Woks
Sudah jamak jika di sebuah lembaga pendidikan utamanya sekolah memiliki guru agama dan guru olahraga. Guru olahraga tentu membimbing siswa menjadi sehat jasmani serta mampu menentukan bakat dalam bidang olah jasmani tersebut. Sedangkan guru agama memastikan kemampuan peserta didik dalam bidang amaliyah ubudiyah termasuk kesehatan rohani.
Di sebuah sekolah biasanya hanya terdapat masing-masing satu guru agama dan olahraga. Atau sebaliknya jumlah guru agama lebih banyak karena sekolah agama misalnya. Sedangkan di sekolah umum (baca: nasional) keduanya memiliki porsi yang sama. Ketika jumlah guru agama lebih banyak apakah benar sekolah tengah mengalami hal yang gawat. Nyatanya tidak demikian.
Baik guru agama maupun guru olahraga nyatanya memiliki perannya tersendiri. Dua guru tersebut sejatinya sedang membangun sisi-sisi pada manusia dalam hal ini jasmani dan ruhani. Keduanya saling berkolaborasi untuk dapat mewujudkan manusia yang seutuhnya. Sebab dewasa ini banyak manusia yang tidak utuh alias rapuh.
Manusia yang hanya sehat fisiknya saja belum tentu sehat ruhaniyahnya. Begitu pula sebaliknya apakah ketika ruhani sehat fisik juga mengikutinya. Yang jelas di antara keduanya saling melengkapi. Jika orang Barat menyebut sehat adalah men sana in corpori sano (di dalam tubuhnya yang sehat terdapat jiwa yang kuat) sedangkan dalam Islam justru al aqlu salim fii jismi salim (akal yang sehat terdapat pada tubuh yang sehat). Keduanya memiliki tujuan yang sama akan tetapi titik tekan yang berbeda. Yang satu bahwa badan sehat dalam makna fisik akan berdampak pada kejiwaan (ruhani) sedangkan satu laginya mengatakan bahwa kejernihan berpikir hanya diperoleh ketika badan sehat. Bagaimana mungkin badan sakit dapat berpikir cemerlang?
Begitulah kiranya antara guru agama dan guru olahraga sebenarnya memiliki peran dan fungsinya tersendiri. Jangan sampai di antara keduanya justru saling membanggakan diri. Keduanya memang harus saling bersinergi untuk melahirkan manusia yang sehat jasmani dan rohani.[]
the woks institute l rumah peradaban 3/2/23
Komentar
Posting Komentar