Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2021

Semakin Berpikir Semakin Bodoh

Woks Judul tulisan ini terinspirasi dari judul diskusi berjudul "semakin khusyu semakin bodoh". Ungkapan tersebut tersemat arti bahwa apapun ibadah yang dilakukan setiap muslim jika tanpa didasari ilmu ibadahnya tertolak. Hal itu senada dengan orang yang nampaknya khusyu, banyak ibadah, dzikir dan lainya tapi tidak berdasar ilmu dan guru maka sejatinya adalah kebodohan. Mengerjakan sesuatu hal didasari dengan sanad keilmuan dan guru yang jelas merupakan sebuah keharusan. Oleh karenanya sesuatu hal itu perlu diilmui atau berdasarkan petunjuk guru. Jika seseorang melakukan sesuatu hal utamanya perkara ibadah tanpa ada dasar maka gurunya adalah syaitan. Sekarang kita menuju ke semakin berpikir maka semakin bodoh berarti bahwa apa yang selama ini dipersiapkan manusia tidak akan bersifat final. Sedangkan apa yang sudah dipersiapkan Tuhan justru itu yang utama. Di sini kita harus bisa membedakan konsep berpikir ala Mutazilah, Jabariyah dan Qadariyah. Yang jelas jika berpikir tentan

Tentang Wisuda dan Kisah Setelahnya

Woks Sejak tanggal 28-30 Juni 2021 IAIN Tulungagung (sekarang UIN SATU) melaksanakan wisuda yang ke-28. Jika ada wisuda walaupun saat ini dilaksanakan dengan drive thru saya jadi ingat ketika dulu saya pun merasakan hal yang sama. Yaitu perasaan yang campur aduk antara bahagia, tidak percaya dan bahkan datar-datar saja. Perasaan itu muncul seiring pikiran yang selalu flashback masa lalu atau lebih tepatnya tentang latar belakang semasa di kampung halaman. Tidak terasa saat ini saya sudah diwisuda sebagai mahasiswa yang biasa-biasa saja. Dalam acara wisuda itu tentu saya bahagia karena orang tua bisa hadir dalam acara sakral itu. Selanjutnya yang masih sangat diingat yaitu ketika banyak teman yang memberi ucapan selamat, memberi hadiah-hadiah dan yang terpenting adalah do'a. Dari sanalah saya berusaha untuk membalas segala macam ucapan dari setiap kawan. Saya membuka kontak WA yang ada sekitar seratus lebih dan di sana saya berusaha membalas doa-doa mereka satu persatu. Bagi saya

Tentang Skripsi dan Perjuangannya

Woks Alhamdulillah sejak 28-30 Juni 2021 menjadi sejarah bagi tiga orang teman kami yang baru saja diwisuda. Perjalanan kuliah sampai wisuda tentu sangat perlu untuk disyukuri karena selama proses tersebut kita melewati banyak fase yang sulit hingga akhirnya terlampaui. Begitulah kiranya bahwa wisuda tidak dikenang sebagai simbol pemindahan kucir pada toga semata, melainkan proses mendarah-darah sejak kuliah, membuat skripsi, sidang, hingga akhirnya dinyatakan lulus. Salah satu proses sebelum wisuda yang mesti harus dinikmati ialah ketika membuat skripsi. Kata Dr. Dede Nurrohman, M.Ag guru sekaligus pembina kami mengatakan bahwa justru skripsi lah yang nampak lebih esensial daripada seremonial wisuda. Skripsi justru menjadi sebuah fase yang di dalamnya banyak mengandung nilai ternyata jika dihayati sangat bermanfaat bagi kehidupan lebih lagi di era medsos. Pak Dede memberikan pesan bahwa skripsi itu sejatinya ingin agar mahasiswa menjadi pribadi yang mandiri. Pribadi yang ulet dan tera

Manajemen Pendidikan Terintegrasi

Woks Jika ada sebuah lembaga pendidikan di suatu daerah nampak maju dan pesat orang awam langsung mengira semua karena jaringan dana yang besar, berafiliasi dengan politik tertentu sampai menggunakan aji-aji penglaris. Maklum saja pikiran yang demikian masih sering kita jumpai di tengah masyarakat yang memang sangat minim literasi. Pengetahuan masih belum sampai kecuali sekadar desas-desus padahal jika mau diteliti secara faktual pasti lembaga tersebut telah melewati sejarah panjang. Lembaga yang besar, maju pesat atau bangunanya kokoh menjulang, cabangnya di mana-mana hingga siswanya banyak tentu bukan hasil sim salabim. Mereka pasti telah melewati serangkaian sejarah yang mendarah-darah sejak di posisi di bawah, tidak diperhitungkan hingga akhirnya mencapai tujuan. Pastilah banyak hal yang diamati, dipelajari hingga menjelma sebagai lembaga yang kokoh. Salah satunya pasti karena ciri khas, karakter, serta inklusivitas dan open minded lembaga tersebut yang terus dikembangkan dan dipe

Mencegah Nafsu ala Qasidah Burdah Imam al Bushri

Woks Manusia sebagai mahluk biologis tentu dibekali nafsu oleh Tuhan sebagai kendaraan mereka berproses dalam kehidupan. Nafsu tidak selamanya dimaknai negatif justru lewat nafsu lah manusia bisa menjadi pembeda dengan mahluk lainya dengan satu syarat yaitu dapat mengontrolnya. Dalam beberapa riwayat rerata nafsu memiliki pembagianya contoh ada tingkatan nafsu yaitu amarah, lawamah dan mutmainah . Ketiga macam nafsu tersebut dapat menjadi pembeda sejauh mana manusia mampu mengontrol keinginanya. Nafsu sejak dulu selalu mengajak kepada kesenangan utamanya yang bersifat duniawi, percis seperti dawuh Nabi Muhammad SAW: حُجِبَتِ الجنَّةُ بالمكَارِهِ و حُجِبتِ النَّارُ بالشَّهواتِ ''Surga dipagari oleh hal-hal yang tidak disukai, sedangkan neraka diliputi oleh hal-hal yang menyenangkan.  Tapi tanpa adanya nafsu kehidupan manusia akan mandek. Maka dalam Islam nafsu itu harus dikontrol bukan malah dikebiri atau dimatikan seperti dalam konsep kerahiban atau biksu. Berbicara tentang na

Kasmaran dalam Qasidah Burdah Imam al Bushri

Woks Ada ungkapan populer di kalangan anak muda bahwa jangan mengusik orang yang kasmaran nanti ia bagaikan singa. Atau jangan memberi nasihat kepada orang yang kasmaran ia tak akan mau mendengarnya. Begitulah kiranya gambaran orang yang sedang kasmaran. Mereka ibarat seseorang yang tengah dimabuk tak mau memperdulikan apapun. Hal itu pula yang dicatat dalam qasidah Burdah karangan Syeikh Syarafuddin Abu Said Al Bushri (w. 694 H). Syair yang terdiri atas 154 bait berisi pujian pada Kanjeng Nabi Muhammad tersebut tentu sangatlah dalam maknanya. Maklum saja syair itu memang sengaja dipersembahkan buat seseorang yang sangat dirindukan. Di antara syair yang bisa membuat kita terbuai di antaranya: ايحسب الصّبّ انّ الحبّ منكتم Apakah orang yang dimabuk cinta menyangka bahwa cinta kasih dapat disembunyikan di balik cucuran air mata dan kegelisahan jiwa? لولاالهوى لم ترق دمعاعلى طلل Jikalau bukan karena dalamnya cinta, tidaklah akan bercucuran air mata di atas kesan-kesan kampung kekasih فكيف

Kematian

Woks Manusia memang tidak akan pernah mengerti kapan akhir hidupnya. Kisah di mana segala macam aktivitas kecintaan akan berhenti. Kematian sejak diciptakan memang membawa misteri. Kita tidak pernah tau jika dalam sejarah Habil putra Adam harus meregang nyawa karena dibunuh oleh saudaranya sendiri. Fir'aun si raja lalim yang mengaku Tuhan pun mati di medan pengejaran tepatnya tenggelam di laut merah. Serta banyak lagi kisah kematian yang hingga hari ini manusia manapun kesulitan menebaknya. Tapi agama bisa saja memprediksi lewat tanda-tanda seperti rambut sudah mulai beruban, banyak fungsi organ yang tidak berfungsi dengan baik, bertambahnya usia, hingga mendapat isyarat baik melalui mimpi atau terjaga. Kematian memang tidak kenal dengan tempat, waktu, keadaan, atau apapun. Intinya semua yang bernyawa akan mati terserah Allah mematikanya di mana, kapan dan bagaimana. Kematian pun akan melahirkan dua kondisi yaitu husnul khatimah (baik) atau suul khatimah (buruk). Dari kondisi itula

Bedah Buku: Membongkar Gerakan Sesat NII & Pesantren Al Zaytun

Woks Saya kebetulan warga asli daerah Mekarjaya Gantar yang hidup di sana sudah sekitar 20 tahun lamanya. Selama hidup di sana tentu saya berkenalan akrab dengan siapa saja salah satunya dengan tetangga yang bekerja sebagai karyawan di Ma'had Al Zaytun. Sejak kecil tentu saya juga berkawan baik dengan anak-anak dari karyawan Al Zaytun tersebut. Akan tetapi setelah kami remaja hingga saat ini barulah saya sadar ada ketidakberesan dari Al Zaytun tersebut yang ternyata dulu sempat geger baik di media masa maupun pemberian televisi. Salah satu hal yang sifatnya kontroversi mengenai Al Zaytun dikupas melalui buku yang sudah saya baca ini. Buku ini merupakan upaya penulis dan timnya untuk membuktikan bahwa desas-desus itu ternyata benar. Mereka mencari fakta mengenai kejanggalan yang selama ini bukan menjadi rahasia umum. Kejanggalan tersebut di antaranya kemunculan yayasan pesantren yang terkesan tiba-tiba, dari mana mereka menghimpun dana, tidak berafiliasi dengan politik tertentu dll.

Resensi Buku Suluk Rante Sejati

Woks Buku "Suluk Rante Sejati" karya Ibnu Shobari alias Ahmad Kamali Hairo merupakan buku tipis tapi tebal makna. Buku yang terdiri dari 48 halaman versi buku cetak dan 22 halaman versi naskah asli. Buku ini banyak berisi petuah hidup yang sarat akan makna. Sesuai dengan judulnya buku ini sarat akan nilai-nilai filosofis khususnya dari budaya Jawa. Buku ini memuat penjelasan singkat atau lebih tepatnya internalisasi dari petuah Ki Buyut Rante sekaligus versi naskah aslinya. Ki Buyut Rante nama lainya adalah Ki Wirayudha/Syeikh Anwar Musyadadad yang merupakan penyebar agama Islam di daerah Pondok Pari (sekarang Kenanga) masih bersambung sanad secara keilmuan kepada Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Djati. Sekilas Ki Wirayudha merupakan tokoh yang membabad dukuh (dulu) Pondok Pari Tuah Rante. Istilah tuah berubah secara dialek menjadi tuan, tuah berarti kesaktian karena Ki Wirayudha memiliki pusaka rante yang digunakannya ketika membabad pedukuhan dalam waktu semalam. Sedang

