peril

Anak Milenial dan Kejayaan Semu Media Sosial

Woks Setiap hari saya berkunjung ke warung kopi di sana tampak pemandangan orang dewasa hingga anak-anak berkumpul bersama dengan gayeng-nya. Salah satu hal yang mempersatukan mereka adalah game atau melihat postingan di media sosial. Tentu iklim kebersamaan dan saling berbagi itu merupakan trend positif akan tetapi lambat laun banyak hal yang juga nampak paradoks. Keberadaan gadget dan media sosial memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan utamanya hal-hal yang berbau hiburan. Semua orang pasti memiliki gadget dan media sosialnya sendiri. Mereka adalah user bagi diri sendiri bahkan bisa berperan ganda dengan memiliki banyak akun untuk segala macam kepentingan. Dunia gawai memang telah mengaleniasi banyak orang terutama anak milenial apalagi saat ini kegiatan bercumbu dengan gadget justru semakin langgeng karena pandemi. Pandemi dan gadget menjadi problem utama akan resahnya para orang tua. Mereka hampir setengah mati memikirkan nasib anak-anak ke depanya. Bahkan tak jarang banyak

Hegemoni Syetan Di Balik Sebuah Kebaikan

Woks Sebagai seorang santri tentu saya berteman dengan siapa saja, berbagaimacam kalangan dari yang alim sampai yang unik. Di pondok tempat kami belajar ada seorang santri yang dalam bahasa kami STMJ alias sholat terus maksiat jalan. Kami juga akrab dengan santri STMJ ini bahkan beberapa kali terlibat debat dengannya perihal pemikiran dan hukum. Beberapa pikiranya yang sering kita tangkap adalah perihal hidup tidak usah dibuat pusing, tetap enjoy saja karena tanpa belajar pun seorang santri bisa pintar sebab di pondok itu banyak keberkahan. Termasuk tidak usah berambisi (ngoyo) dalam mencari harta karena jika sudah waktunya ia akan datang sendiri. Santri ini memang unik sepanjang yang kami tahu dia masih sering mengkonsumsi alkohol. Katanya selama masih mau ngaji, berjamaah shalat maka jika bermaksiat pun Allah lebih luas pengampunanya. Ironisnya semua minuman haram itu ia beli dari uang kiriman orang tuanya. Segala macam nasehat teman sudah tidak mempan bahkan beberapa kali dipanggil

Menikahi Hafidzah

Woks Siapa yang tidak ingin mendapat jodoh wanita sholihah. Sosok wanita yang diidam-idamkan oleh sebagian lelaki umumnya yang berimajinasi religius. Tentu tipe wanita sholihah adalah yang sudah terkonstruk oleh kriteria misalnya rajin ibadah, berakhlak mulia, sangat menyenangkan, keibuan hingga hafal Qur'an. Kita anggap para hafidzah alias perempuan penghafal Qur'an merupakan sosok yang diidam-idamkan. Akan tetapi dalam kisahnya ada yang tidak mau menikah dengan hafidzah . Dari sanalah saya semakin penasaran kok ada orang yang tidak ingin menikah dengan hafidzah . Saya pun tanya, " kang mosok saman ra gelem karo hafidzah, secara gtu lhoo hafal Qur'an, wes genah apik e dunyo akherat ". Kang itu pun menjawab, " ahh wegah liyane wae ". " Nyapo kang?" , saya pun makin penasaran. " Saman ngerti wong hafal Qur'an kui suci dadi kapan waktu ne lek bulan madu aku kudu suci terus, lhaa saben arep turu mosok kudu wudhu terus nu ", jawabnya

Tangisan Bayi Adalah Puisi

Woks Eaaak...eaak bunda baru saja aku merasakan hangatnya kasih mu dalam sebuah rahim yang ku kira abadi ternyata kini dunia datang menyambut ku Eaaak...eaak bunda sejenak saja aku meneguk ASI mu penghilang dahaga kini aku sudah harus menelan ludah ku melihat dunia semakin nyata Eaaak...eaak bunda dunia begitu silau, luas dan panas barangkali ia nampak keras. Mungkin benar aku telah dikabari oleh sejarah bahwa dunia pernah jadi tempat pertumpahan darah Eaaak...eaak bunda jika boleh aku memilih lebih baik aku bersama rahim mu selamanya, tapi semua tak mungkin aku sudah terlahir Eaaak...eaak ayah sepertinya aku harus belajar padamu bertahan di tengah kerasnya hidup, peras keringat banting tulang Eaaak...eaak ayah izinkan aku meminjam keteladanan mu sikap yang dingin dan tak pernah bisa ditebak. Bahkan kadang air mata mu mengalir dalam diam Eaaak...eaak ayah jika aku sering menangis peluklah aku dengan kehangatan kuatkan aku dengan segenap petuah mu Sepertinya dengan ayah dan bunda ku aku

Tahun Landep

Woks Kata guru kami tahun ini adalah tahun landep alias tahun tajam begitu bahasa Indonesia merespon artinya. Orang Jawa mengartikan tahun landep dengan banyak hal yang tak tertuga terutama di saat pagebluk seperti saat ini. Kita pasti yakin bahwa pagebluk ini memang ada walaupun di lain pihak keadanya telah dipolitisir untuk keuntungan sesaat. Tahun landep menjadi pertanda banyaknya sakit, kematian, usaha sulit, banyak yang pailit, musibah, dan kedukaan yang mendalam. Kedukaan yang melanda itu percis pernah tergambarkan oleh Pujangga Surakarta Raden Ronggowarsito dengan istilah kalabendhu . Memang sudah hampir dua tahun ini angka kematian (lelayung) terus saja meningkat kata orang salah satunya karena pagebluk yang masih melanda. Untuk masyarakat sipil sendiri sudah ada sekitar 10 ribu orang belum lagi para kiai sesepuh panutan juga turut menjadi korbannya. Orang-orang meninggal silih berganti bahkan tak pandang bulu kepada siapa saja menimpa. Di tahun landep ini justru yang berjaya a

Marketing Memelas ala Seles Aplikasi

Woks Saya terus terang begitu geram ketika sedang gayeng berdiskusi ngopi lalu didatangi seorang seles. Anda pasti tau secara umum seles itu bekerja untuk menawarkan sebuah jasa atau produk tertentu. Anda juga pasti sangat paham keahlian mereka dalam menawarkan produk atau jasa tersebut pasti lewat kata-kata. Sales setidaknya memiliki bekal tiga hal pertama adalah pengetahuan, dua penampilan dan ketiga yaitu kemampuan retorika. Tanpa pengetahuan seorang sales akan kalah dengan pelanggannya, tanpa penampilan menarik seorang seles tak akan mudah dipercaya dan tanpa kata-kata yang memikat seorang seles tak akan mampu mempengaruhi klienya/nasabahnya. Kata-kata inilah sesungguhnya mengandung sugesti bahkan dalam disiplin ilmu psikologi terdapat istilah hypnoselling . Hypnoselling adalah sebuah kemampuan untuk mempengaruhi pelanggan agar tertarik membeli atau menggunakan jasa si penjual. Cara kerjanya seperti NLP (Neuro-Linguistic Programming) yaitu mempelajari antara bahasa, pikiran dan per

Ngaji Ngopi: Kisah Penyintas Narkoba

Woks Narkoba telah sejak lama merenggut kebahagiaan dalam hidup seseorang. Entah sampai kapan yang jelas hingga hari ini Indonesia adalah salah satu negara darurat narkoba. Upaya pemerintah melalui instansi BNN tentu terus berusaha memutus mata rantai penyalahgunaan narkoba. Amat disayangkan memang Indonesia masih menganut politik buka tutup. Di lain pihak berupaya keras untuk menutup segala macam tindak pidana narkoba di satu sisi yang lain masih ada oknum yang membuka dan memperluas keberadaan narkoba. Kata Pak Charles Phelippe selaku mantan penyintas narkoba tidak akan mungkin berakhir narkoba di Indonesia jika hanya ditangani oleh beberapa orang saja. Kita perlu bersinergi antara pemerintah, masyarakat dan semua kalangan. Jangan sampai menyesal kemudian hari seperti kakak Pak Charles yang meninggal akibat overdosis. Pak Umam selaku anggota bagian Rehabilitasi BNN Tulungagung juga mengatakan bahwa ada ratusan lebih tiap bulanya mereka yang perlu penanganan rehab. Jika jumlah tersebu

Resensi Buku Al Zaytun The Untold Stories

Woks Ma'had Al Zaytun yang berada di Desa Mekarjaya Gantar Indramayu itu selalu menarik untuk diteliti pasalnya sampai hari ini masih banyak segudang pertanyaan yang belum terpecahkan. Membaca buku Al Zaytun The Untold Stories menjadi semakin menarik karena hasil dari penelitian yang menggabungkan banyak data, narasi, termasuk sumber-sumber buku dan majalah. Buku ini menjadi salah satu alternatif untuk pembaca dapat mengetahui beberapa jawaban atas segala keraguan yang berkembang selama ini. Berbeda dengan buku karya pendahulunya seperti Al Chaidar, Amin Djamaluddin, Umar Abduh hingga hasil penelitian DEPAG 2002, buku ini justru memberi perspektif yang lebih moderat. Walaupun dari berbagai sumber dan tulisan memuat bahwa Ma'had Al Zaytun terbukti dilahirkan melalui jaringan NII bentukan SM Kartosoewirjo pada 1949. Akan tetapi uniknya hasil penelitian DEPAG maupun MUI terasa kontradiktif karena tidak menemukan penyimpangan yang vital terkait keterlibatan mereka dengan NII kecu

Tantangan TPQ dalam Arus Teknologi dan Pandemi

WoksTantangan TPQ dalam Arus Teknologi dan Pandemi Sejak revolusi industri bergulir dunia mengalami banyak perubahan. Semua hal yang dulu dikerjakan oleh tenaga manusia kini berganti dengan mesin. Dunia seketika berubah termasuk dunia pendidikan yang semula konvensional kini dikelola harus dengan modernitas melibatkan perangkat teknologi. Singkatnya kini di ujung abad 20 akan lebih banyak sektor yang terseok-seok akibat perubahan teknologi lebih lagi terpukul karena pandemi. Sekolah sampai detik ini belum bisa masuk tatap muka secara full. Maka melihat keadaan demikian tentu cukup memprihatinkan. Sebagai komponen bangsa tentu merasa cemas dengan keadaan ini yang kian hari terus berlarut-larut. TPQ misalnya yang dulu sebagai alternatif pendidikan dasar Qur'an kini juga ikut kena imbasnya. Anak dan orang tua jadi punya ketakutan kolektif. Sehingga jangankan ingin memasukkan anak ke TPQ untuk sekadar ke luar rumah pun merasa takut. Dampak dari pandemi memang luar biasa. Karenanya satu