Woko Utoro
Saya sebenarnya sangat memperhatikan kondisi tubuh. Terlebih ketika gejala sakit sudah nampak saya sudah bersiap dengan beberapa obat. Sejak kecil saya terbiasa mengkonsumsi obat warung dan obat tradisional. Sehingga pilihan ngamar alias ke rumah sakit adalah tindakan terakhir. Selama ada yang murah dan cocok itu akan saya pilih.
Sejak awal sakit sudah seperti tradisi. Saya hanya minum beberapa obat penurun panas dan masuk angin. Setelah itu dibawa tidur dengan mengenakan jaket dan selimut. Insyaallah badan langsung berkeringat dan esoknya sudah mendingan. Tapi sakit kali ini berbeda. Di mana panas tinggi, batuk tak berhenti serta flu menyumbat hidung membuat perasaan menjadi cemas.
Saya hanya mengkhawatirkan jika sampai masuk rumah sakit. Bukan karena takut jarum suntik tapi lebih tepatnya tiada biaya. Maka selama masih tertangani oleh air degan dan jamu-jamuan saya tidak akan mau ke rumah sakit. Tapi lagi-lagi panas tak kunjung reda. Yang membuat saya bingung harus berbuat apa. Akhirnya dengan segala upaya saya pun menyerah.
Atas saran dari teman akhirnya saya pun diperiksa ke klinik terdekat. Sebenarnya saya sendiri sadar tentang penyakit ini. Akan tetapi apalah daya sepertinya saya memang membutuhkan obat yang lebih banyak kandungan vitamin nya. Selepas dari klinik saya pun mengkonsumsi obat tersebut. Alhamdulillah badan mulai membaik.
Badan pun sudah mulai berkeringat. Kepala sedikit lebih ringan dan batuk berangsur reda. Di sinilah salah satunya upaya untuk bisa sembuh. Maka apapun yang bisa dilakukan itu yang dipilih. Maka dari itu tidak terbayang ketika orang tua tahu jika anaknya sakit. Karena anak sakit adalah kondisi terendah orang tua. Oleh karena itu sebisa apapun kita harus merawat diri sendiri. Sebab sehat dan sakit kita sendiri yang tahu cara merawat dan apa obatnya. Setelah itu barulah serahkan pada dokter sebagai tindakan medis.
Bagaimanapun juga mengambil tindakan medis sangat diperlukan. Jangan sampai kita bertindak primitif. Karena berikhtiar mencari kesembuhan lebih penting dari sekadar optimis. Karena optimis saja tidak cukup sebab kita butuh wasilah untuk sembuh. Salah satu wasilah itu adalah dokter dan obat. Selebihnya adalah pikiran dan tekad kita sendiri. []
The Woks Institute|rumah peradaban 21/6/24
Komentar
Posting Komentar