KH. Musthofa Aqil Siradj : Mari Berkhidmah di NU

Sumber foto: Dakwah.nu.id Woks Kang Mus atau lebih dikenal dengan KH. Musthofa Aqil Siradj merupakan pengasuh Ponpes KHAS Kempek Cirebon, adik kandung ketua PBNU Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, serta menantu KH. Maemun Zubair. Beliau menjadi salah satu pembicara dalam acara Haul Emas 50 thn Al Maghfurllah KH. Wahab Chasbullah, inisiator, pendiri NU dan pahlawan Nasional. Dalam ceramahnya Kang Mus menyampaikan bahwa dulu beliau pernah ikut dalam sebuah majelis yang di sana ada KH. Mahruf Ali (Lirboyo), KH. Wahib Wahab, KH. Fatah serta banyak lagi kiai lainya, Mbah KH. Maemun Zubair sering dawuh bahwa "jika tidak ada Kiai Wahab, tidak ada NU". Perjuangan Kiai Wahab untuk NU diawal-awal sebelum disahkan secara organisasi terstruktur sangat luar biasa beliau sampai berjalan, naik sepeda onthel ke mana-mana dengan jarak berkilo-kilo meter hanya untuk bersyiar agama lewat NU. Kata Kang Mus yang menceritakan dari Mbah Maemun bahwa di balik perjalanan Kiai Wahab itu ternyata beliau

Catatan Haul Kiai Ageng Hasan Mimbar Majan 2021

Woks Malam itu bertepatan 10 Dzulqa'dah 1442 Hijriyah hampir seluruh wilayah Tulungagung diguyur hujan tak terkecuali desa Majan. Desa Majan yang dulunya bersama Tawangsari dan Winong merupakan tanah perdikan dari mandat kerajaan Mataram Islam. Hingga saat ini melalui Yayasan Sentono Dalem Kasepuhan Majan setiap tahunya mengadakan haul memperingati jejak perjuangan Mbah Hasan Mimbar, tokoh di balik Islamisasi di daerah Ngrowo (Tulungagung tempo dulu). Dalam acara malam dengan grimis yang syahdu itu jamaah telah memadati masjid Al Mimbar untuk mengikuti Majelis Dzikir wa Maulidurrasul ﷺ bersama jamaah Al Khidmah Tulungagung. Seperti biasa usai acara pembacaan yasin tahlil, manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani, maulid langsung diisi sambutan dan mauidhoh hasanah. Dalam sambutannya, Raden Ali Shodiq mewakili keluarga ndalem memberikan motivasi kepada jamaah untuk terus meneladani para shalafuna shalih salah satunya Mbah Hasan Mimbar. Di mana dulu Mbah Hasan Mimbar telah berhasil dalam

Kelas dan Tradisi di Akhir Tahun

Woks Sepanjang tahun anak-anak menampilkan beragam ekspresi ketika mereka di sekolah, umumnya anak akan merasa senang karena dapat bertemu dan bermain bersama teman-temannya, akan tetapi selama pandemi ini gerak langkah mereka terhenti. Anak merasa terus diawasi oleh orang tua karena pandemi belum berakhir. Padahal di lapangan pandemi ini tidak begitu menyeramkan. Akhir tahun tentu waktu yang tepat buat berlibur inilah yang ditunggu anak-anak. Sekolah baru saja masuk lalu secara tidak sadar sudah libur kembali. Sebelum berlibur anak-anak akan melewati satu tradisi yaitu bagi rapot alias menerima hasil penilaian sekolah. Dulu sebelum bagi rapot ada satu tradisi yang tak boleh dilupakan yaitu bagi tabungan. Tradisi bagi tabungan tentu sangatlah menyenangkan karena pada saat itu anak merasa sangat kaya. Anak-anak sampai lupa bahwa uang tabungan itu milik orang tuanya. Saat ini kepercayaan dengan menabung di wali kelas dalam sekolah semakin menurun karena kian hari kita menjumpai kasus pen

Sebuah Penegasan: Mengapa Kita Perlu Menulis

Woks Beberapa kali saya didesak untuk memaparkan mengapa atau apa alasan agar seseorang menulis. Saat menjawab pertanyaan tersebut saya kadang berpikir untuk menyerahkan jawabannya ke masing-masing individu sebab setiap orang memiliki persepsinya masing-masing. Tidak semua orang memiliki minat, hobi atau passion menulis. Lebih jauh dari itu bahwa kesadaran menulis belum seutuhnya direngkuh. Sebagai seorang penulis amatir tentu saya menjawab pentingnya menulis setidaknya dengan 5 hal yang disebut "pancatulis". Lima hal yang mengharuskan kita menulis yaitu bahwa menulis adalah kebutuhan, menulis adalah hobi, menulis adalah merawat pikiran, menulis adalah berbagi dan menulis adalah jalan kehidupan. Pertama , menulis adalah kebutuhan. Sebagaimana kebutuhan sehari makan, minum, pakaian dan lainya merupakan hal yang vital. Sehingga bagaimana keadaannya kebutuhan akan terus diupayakan untuk terpenuhi. Begitu juga dengan menulis jika seseorang telah sadar bahwa menulis telah menjadi

Lautan Jilbab, Buih dan Tantangannya

Cak Nun atau Emha Ainun Nadjib dalam sebuah pagelaran Maiyah Woks Kita mengingat drama kolosal lautan jilbab karya Cak Nun di pentaskan di mana-mana. Tahun 1976 menjadi perjuangan Cak Nun dan kawanya untuk memperjuangkan hak pribadi salah satunya soal jilbab. Dulu orang berjilbab sangat minim bahkan bisa dihitung jari. Bagi Cak Nun perjuangan tersebut bukan soal secarik kain penutup kepala bernama jilbab tapi perjuangan atas hak pribadi seseorang yang dikebiri. Cak Nun bersama grup gamelan Kiai Kanjeng atau kawannya sesama seniman mungkin sekumpulan orang yang besar jasanya sekaligus paling mudah dilupakan. Padahal perjuangan lautan jilbab dalam sebuah pentas drama teater sangatlah bertaruh nyawa. Akan tetapi biarlah sejarah yang membuktikan bahwa Cak Nun sendiri tidak ingin dikenang sebagai pahlawan ia hanya ingin menegaskan kepada setiap orang bahwa perlu untuk terus memperjuangkan hak di atas sebuah keadilan. Cak Nun bercerita bahwa gerakan Masjid Shalahuddin UGM Jogja dan Masjid Sa

Jalan Dakwah Ruqyah Aswaja

Guru Kami: KH. Imron Rosyidi & Gus Amak Alauddin Shiddiqy, M.Pd.i Woks Apa pertama kali di benak mu ketika mendengar kata "ruqyah", pasti orang langsung berspekulasi ruqyah itu mistis, ghaib, ngeri, tidak logis, irrasional, tidak empiris, metodologinya tidak jelas dan lainya. Barangkali begitulah pendapat orang awam ketika pertama kali mereka mendengar kata ruqyah. Bahkan sampai hari ini ruqyah masih terkena stereotip bahwa ia tak ada bedanya dengan praktek perdukunan yang menakutkan. Padahal dulu sahabat Abu Said Al Khudri berkata bahwa jangan samakan ruqyah dengan santet (pen). Hal-hal yang miring seputar ruqyah dan berkembang di masyarakat itulah yang menjadi jalan dakwah ruqyah Aswaja. Ruqyah Aswaja menilai bahwa yang diasumsikan masyarakat perlu banyak yang diluruskan salah satunya dengan terus mengedukasi mereka. Jalan dakwah majelis ilmu menjadi salah satu cara untuk menyasar mereka bahwa ruqyah memiliki dasar baik dari al qur'an maupun hadits. Dasar melalui al

