Langsung ke konten utama

Ngaji Ayo Ngaji (2)




Woks

Saya merasa bahagia ketika ada orang tua yang sangat memperhatikan ngaji sebagai kebutuhan utama anaknya. Bahkan beberapa orang di desa selalu gigih jika berkaitan dengan kebutuhan anak mengaji. Tidak jarang juga mereka rela membeli buku, kitab dan atk agar anaknya mau mengaji. Bahkan saat khataman tidak sedikit pula orang tua yang bersusah payah memberinya hadiah.

Sejak dulu orang tua selalu mendambakan ngaji kepada anaknya. Mereka berpandangan bahwa ngaji menimba ilmu adalah harta berharga yang diwariskan buat anak. Selama ini mereka telah paham bahwa mewariskan harta terbukti malah jadi perebutan atas kuasa. Tapi beda dengan warisan ilmu justru hidup semakin adem dan terarah.

Memondokan anak ke pesantren barangkali masih menjadi tradisi di desa sebagai upaya orang tua memberi pendidikan terbaik buat anaknya. Saking semangatnya orang tua melihat anaknya mondok sampai-sampai niat menimba ilmu sedikit bergeser. Misalnya dulu anak pulang dari pondok itu minimal harus bisa baca kitab kuning jika sekarang anak mau betah (krasan) di pondok saja syukurnya bukan main. Jadi standarisasi anak mondok sudah turun level. Akan tetapi hal itu sebuah kewajaran artinya masih lebih baik daripada di luar pondok dengan pergaulan bebasnya.

Ngaji ke pesantren tentu merupakan level kedua setelah mereka mendapat pendidikan ngaji di langgar (mushola) dekat rumah. Atau masuk madrasah diniyyah dengan berbagai macam kajian keilmuan mulai dari fikih dasar, akhlak hingga aqidah. Setelah itu mereka baru berpikir ngaji berbagai hal yang kini banyak tersedia lewat fasilitas pesantren. Bahkan saat ini orang tengah gandrung dengan pesantren tahfidzul qur'an.

Dalam rangka merapal zaman pesantren pun berbenah. Tentu respon tersebut dalam rangka agar banyak anak tetap mau mengaji. Baik itu pesantren tahfidz, berbasis alam, ekonomi, hingga teknologi yang jelas metode vokasi pesantren sangat tepat untuk memfasilitasi anak agar mau mengaji. Walaupun tingkat keprihatinan santri dulu dengan sekarang berbeda yang jelas ngaji lebih memiliki keutamaan daripada tidak ngaji sama sekali.

Jika anak mau mengaji rasanya dana sebesar apapun bagi orang tua tidak begitu masalah. Akan tetapi yang menjadi masalah adalah kini lebih banyak orang tua yang semangat mengaji sedangkan anaknya tidak. Lunturnya niat anak dalam mengaji tentu kesedihan tersendiri bagi orang tua. Oleh karenanya dalam perkembangan zaman seperti saat ini pesantren berbenah guna membantu orang tua agar mereka bisa meyakinkan anak agar tetap mau mengaji.

Pesantren bukan selalu yang terstigmakan udik, tradisional akan tetapi lembaga ini juga bisa memfasilitasi anak dengan berbagai latar belakang agar tetap ngaji. Semoga saja seiring berjalannya waktu anak akan terbuka hatinya bahwa menimba ilmu dengan ngaji adalah sebuah keunggulan tersendiri dan bisa dipastikan mampu bersaing di tengah gempuran zaman. Lebih-lebih mereka mau ngaji dan mukim di pondok itu akan lebih memiliki keutamaan. Karena di pondok anak akan dididik menjadi santri berjiwa ikhlas, semangat dan pejuang.

the woks institute l rumah peradaban 26/2/22


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bocil FF Belajar Ziarah

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya berkesempatan kembali untuk mengunjungi Maqbarah Tebuireng. Dari banyak pertemuan saya ziarah ke sana ada pemandangan berbeda kali ini. Saya melihat rombongan peziarah yang tak biasa yaitu anak-anak TK atau RA. Pemandangan indah itu membuat saya bergumam dalam hati, "Kalau ini mah bukan bocil kematian tapi bocil luar biasa, sholeh sholehah". Sebagai seorang sarjana kuburan (sarkub) dan pengamat ziarah tentu saya merasa senang dengan pemandangan tersebut. Entah bagaimana yang jelas para bocil berziarah adalah sesuatu yang unik. Jika selama ini dominasi peziarah adalah orang dewasa maka zairin bocil FF adalah angin segar khususnya bagi keberagamaan. Lebih lagi bagi jamiyyah NU yang selama ini setia dengan tradisi ziarah kubur. Saya melihat seperti ada trend baru terkhusus bagi peziarah di kalangan siswa sekolah. Jika santri di pesantren ziarah itu hal biasa. Tapi kini siswa sekolah pun turut andil dalam tradisi kirim doa dan ingat mati itu. Wa...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 II

Woko Utoro Dalam setiap perlombaan apapun itu pasti ada komentar atau catatan khusus dari dewan juri. Tak terkecuali dalam perlombaan menulis dan catatan tersebut dalam rangka merawat kembali motivasi, memberi support dan mendorong untuk belajar serta jangan berpuas diri.  Adapun catatan dalam perlombaan esai Milad Formasik 14 ini yaitu : Secara global tulisan mayoritas peserta itu sudah bagus. Hanya saja ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Terutama soal ketentuan yang ditetapkan oleh panitia. Rerata peserta mungkin lupa atau saking exited nya sampai ada beberapa yang typo atau kurang memperhatikan tanda baca, paragraf yang gemuk, penggunaan rujukan yang kurang tepat dll. Ada yang menggunakan doble rujukan sama seperti ibid dan op. cit dll.  Ada juga yang setiap paragrafnya langsung berisi "dapat diambil kesimpulan". Kata-kata kesimpulan lebih baik dihindari kecuali menjadi bagian akhir tulisan. Selanjutnya ada juga yang antar paragraf nya kurang sinkron. Se...

Catatan Lomba Esai Milad Formasik ke-14 I

Woko Utoro Senang dan bahagia saya kembali diminta menjadi juri dalam perlombaan esai. Kebetulan lomba esai tersebut dalam rangka menyambut Milad Formasik ke-14 tahun. Waktu memang bergulir begitu cepat tapi inovasi, kreasi dan produktivitas harus juga dilestarikan. Maka lomba esai ini merupakan tradisi akademik yang perlu terus dijaga nyala apinya.  Perasaan senang saya tentu ada banyak hal yang melatarbelakangi. Setidaknya selain jumlah peserta yang makin meningkat juga tak kalah kerennya tulisan mereka begitu progresif. Saya tentu antusias untuk menilainya walaupun disergap kebingungan karena terlalu banyak tulisan yang bagus. Setidaknya hal tersebut membuat dahaga ekspektasi saya terobati. Karena dulu saat saya masih kuliah mencari esais itu tidak mudah. Dulu para esais mengikuti lomba masih terhitung jari bahkan membuat acara lomba esai saja belum bisa terlaksana. Baru di era ini kegiatan lomba esai terselenggara dengan baik.  Mungkin ke depannya lomba kepenul...