Woko Utoro
Untuk ke sekian kalinya Prof Ngainun Naim memberi saya hadiah buku. Mungkin karena alasan saya pecinta buku, beliau memberinya secara cuma-cuma tanpa bertanya, "kamu suka membaca?". Memang tidak banyak orang yang menganggap buku sebuah barang penting. Tapi bagaimanapun juga tentu saya senang jika buku dijadikan hadiah. Terlepas orang yang diberi tipe pembaca atau bukan.
Kali ini buku yang dihadiahkan Prof Ngainun Naim adalah sebuah catatan perjalanan. Buku yang sebelumnya juga diberikan pada saya yaitu catatan perjalanan ke Brunei Darussalam dan kini buku perjalanan ke Gorontalo. Barangkali kisah perjalanan dalam buku tersebut merupakan catatan ringan. Sebuah catatan yang digagas untuk mengabadikan momen dan sekadar seru-seruan. Walaupun begitu tidak meninggalkan esensi dari berkarya sekalipun tulisan sederhana.
Buku ini adalah catatan dalam rangka Conference of Research Result II (BCRR II) di IAIN Sultan Amay Gorontalo pada 2022. Ditulis oleh 7 orang, yang terdiri dari reviewer, peserta atau nominator dan undangan. Buku ini seperti pada umumnya yaitu mengulas rekam jejak selama singgah di kota orang. Misalnya berkisah tentang adat istiadat setempat, kulineran, berburu oleh-oleh, ziarah, naik kendaraan, di bandara, di penginapan, bertemu teman baru, diskusi, dan pastinya berwisata. Hal-hal yang telah disebutkan tentu perlu ditulis dalam rangka mengingat bahwa kita pernah singgah ke kota tersebut.
Tidak jarang dari kisah perjalanan tersebut kita mendapati peristiwa tak terduga. Misalnya pertemuan dengan teman yang awalnya hanya berkorespondensi lewat dunia maya lalu bertemu di dunia nyata. Ada juga kisah di mana Bentor (becak motor) mogok karena kehabisan bensin. Atau juga menikmati keindahan alam dan infrastruktur yang selama ini hanya diketahui lewat gambar di internet. Demikianlah perjalanan, sesederhana apapun jika ditulis selalu menyuguhkan decak kagum. Maka dari itu mencatat lalu membukukannya adalah resep agar kenangan tak segera usang.
Buku tentang perjalanan barangkali banyak. Akan tetapi penghayatan terhadap perjalanan tersebut tidak semua orang memaknainya dengan baik. Saya dan bahkan beberapa orang mungkin tidak percaya jika ternyata pernah mengikuti sebuah perjalanan misalnya ke kota Gorontalo. Sebuah perjalanan yang belum terbersit dalam pikiran, tapi semua itu sudah terjadi. Bahkan saya sempat berpikir dengan hanya membaca buku perjalanan orang lain saya seperti telah ikut serta dalam petualangan mereka. Tentu harapan itu pun ada bahwa suatu saat saya pun bisa seperti para penulis dalam buku tersebut. Menginjakkan kaki ke negeri orang dengan ragam pengalaman dan pengetahuannya.
Salah satu yang saya kagumi dari buku catatan perjalanan sejenis ini adalah karya Eric Weiner. Lewat karyanya yang spektakuler, Eric menulis ragam perjalanan yang ia temui menyusuri kota, lembah, benua, desa. Ia menulis setidaknya ada 3 yang saya baca yaitu the Geography of Faith (buku perjalanan menemukan kebenaran pada agama-agama besar dunia), the Geography of Love (buku perjalanan menemukan arti cinta di berbagai negara) dan the Geography of Bliss (buku perjalanan menemukan negara yang paling berbahagia). Selanjutnya kita sepertinya perlu menulis kisah perjalanan serupa. Jika tak sempat berjalan menyusuri kota-kota biarlah pikiran menyusuri gang-gang pada buku dengan rajin membaca.[]
the woks institute l rumah peradaban 29/8/23
Mantab bang
BalasHapus