Pendidikan Adalah Prioritas

Woks Kita turut senang ketika membaca berita banyak artis dan publik figur yang menyelesaikan pendidikan di tengah kesibukanya. Tentu berita positif ini menjadi angin segar sekaligus menepis berita mayoritas bahwa kebanyakan artis dan publik figur isinya hanya kawin cerai. Tentu berita mengenai prestasi semacam ini perlu untuk di munculkan ke publik agar menjadi semacam motivasi rangsangan kepada masyarakat untuk terus menimba ilmu. Tentu kalangan publik figur yang mengenyam pendidikan tinggi sudah banyak akan tetapi baru-baru ini boleh lah kita menyebut nama penyanyi cilik Tasya Kamila, Aktris & model Maudy Ayunda hingga politisi Eddie Baskoro Yudhoyono yang tak lain adalah putra SBY juga ada lainya yaitu Gita Gutawa, Vidi Aldiano dan Nyta Gina. Nama Maudy Ayunda tentu yang kemarin santer dibicarakan pasalnya ia menyelesaikan studinya di Stanford University dengan dua gelar sekaligus pada jurusan Administrasi Bisnis dan Pendidikan. Ia juga sebelumnya sudah menyelesaikan di Oxford

Ikatan Cinta dan Simbolik Dalam Tradisi Temoan

Woks Siapa yang tidak tahu dengan sinetron Ikatan Cinta , dari anak-anak hingga orang sepuh semua tahu sinetron yang satu ini. Sinetron yang diperankan oleh Aldebaran alias Arya Saloka dan Andin alias Amanda Manopo sempat booming dan menjadi idola masyarakat terus di tengah pandemi. Ceritanya yang merakyat dan penuh intrik menjadi daya tarik tersendiri. Maklum dari dulu kisah seputar sosial dan rumah tangga sangat laku di masyarakat. Konflik antara keluarga Mas Al dan Andin karena gangguan Elsa, termasuk Mas Al yang khawatir Andin kembali ke Nino atau juga kasus di mana Nindy ternyata Reyna menjadi sangat membingungkan dan membuat penonton penasaran. Sekilas tantangan rumah tangga Mas Al dan Andin memang akan selalu terguncang karena musuh jelas di depan mata. Maka dari itu sinetron keluarga ini akan mengalami serangkaian permasalahan sekaligus jalan keluar sesuai dengan penggambaran judul. Apakah mereka terus membuat ikatan tali cinta, jika kekuatan itu semakin erat maka permasalahan

KH. Ihya Ulumiddin: Pendidikan Dzikir dan Pikir

Woks Kita tahu pendidikan saat ini tak lain merupakan warisan Barat salah satu cirinya yaitu adanya sekuleritas pemisahan antara ilmu umum dan agama. Sedangkan dalam Islam sangat jelas perbedaanya bahwa dua keilmuan itu justru saling menyempurnakan, begitu pemaparan KH. Ihya Ulumiddin atau yang akrab disapa Abi Ihya'. Abi Ihya' yang juga sebagai pengasuh Ma'had Nurul Haromain Pujon Malang tersebut menjelaskan bahwa pendidikan dalam Islam itu output nya adalah kebermanfaatan تكون الرجال. Lantas keinginan bermanfaat tersebut berawal dari wahyu pertama dalam al qur'an surah al Alaq yaitu اقرا باسمربك الذي خلق. Maka Islam mengikuti dawuh Rasulullah ﷺ "al ilmu tsalasatun wa mas siwaa dzalika fahuwa fadhlin" bahwa tidak ada pemisahan antara ilmu umum dan agama Islam. Justru kedua ilmu itu saling menyempurnakan. Maka dari itu jika sekolah atau kuliah bukan soal nama besar kampus atau apa jurusanya akan tetapi berlomba-lomba untuk bermanfaat sebelum atau sesudah lulu

Surat Favorit

Woks Suatu ketika seorang teman shalat dan dia yang daulat menjadi imam. Dengan gagah ia pun maju lalu mengimami kami. Setelah membaca al fatihah ia langsung membaca surah al Kautsar dan di rakaat kedua membaca surah al Nasr. Dalam beberapa shalat khususnya shalat yang dijahr kan ia selalu membaca dua surat itu. Setelah ku tanya, "kenapa sih selalu membaca surah itu?". "Itu surat favorit ku", katanya. "Mengapa demikian", tanya ku sedikit heran. Dia lalu menjawab dengan percaya diri, "ya karena aku sedang butuh uang yang banyak maka aku perbanyak baca surah al Kautsar, terus semoga Allah swt memberi pertolongan padaku maka aku perbanyak juga surah al Nasr". "Keren kan aku", jawabnya sambil tertawa cengingisan. "Dasar, ndak blasss, wong due utang hmzz" the woks Institute l rumah peradaban 15/6/21

Sahabat Karet Gelang

Woks Suatu saat seorang santri yang baru saja kenal datang menemui ku. Entah apa modusnya yang jelas ternyata ia menemui temanya yang baru saja pindah pondok ke tempat ku. Singkat kata dalam pembicaraan yang ngalor ngidul akhirnya kami berkenalan. Dalam pembicaraan itu dia langsung berkata bahwa setiap hari ke manapun ia selalu memakai karet gelang. Setelah ku tanya apa maksudnya, mengapa karet gelang. Kata dia, "karet gelang itu simbol persahabatan". "Lho kan karet gelang itu mudah patah mas", kata ku. "Lha justru itu mas persahabatan terasa lentur, jika putus pun disambung lagi kalau perlu ganti yang baru", jawabnya singkat. Kami pun tertawa, tapi dalam hatiku bergumam, "dasar orang aneh, masa seenaknya gitu mencari sahabat lalu setelah usang ia dengan mudahnya berganti lagi". the woks Institute l rumah peradaban 15/6/21

Semua Karena Rasa Nyaman

Woks Dalam sebuah pengajian yang dihelat oleh Bayt Al Qur'an Jakarta, Gus Baha menjelaskan di depan santri-santri bahwa ada cara yang dapat kita lakukan ketika menghadapi ahli maksiat. Gus Baha lalu menyodorkan pendapat dari Hujjatul Islam al Imam Ghazali yang juga menjadi manhaj Mbah Maemun Zubair yaitu ada 3 cara. Cara tersebut terdapat pada bab cara empati dan kasih sayang (adabu ulfah wa ukhuwah). Pertama, reaktif, menegurnya alias mengambil sikap. Kedua, orang yang tidak mengambil sikap dan ketiga, mendiamkanya alias melihat dengan pandangan empati. Menurut Gus Baha ternyata sikap kita ketika menghadapi orang yang bermaksiat sudah dicatat dalam Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali sehingga kita secara tidak sadar memiliki dasar secara kebetulan. Sikap pertama ketika melihat orang maksiat adalah keras tentu ini umum, siapa juga yang tahan untuk mendiamkan lebih lama kemungkaran berkembang. Sepertinya sikap dasar manusia adalah tak tahan dengan sesuatu yang menyimpang maka tanpa d

Jangan Meremehkan Anak-Anak

Woks Anak-anak adalah aset masa depan jika kita ingin melihat masa depan maka lihatlah anak-anak hari ini. Jika melihat anak-anak hari ini tentu kita sangat optimis sebab keadaannya sangat berbeda dari zaman dulu. Anak-anak zaman sekarang lebih mudah bahagia karena banyak sarana yang membuat mereka berkembang cepat, salah satunya teknologi. Berbeda dengan zaman dulu, anak-anak penuh dengan perjuangan. Berjuang, letih lelah hingga berdarah-darah mungkin gambaran orang tua kita dulu semasa kanak-kanak. Tapi bagaimanapun juga anak dulu, kini dan nanti pasti beda. Yang jelas kita tidak boleh memandang remeh kepada anak sekalipun mereka berkekurangan. Karena setiap anak memiliki potensinya sejak lahir. Oleh karena itu sebagai orang tua kita hanya bisa mengarahkan kepada mereka jalan terbaik sesuai minat dan bakatnya. Beberapa orang memang menyayangkan dengan kondisi anak masa kini tentu sangat ironis jika kita tahu masih hanyak mereka yang lahir di jalanan karena kemiskinan. Tidak hanya itu