Langsung ke konten utama

Memaknai Maulid Nabi Dengan Penuh Semangat

                      (Foto: doc penulis)

Woks

Dalam sebuah acara Majelis Dzikir wa Maulidurrasul saw dalam rangka penutupan Grebeg Mulud Keraton Kasepuhan Perdikan Majan KH Dr Abdul Rasyid dari Surabaya membeberkan makna maulid dan betapa pentingnya kita memperingatinya. Maulid setiap tahun selalu diperingati lalu apa positifnya bagi kehidupan ini. Mari kita simak pembahasanya.

Selama ini peringatan maulid masih saja diperdebatkan terutama soal dalil dan diperbolehkan atau tidaknya memperingati momen tersebut. Padahal sudah sangat jelas baik dalam Qur'an maupun hadits bahwa peringatan maulid sangat dianjurkan bahkan wajib. Walaupun secara eksplisit Nabi saw tidak memerintahkan untuk memperingati hari kelahiranya.

Sebelum jauh mari kita ingat sejenak perayaan maulid dan haul yang pastinya berbeda. Bahwa haul adalah peringatan kematian orang-orang sholeh sedangkan maulid adalah peringatan hari kelahiran Baginda Nabi Muhammad saw. Momen di mana maulid merupakan hari kelahiran manusia agung yang sejak awal pun sudah mulia sedangkan peringatan haul adalah momen melihat kebaikan seseorang pasca wafatnya. Orang-orang sholeh tersebut tidak semua bisa dilihat kemuliaannya sejak lahir sehingga hanya kematianlah yang dapat menjawab semuanya. Di dua waktu tersebut biasanya tidak jauh berbeda yaitu orang-orang akan membacakan manaqib atau riwayat hidup. Akan tetapi khusus maulid akan dibacakan kitab biografi kelahiran hingga wafatnya sang Nabi. Biasanya kitab yang paling mahsyur yaitu kitab maulid Syaraful Anam, Barjanzi, Dibai, Simtudurror, Ratibul Haddad, Ratibul Athas, Adh Dhayulami dan lainya.

Menurut KH Dr Abdul Rasyid orang-orang selalu mencibir mereka yang memperingati maulid adalah golongan yang tidak pernah mengerti arti cinta. Padahal jelas cinta tidak butuh alasan apalagi dalil. Sebab cinta adalah gejolak hati yang meronta ingin disatukan dengan yang dicinta. Kita memang sepakat bahwa maulid adalah pekerjaan bidah tapi bagi yang tidak sepakat tidak usah mencela. Cukup saja tidak setuju. Imam Suyuti juga berbendapat bahwa maulid adalah bid'ah akan tetapi bid'ah yang hasanah.

Ada beberapa poin yang perlu kita perhatian terkait perayaan maulid ini yaitu kita mengingat, diingatkan dan yang memiliki ingatan. Peringatan sampai saat ini menjadi kata yang istimewa, saking istimewanya ia selalu tersemat dalam beberapa momen perayaan seperti Tahun Baru Islam, Isra Mi'raj, Nuzulul Qur'an dan hari besar lainya. Bagi KH Dr Abdul Rasyid pertama, kita itu sedang mengingat betapa perjuangan Rasulullah SAW amatlah sangat berat sehingga peringatan maulid merupakan momentum untuk kita memetik uswah, menjadikanya semangat dan inspirasi. Ambil contoh orang yang selalu cinta dan mengingat Nabi SAW yaitu Presiden Soekarno. Saat Presiden Soekarno menunaikan ibadah haji yang pertama beliau di antar oleh beberapa rombongan dan bertemu dengan raja Abdul Aziz bin Saud. Pada saat di Madinah Presiden Soekarno bertanya kepada Raja Saud, "wahai tuan syeikh di mana makam Nabi Muhammad saw?" raja Saud pun memberi tahu, "itu di sana, percis di bawah kubah hijau (kubah al khadra) itu". Lalu Presiden Soekarno pun langsung mencopot semua atribut kebesaran pada pakaiannya bahkan beliau pun langsung duduk bersimpuh lantas berjalan dengan merangkak. Lalu raja Saud pun heran, "apa yang tuan lakukan?". Presiden Soekarno pun menjawab bahwa semua pangkat dan kebesaranya tak akan apa-apanya jika dibandingkan dengan beliau Nabi Muhammad saw manusia yang agung.

