Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2020

Sebuah Puisi Kecil

Bunga Teratai Bunga teratai tenggelam  ke dasar sungai harumnya semerbak menusuk ke setiap sanubari angan kecil hilang angan besar terbakar Bunga teratai terbang terbawa angin menghembuskan cita cinta hilang datang sepi pergi tapi ia kembali Bunga teratai mengapung dalam hati terhampar di atas kebeningan di atas air tak basah di dasar api tak terbakar sirep kertaning bumi Kedungwaru, 27/2/20 Sepatu Cinderella Dua sepasang sepatu menghiasi kaki yang berduka mata kaki menangis tanpa air mata Ia tak kuat berlari tertatih berjalan tisu pun tak mampu menyeka sepatu kaca tersayat diganti sepatu kulit air mata semakin mengalir Sepatu kaca itu hilang Cinderella melayang Ia ditemui pangeran Menjelma menjadi kasih sayang Bidadari yang Murung Malam minggu langit mendung Hujan turun dengan derasnya Burung malam berhenti berkicau Reranting tak lagi bergoyang Beberapa hal terasa semu Semua terasa sepi Bantal guling menjadi teman Teman curhat yang bisu Tak berpesan Jua tak berjalan Suara

Kursi Goyang Bapak

Woks Kicau burung begitu merdu pagi ini. Harmoni gesekan bambu mewarnai pagi yang hangat. Di pekarangan rumah tetangga sedang menjemur pakaian anak-anaknya. Sarung yang usang dan mukena yang kusut menghiasi pagar yang dijadikan jemuran. Suasana itulah yang menemaniku minum teh hangat sambil bersandar di kursi tua. Ku kabarkan bahwa dulu bapak sering duduk di sini. Sambil menunggu pedagang getuk lindri kesukaanya. Tak lupa lagu campursari mewarnai pagi yang singkat itu. Bapak begitu akrab dengan siapapun. Termasuk kepada tetangga non muslim yang hampir setiap pagi memutar lagu-lagu rohani. Yang kadang mencaplok suara lagu campursari kesukaan bapak. Tapi beliau tidak bergeming. Santai dan semangat adalah motto hidupnya. Jadi jika ada tetangga yang dirasa kurang, beliau cenderung memberikan kebebasanya. Biarkan saja, wong dia juga punya hak. Sesantai itu bapak menanggapi permasalahan. Bapak itu orangnya sederhana. Beliau selalu tenang jika dihadapkan dengan sebuah masalah. Bap

Malam Berselimut Jurnalistik

Woks Jurnalistik adalah kemampuan untuk mencari informasi, mengolahnya, menyuntingnya dan mendistribusikannya. Kemampuan tersebut tentu ditunjang dengan skill pokok berupa rajin membaca, menulis dan rasa ingin tahu yang tinggi. Tanpa ketiganya kegiatan jurnalistik tak akan berjalan dengan baik. Lebih lagi jurnalistik merupakan anak kandung dari rahim dunia literasi yang cangkupannya luas. Literasi sendiri tidak melulu membincang membaca dan menulis saja, akan tetapi mampu juga dalam memegang peranan di media. Kemarin malam (26/2/20) aku berkesempatan bersua mahasantri Mahad al Jami'ah IAIN Tulungagung untuk berbagi pengetahuan seputar kejurnalistikan. Aku diberi misi oleh Murabbi Mahad untuk membangkitkan kembali gairah literasi jurnalistik yang telah lama mati suri. Tentu ini tantangan yang dibilang tak mudah. Dengan kondisi SDM yang masih dalam tahap dasar dan waktu yang begitu singkat kita dibebani tugas yang maksimal. Tuntutan agar lahir sebuah produk jurnalistik te

Hatters Anak Inklusi

Woks Tidak ada pekerjaan yang menyenangkan kecuali dengan menciptakan kesenangan itu sendiri. Seperti halnya kini yang aku rasakan bekerja sebagai Guru Inklusi di salah satu sekolah dasar ternama di Tulungagung. Mendampingi anak berkebutuhan dengan sistem inklusi merupakan tantangan tersendiri, sebab anak berkebutuhan khusus (ABK) tersebut berada di lingkungan anak-anak reguler. Berbeda dengan sistem SLB (sekolah luar biasa) yang mayoritas peserta didiknya adalah bersifat homogen dalam satu tempat atau instansi. Tantangan pertama yang dihadapi oleh GPK (guru pendamping khusus) ialah menghadapi anak inklusi yang terdiri dari berkebutuhan mental, kognitif hingga difabel. Bisa dibayangkan bagaimana usaha keras seorang guru untuk komunikatif dengan mereka, mengajak mereka belajar dan terpenting adalah menciptakan chemistri agar terciptanya pembelajaran yang baik. Entah melalui rayuan atau dengan mengajak mereka bermain. Bagi yang belum terbiasa tentu akan gagap dalam menghadapi

Truntum dan Mawar

Bang Woks Pada abad ke - 18 penyair dari Jerman Holderlin berkata " Dichterisch Wohner der Mensch" (berdiam secara puitis). Mungkin apa yang Holderlin katakan secara tidak sadar diikuti oleh Mas Andi alias Idna Nawfa ini. Ia memang terkenal sebagai orang yang sering bertapa di dalam kamar hanya demi untuk menarikan penanya. Dan terbukti kini tulisanya sedang dihidangkan di depan para pembaca. Ia tidak peduli apa kata orang, yang jelas menyepi adalah salah satu meditasi agar menghasilkan karya. Salah satunya seni puisi. Dan saya salah seorang yang menyaksikan proses bersunyi sepi Mas Andi demi untuk berkecimpung dalam sastra, khususnya puisi. Siapa bilang karya puisi itu rendahan. Siapa bilang juga membuat puisi itu mudah. Padahal seni puisi itu merupakan kinerja kata yang tidak sekedar kata, tapi ada kecerdasan bahasa di dalamnya. Sehingga hanya mereka saja yang mampu meracik kata dengan harmonis yang mampu mempersuasi pembacanya. Berkaitan dengan hal ini, Imam Bu

Pendidikan Untuk Supporter Bola

Woks Sudah bukan rahasia umum lagi jika Bonek (pendukung fanatik Persebaya Surabaya) bersua Arema (pendukung fanatik Arema Malang). Dua supporter besar itu memang tak pernah habis meninggalkan pahit getirnya permusuhan. Walaupun dikalangan atas mereka dingin dan damai, tapi tetap saja pendukung kalangan akar rumput selalu mudah untuk bertikai. Peperangan lokal antar pendukung sepakbola seperti Bonek kontra Arema ini kembali terjadi. Pada semifinal Piala Gubernur Jawa Timur (18/2/20) yang diselenggarakan di Stadion Supriyadi Kota Blitar kembali ricuh. Entah apa penyebabnya yang jelas Bonek dan Arema berulah. Ulah mereka tentu mengakibatkan banyak hal dirugikan, mulai dari diri sendiri, infrastruktur dan tentu orang lain. Kejadian kericuhan tersebut tentu bukan kali pertama. Sejak 1927 Persebaya berdiri dan Arema 1987 entah sudah berapa kali mereka bertikai, belum lagi dengan pendukung club yang lain. Tidak penting berapa kali mereka berulah, yang jelas ricuh alias saling berperang tidak

Pendidikan Terintegrasi

Bang Woks Seorang ibu wali salah satu siswa bertanya pada seorang guru di sekolah di mana anaknya dititipkan katanya, " berapa prosentasi keberhasilan anak didiknya itu?". Lalu sang guru menjawabnya, "keberhasilan peserta didik tidak disandarkan kepada guru saja, melainkan kepada semua pihak dalam hal ini orang tua". Mendengar jawaban singkat itu setidaknya sang ibu paham bahwa keberhasilan tidak bisa dituntut kepada satu pihak saja, melainkan kepada banyak pihak yang terlibat. Termasuk jangan berharap lebih kepada lembaga yang mengelola banyak jenjang dengan jumlah siswa yang overload. Peristiwa tuntutan orang tua kepada guru terkait keberhasilan peserta didik memang sangat sering terjadi. Hal itu merupakan hak dari orang tua kepada lembaga pengelola pendidikan. Akan tetapi harus dipahami bahwa mendidik tidak semudah mengajar. Mendidik berarti proses elaborasi antara pengetahuan dan pengalaman, dalam hal ini adalah contoh nyata dari sang guru. Sedangkan