Woks
Kemarin malam aku berkesempatan sowan untuk kedua kalinya ke ndalem KH. Abdul Kholiq yang ada di Plosokandang. Kebetulan di depan rumah beliau terdapat burung-burung yang bertengger di dalam sangkarnya selain itu beberapa ikan berenang dengan lihainya dalam akuarium. Aku langsung teringat untuk meneruskan cerita mengapa kiai harus memiliki hewan peliharaan edisi ke-2.
Jika melihat banyak hewan peliharaan di sekitar rumah aku langsung teringat bahwa sebagian masyarakat kita masih percaya akan nilai-nilai magis hingga sering disebut klenik. Hewan peliharaan tentu kita tahu seperti ikan, burung perkutut hingga kucing diyakini sebagai pembawa hoki. Tapi bagi kiai tentu soal hoki bukan seperti kepercayaan orang Tionghoa melainkan memiliki prinsip tersendiri sesuai dengan ajaran Islam. Yang jelas hewan peliharaan tak lain dapat berfungsi memohonkan istighfar jika si tuannya memperlakukan dengan baik. Karena ada kisah di mana seorang perempuan dilaknat karena memperlakukan kucing peliharaannya dengan semena-mena.
Selanjutnya aku mengingat bahwa keberadaan pesantren tidak setiap orang setuju. Artinya ada sebagian dari masyarakat yang menolak dengan keberadaan pesantren tersebut. Seperti sejarah awal didirikannya pondok pesantren pasti pengasuhnya akan gigih berjuang dalam membangun pondok tersebut alias babad alas. Misalnya Mbah Hasyim Asy'ari harus berhadapan dengan para bandar tebu dan jago tanding di daerah Pabrik Gula Tjukir, Mbah Chudori dengan preman Parto Tepus, Mbah Manaf dengan preman Bandar Kidul, Mbah As'ad Syamsul Arifin dengan preman Asembagus dll.
Tidak hanya saat pendiriannya ketika pondok sudah berdiri pun masih banyak masyarakat yang tidak suka dengan keberadaannya. Bahkan sering dijumpai mereka yang suka mengirimkan sesuatu ke areal pondok misalnya santet, teluh dan hal gaib lainnya. Maka dari itu kadang kiai pengasuh pondok sering memberi amalan keselamatan kepada para santrinya. Di sinilah peran hewan peliharaan berfungsi terutama di saat serangan gaib itu beraksi.
Hewan biasanya memiliki interaksi khusus dengan benda tak kasat mata. Seperti halnya ketika gunung akan meletus biasanya hewan menjadi pertanda akan datangnya sesuatu. Dalam persoalan gaib yang ingin mencelakai kiai tersebut biasanya hewanlah yang menjadi alarmnya bahkan tak sedikit hewan menjadi objek salah sasaran. Hewan akan paling sensitif dengan hal-hal yang ingin mencelakakan majikanya tersebut. Tentu dalam hal ini yang paling sering dijumpai adalah hewan anjing dan unggas. Hewan-hewan tersebut seolah memberi isyarat akan datangnya sesuatu.
Jika Tom Sanders mengistilahkan para kiai dengan the mountain maka hewan-hewan peliharaan sebagai entitas yang tak terpisahkan. Gunung dalam istilah Sanders adalah mereka yang kaya akan ilmu dan akhlak ketika gunung tersebut akan meletus, maka hewan-hewan itulah sebagai pemberi isyarah. Keberadaan hewan tersebut tak kalah pentingnya dimiliki kiai seperti awal yang telah dijelaskan yaitu sebagai sarana santri berkhidmat. Bahkan aku sering mengulangi topik bahwa di Madura itu jangankan orangnya, ayamnya saja NU.
Barangkali demikianlah kisah di mana hewan tidak bisa dipisahkan dalam hubungan sosial termasuk dengan kiai sebagai sosok utama pembimbing para santri. Hewan-hewan memiliki peranannya tersendiri tidak hanya sekadar pelengkap rumah akan tetapi bisa menjadi sahabat bagi berlangsungnya harmoni antar sesama mahluk Tuhan.
Baca juga catatan tentang hewan peliharaan dan kiai edisi 1 : http://wokolicious.blogspot.com/2020/11/mengapa-kiai-harus-punya-hewan.html
the woks institute l rumah peradaban 11/6/22
Komentar
Posting Komentar