Suatu saat Presiden Soekarno sedang berada di Bandung untuk menghadiri Konferensi Asia Afrika (KAA) yang salah satu poin kesepakatanya yaitu tidak pro Barat atau Timur dalam hal ini Amerika dan Uni Soviet. Akan tetapi singkat cerita Presiden Soekarno dihubungi Perdana Mentri/ Presiden Uni Soviet Michael Gorbachev untuk datang ke negaranya, padahal Soekarno telah sepakat tentang Gerakan Non-blok. Namun apa yang terjadi ternyata Soekarno pernah dengar bahwa di Soviet (saat ini Uzbekistan) ada makam Imam Bukhari lalu beliau malah meminta untuk menemukan makam Imam Bukhari dan merenovasinya. Setelah ditemukan Soekarno pun langsung terbang ke Soviet selain menemui Perdana Mentri beliau juga ziarah ke makam pengarang Shohih Bukhari itu. 

Kedua, kita diingatkan soal perayaan maulid ini dari beberapa sejarah. Mungkin kita bertanya kapan perayaan maulid itu diperingati pertama kali sedangkan saat mengidentifikasi masa Khulafaur Rasyidin, masa Daulah (kekhalifan), masa Imam Madzhab pun belum ada. Hingga pada 488 H Paus Urbanus memerintahkan agar tentara Salib menguasai Baitul Maqdis yang jaminanya adalah surga. Akhirnya mereka pun menguasai tempat suci itu. Di Iraq Imam Sirri Asyaqati memerintahkan agar rakyat meneladani semangat Nabi Muhammad saw, melalui Abu Said al Kaukabani atau Raja Irbil beliau berhasil mendongkrak semangat rakyatnya. Tidak hanya itu Syeikh Nurudin Zanki penguasa Mesir pada saat itu yang pada akhirnya digantikan oleh Sultan Shalahuddin al Ayyubi juga menjadikan perayaan maulid nabi sebagai upaya menambah rasa semangat pasukannya. Dengan cinta Nabi lah ruh beliau terasa memberi motivasi besar dan dalam sejarah Yerusalem dan Baitul Maqdis dikuasi kaum muslimin.

Kecintaan pada Nabi pun juga tergambar jelas pada masa sahabat Bilal bin Rabah. Beliau tak lain adalah muadzin kesayangan Rasulullah. Saking cintanya, Bilal sampai tak kuasa menahan tangis dan rindu saat beliau diminta mengumandangkan adzan pasca wafatnya Rasulullah. Semua cerita tersebut hanya sebagian saja yang mahsyur kita dengar. Pastinya masih banyak kisah lainya di mana maulid nabi menjiwai gerak juang umat Islam dalam merajut cita-cita. Jika saat ini kemunduran pada umat Islam terjadi, bisa jadi semangat cinta nabi memang dalam keadaan loyo.

Ketiga, yaitu yang memiliki ingatan. Sebagai jamaah yang hadir dalam majelis maulid kita senantiasa bersyukur masih menjadi umat pilihan. Diberikan usia sekaligus ingatan bahwa perayaan ini bukan sekadar seremonial belaka tapi bentuk kecintaan. Ingatan itulah yang seharusnya menjadikan kita semakin banyak bersholawat kepada nabi. Sebab ciri-ciri orang mencintai yaitu selalu menyebut-nyebut yang dicintainya. Jika saat menjelang wafat nabi Muhammad berkata "ummati-ummati" lantas mengapa kita sukar untuk bersholawat kepada beliau. Sekelas pengarang kitab Riyadus Shalihin Imam Abu Zakaria bin Yahya bin Syaraf an-Nawawy ad-Dimasyqy (631-676 H) juga selalu banyak membaca shalawat kepada nabi. Lantas saat ini kita sebagai umat beliau pun harus juga banyak bersholawat kepada Nabi Muhammad saw. Hanya shalawat lah wasilah kita kepada Allah swt melalui syafaat Rasulullah kelak di akhirat nanti.

the woks institute l 19/11/20


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde