Langsung ke konten utama

Lelaki Yang Menangis




Woks

Jangan hakimi lelaki yang menangis atau jangan lerai anak lelaki yang menangis karena tangis adalah cara mengimprovisasi kehidupan. Ada bagian yang harus dan tidak di tangisi. Barangkali menangis adalah terapi alami yang harus dialami tubuh. Kapan terakhir kau menangis menjadikan air mata positif karena sebuah rindu.

Seperti itulah kiranya tangis tak aneh jika ada pengamalan amalan yang tarekatnya adalah menangis. Barangkali tangisan adalah cara untuk wushul kepada Tuhan. Jika terbiasa tertawa tak usah cemas dengan menangis karena tangis adalah cara untuk mengajarkan diri tetap setia pada rendah hati.

Selama ini tangis selalu diidentikkan dengan perempuan padahal tangisan bisa terjadi kepada siapa saja. Rerata masyarakat selalu membuat sekat bahwa cengeng, gembeng merupakan pekerjaan perempuan padahal lelaki pun sama. Seharusnya kita melihatnya tangis sebagai sesuatu yang positif. Tangis memang sering berarti kerinduan, haru bahagia, ketidakberdayaan, kerapuhan, hingga kehilangan. Jadi dalam hal ini tangis tak ada sekat pembeda berdasarkan gender tertentu.

Perempuan memang sering menangis karena indera rasa mereka teramat lembut dan pastinya berbeda dengan lelaki yang cenderung fisik. Secara struktural tubuh pun sudah berbeda akan tetapi dengan air mata kita menjadi sama yaitu di titik tak berdaya. Barangkali demikian bahwa lewat air mata kita belajar bahwa dewasa bukan berarti tidak menangis akan tetapi mampu tegar walaupun air mata membasahi pipi.

the woks institute l rumah peradaban 17/9/21

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde