Langsung ke konten utama

Haul Muassis dan Sesepuh PP. Himmatus Salamah Srigading Tulungagung 2022




Woks

Demikian ini adalah teks sambutan lengkap yang disampaikan oleh Mas Woko Utoro dalam rangka haul muassis dan sesepuh PP. Himmatus Salamah Srigading Tulungagung. Acara ini diselenggarakan pada hari Sabtu, 11 Juni 2022 pukul 19:00 s/d selesai.

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله و الصلاة و السلام على رسول الله محمد ابن عبدالله لا حول ولاقوة الا بالله أما بعد

Yang sama-sama kita ta'dhimi Romo Kiai Sholeh dan keluarga selaku pengasuh PP. Himmatus Salamah Srigading Tulungagung.
Yang kami hormati dzuriyah H. Slamet, khususnya Al-Mukarramah Ibu Hj. Wiwik sekeluarga.
Yang kami hormati poro sesepuh yang telah berkenan hadir, khususnya Bapak H. Thoha, Bapak Imron, Bapak Sapuan dan semuanya.
Tak lupa pula kepada lurah pondok, seluruh jamaah, para santri, para alumni, tamu undangan yang telah memenuhi undangan kami. Kami haturkan terimakasih yang sebesar-besarnya, utamanya pondok-pondok sahabat se wilayah Plosokandang.
Yang kami ta'dhimi Romo KH. Abdul Kholiq selaku pengasuh PP. Mbah Dul Plosokandang yang kami tunggu dawuh-dawuhnya.
Serta kepada semuanya para hadirin yang berbahagia.

Puji syukur selalu senantiasa kita agungkan hanya kepada Allah SWT, yang mana atas segala rahmat hidayahnya kita semua dapat berkumpul di aula PPHS ini dalam keadaan sehat wal afiyat tanpa kurang suatu apapun.

Shalawat teriring salam semoga Allah melimpahkan curahkan kepada junjungan nabi agung Muhammad SAW. Kepada para keluarga, sahabat dan semoga selaku umatnya kita senantiasa setia terhadap ajarannya hingga akhir zaman dan selalu dinantikan syafaatnya.

Para bapak ibu serta jamaah yang berbahagia. Saya di sini tidak ingin menyampaikan sambutan panjang lebar. Saya hanya ingin menyampaikan beberapa hal saja yaitu 4 point.

Pertama, saya jadi panitia karena ditunjuk secara aklamasi oleh teman-teman dengan alasan saya paling tua. Di sisi lain saya juga katanya yang pernah bertemu shohibul haul. Jadi di sanalah saya pasrah atas rekomendasi teman-teman tersebut. Tapi pada akhirnya saya terima sebagai sebuah kepercayaan dan saya niatkan khidmah.

Kedua, hari ini juga bertepatan dengan haul ke-9 Al Habib Mundzir bin Fuad Al Musawa, seorang habib dan kekasih Allah yang terkenal dengan sebutan Sulthonul Qulub. Beliau telah meninggalkan jejak teladan pada kita semua. Pak Kaji tentu jika kita ingat bahwa beliau juga meninggalkan jejak kebaikan. Setiap saya main ke warung sekitar Plosokandang pasti saya ditanya, "tinggal di mana?". "Saya tinggal di pondoknya H. Slamet". "Woh itu beliaunya subhanallah, orangnya loman sanget".

Ingat pepatah bahwa macan mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan amal baik. Hal itulah yang ada di sosok Pak H. Slamet. Semoga kita bisa mengikuti jejak beliau.

Selanjutnya kita juga ingat pesan KH. Djamaluddin Ahmad dalam acara peringatan 6 hari seda-nya KH. Maemun Zubair beliau ngendikan bahwa waqila Abu Said Al Khudri dari Rasulullah SAW bahwa 1 di antara 5 orang yang dijamin masuk surga oleh Allah adalah mereka yang meninggal dalam perjalanan ke tanah suci. Karena meninggal di tanah suci itu tidak mudah dan tidak bisa diskenariokan. Semua hanya atas kehendak dari Allah SWT. Misalnya dulu Mbah Bisri Syansuri ketika di Mekah juga menginginkan wafat di sana akan tetapi kuasa Allah justru mewafatkan beliau di ndalemnya Jombang. Padahal sejak di Mekah Mbah Bisri sudah sakit dan memperpanjang durasi selama di sana.

Ketiga, saya berterima kasih atas nama panitia dengan segala kemurahan hati panjenengan semua. Terimakasih atas segala dukungannya baik moril maupun materil, tanpa panjenengan semua acara ini tidak mungkin terselenggara dengan baik.

Keempat, saya atas nama panitia memohon maaf apabila selama dari awal penyambutan, tempat hingga hidangan masih kurang berkenan di hati. Sekalinya semoga permohonan maaf kami diperkenankan di hati panjenengan. Semoga acara selanjutnya yang dihelat di PPHS ini terus berjalan lebih baik lagi.

Terimakasih demikian saja sambutan dari saya selaku perwakilan panitia haul. Semoga Allah memberikan keberkahannya pada kita semua yang hadir. Amiinn

والله الموّفق إلى أقوام الطريق
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde