Woks
Indonesia bahkan dunia sedang dilanda musibah yang sama yaitu pandemi Covid-19. Musibah ini benar-benar memukul siapa saja mulai dari orang kecil, pengusaha, hingga pejabat negara. Semua merasakan dampak yang sama sebab penularan virus Covid-19 begitu cepat dan memakan korban tanpa pandang bulu. Siapa saja bisa sangat mungkin terkena virus ini. Dari kejadian yang kini telah memakan ribuan korban itulah upaya dilakukan oleh pemerintah dengan mengikuti petunjuk medis untuk menginstruksikan kepada semua warga agar mematuhi berbagaimacam aturan berlaku. Aturan yang sudah diberlakukan di antaranya ialah: penerapan lockdown di berbagai negara, penerapan pembatasan berskala besar (PSBB) di berbagai wilayah, dilarang mengadakan kerumunan dengan jumlah besar, menyemprotkan disinfektan di berbagai sudut bangunan, rajin mencuci tangan dengan sabun, jaga jarak, dan menggunakan masker saat bepergian.
Demi memutus mata rantai penyebaran Covid-19 itu banyak dari masyarakat kita pun merespon kebijakan dari pemerintah tersebut dengan berbagai cara. Salah satunya dengan kebijakan sterilisasi antar wilayah. Mereka menutup beberapa akses jalan, membatasi waktu aktivitas di malam hari, menjadwal masyarakat untuk ronda malam serta penerapan jaga jarak lainya. Kebijakan tersebut tentu menghasilkan dua klaster besar yaitu kepatuhan dan pelanggaran. Salah satu hal mengapa hal itu terjadi alasan logisnya yaitu dengan masifnya kengeyelan beberapa warga yang melanggar kesepakatan itu. Diperparah lagi dengan kasus dilepaskanya nara pidana yang tentu meresahkan.
Keadaan yang telah merubah cara hidup ini tentu berdampak pada banyak hal mulai dari pendidikan, teknologi, budaya, sosial, politik hingga secara individual. Banyak juga pola-pola baru yang mulai termindset dalam perilaku masyarakat kita. Tentu jika membaca dan mendengar berita di media kita turut prihatin dengan munculnya berbagai macam kasus tidak manusiawi yang ada di masyarakat. Salah satu contoh kasus-kasus tersebut ialah saling curiga pada seseorang yang sakit, dikucilkanya penyintas Covid-19, bahkan sampai ada penolakan terhadap jenazah yang dinyatakan positif Covid-19.
Kasus-kasus tersebut kini menjadi konsumsi sehari-hari masyarakat. Akibatnya informasi media tersebut mengendap menjadi toksin yang dikonsumsi tubuh. Tidak hanya itu keadaan saat ini mengahantui pikiran yang menjadikan orang takut dan cemas. Mereka sebisa mungkin mencari cara untuk tetap tenang dan mencoba acuh terhadap masalah yang ada. Beberapa orang mencoba mengalihkan dunia yang menjenuhkan itu dengan mencari pemandangan di sekitar rumah, berkebun bersama anak, menggambar, menyanyi, bersepeda serta metode katarsis lainya.
Saat pandemi seperti sekarang ini sebenarnya masyarakat sedang mempraktekkan satu metode alamiah bernama merilekskan diri. Secara tidak sadar mereka sedang membawa rasa nyaman dalam diri walaupun keadaan serba tertekan. Mereka mengajak alam bawah sadar untuk tetap menikmati kondisi tubuh dengan keadaan di mana orang akan hidup bersama virus. Mereka sedang diuji (herd imunnity) supaya sistem imun dapat bekerja sesuai dengan suhu tubuh. Dalam makna lainya masyarakat tanpa sadar sedang menghipnosis dirinya sendiri. Menurut laman WebMD yang dilansir dari tirto.id, hipnoterapi adalah teknik terapi yang dilakukan untuk membuat seseorang rileks dan fokus, sehingga kesadaran untuk menerima sugesti menjadi meningkat. Dalam keadaan ini, ragam hal yang terjadi di sekitar orang tersebut akan terblokir sementara. Mereka jadi lebih mudah mengeksplorasi pikiran, perasaan, dan kenangan menyakitkan yang tersembunyi dari pikiran sadar.
Keadaan pandemi saat ini dalam sepekan mengalami flutuasi, saat di awal-awal baru merebak orang-orang ketakutan akan tertularnya virus. Lalu selanjutnya orang-orang ketakutan dengan media yang terus-menerus mengabarkan tentang angka positif dan kematian. Sehingga hal itu yang membuat kecemasan massal di masyarakat dan diperparah lagi dengan banyaknya kriminalitas karena napi dibebaskan oleh pemerintah. Menurut saya keadaan demikian memang tidak bisa dilawan, kita hanya perlu memfiltrasi sumber berita atau kasus dengan bijak. Selalu berpikir positis adalah salah satu kunci dalam menghadapi keadaan ini. Maka lebih lanjut perlulah bagi diri sendiri minimal untuk mengembangkan teknik hipnoterapi secara mandiri. Minimal kita dapat jernih berpikir bahwa keadaan apapun manusia adalah mahluk yang adaptif.
Secara psikologis minimal dengan teknik hipnoterapi yang di dalamnya terdapat meditasi, relaksasi, yoga bahkan dzikir setidaknya menjadi alternatif untuk kita semakin mawas diri bahwa keadaan alam memang sedang tidak bersahabat. Bisa saja keadaan ini salah satu upaya Tuhan untuk mengingatkan manusia agar menyeimbangkan lagi hubungan harmonis dengan alamNya. Manusia perlu mengevaluasi sudah sejauh mana ia memberlakukan alam dengan baik, sebab antara fungsi memelihara dan merusak manusia lebih condong ke merusak. Sehingga tak aneh jika Allah mengingatkan lewat firmanNya bahwa "telah tampak kerusakan di daratan dan lautan karena ulah tangan-tangan manusia".
Komentar
Posting Komentar