Langsung ke konten utama

Keorganisasian dan Kemajuan






Woks

Alhamdulillah jum'at kemarin saya diberi kesempatan oleh teman-teman di DEMA FUAD UIN SATU Tulungagung untuk mengisi diklat keorganisasian. Acara tersebut diinisiasi oleh kepengurusan DEMA FUAD yang baru. Bertempat di rumah Mbak Rana Ringinpitu acara tersebut berjalan dengan lancar. Kebetulan saya adalah pemateri penutup dalam acara tersebut.

Dengan membawa tema "Memperkuat sinergisitas dan solidaritas dalam DEMA FUAD untuk FUAD maju" harapannya tentu membutuhkan semangat kebersamaan untuk mewujudkannya. Kata kuncinya adalah kemajuan dan bagaimana indikatornya hal itu yang saya bahas mendalam pada sebuah materi keorganisasian.

Karena keterbatasan waktu sebenarnya materi keorganisasian dibuat lebih awal sebelum sarasehan. Akan tetapi fakta di lapangan berkata lain materi keorganisasian justru sebagai penutup dan sebelumnya ada antropologi kampus, kajian literasi dan sarasehan. Singkat kata dalam materi saya menyampaikan banyak seputar pengalaman berorganisasi dan bagaimana menikmati proses berinteraksi bersama anggota lain. Saya memang menekankan bahwa organisasi itu adalah wadah berproses. Jadi organisasi itu bukan ghayah (tujuan) tapi wasilah (perantara) seseorang untuk mencapai tujuannya.

Kita bisa lihat bagaimana organisasi zaman dulu bergerak sesuai porosnya. Misalnya Sarekat Dagang Islam (SDI) menjadi Sarekat Islam yang jelas titik perjuangannya. Ada juga Budi Oetomo, Indische Partij, Muhammadiyah dan NU yang organisasi itu kita belajar akan arti perjuangan. Mereka sangat jelas dalam konsistensi menebar semangat pada anggotanya. Dari organisasi tersebut tentu terlihat betapa semangat gotong royong, pengorbanan dan tumpah darah menjadi satu. Akhirnya solidaritas membentuk soliditas yang bertujuan untuk kepentingan bersama.

Dalam sebuah organisasi para anggota tidak boleh memiliki rasa baper apalagi saling jegal. Semua komponen organisasi harus saling kerjasama. Sesuai dengan pengertian organisasi yaitu sebuah harmonisasi atas beberapa tanggungjawab demi mewujudkan tujuan bersama. Jadi organisasi itu adalah seni untuk bekerjasama dalam mewujudkan sesuatu.

Apa sebenarnya tujuan dan manfaat berorganisasi? tentu beragam jawab yang jelas organisasi bertujuan mendidik, mencetak manusia yang berjiwa kepemimpinan dan perkhidmatan. Selanjutnya organisasi memberikan manfaat berupa ilmu dan pengalaman yang tidak didapatkan dalam ruang-ruang kelas. Semua hal yang didapat dalam organisasi lebih mengarah pada laku sosial. Jika tujuannya baik maka arah juang pun akan baik. Tapi apakah ada organisasi yang tidak baik?

Selanjutnya kapan kita memulai berorganisasi dan mengapa harus organisasi? Menurut saya berorganisasi sejak seseorang merasa terpanggil untuk meneruskan perjuangan. Sejak saat itu berarti seseorang merasa perlu untuk bermanfaat bagi orang lain. Sekali lagi saya tekankan bahwa organisasi adalah wadah, kendaraan, jalan, jembatan yang menghantar anggotanya menuju sebuah tujuannya. Maka dari itu jangan ragu untuk mengikuti organisasi karena akan kaya manfaat.

Siapa yang berorganisasi dan bagaimana caranya? tentu kitalah yang berorganisasi. Jika tidak kita siapa lagi atau mau kapan lagi. Paling penting adalah bahwa ruh organisasi adalah kerjasama, gotong gorong, musyawarah dan saling mendukung satu sama lain. Dengan semua hal yang telah diasaskan dalam organisasi kita yakin akan ada kemajuan yang dapat diraih. Yang terpenting istiqomah dalam melakukan aktivitas di organisasi tersebut.[]

the woks institute l rumah peradaban 5/2/23

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde