Langsung ke konten utama

Laporan Kegiatan Pelatihan Menulis Esai dan Jurnal Ilmiah




Persiapan kegiatan pelatihan :

Pada acara pelantihan esai dan membuat jurnal ilmiah ini terbilang singkat. Akan tetapi walaupun demikian tidak mengurangi semangat para peserta yang mayoritas mahasiswa Genbi tersebut. Awalnya panitia mempersiapkan diri berupa pembuatan banner acara, persiapan air meniral, nasi kotak hingga transport pemateri.

Setelah semua dirasa cukup barulah panitia mempersiapkan acara yang bertempat di ruang AKS lantai 2 gedung KH. Saifuddin Zuhri tersebut. Lalu ketika LCD proyektor sudah siap dipakai barulah acara dimulai karena peserta pun sudah memenuhi ruangan.

Pembukaan : 

Acara ini dibuka oleh MC dengan membaca surah Al Fatihah dan diserahkan kepada Bapak Dr. H. Dede Nurrohman, M.Ag untuk memberikan sambutan. Dalam sambutannya beliau mengatakan bahwa kegiatan pelatihan seperti ini sangat perlu untuk diadakan. Lebih lagi kegiatan ini diinisiasi karena tugas pengabdian dosen di mana salah satu fungsi dosen selain mendidik, meneliti juga mengabdi.

Pada kesempatan itulah akhirnya kita mencuri start agar mahasiswa juga terampil dalam membuat esai dan menulis jurnal ilmiah. Beliau menegaskan bahwa dua jurnal milik FEBI yaitu An Nisbah dan Ar Rehla sangat potensial dalam mengembangkan keilmuan di bidang ekonomi Islam. Lebih lagi keilmuan seputar pariwisata syariah belum digarap dengan serius dan dari sinilah langkah itu dimulai. Harapannya tentu mahasiswa dan dosen bisa berperan aktif dalam memanfaatkan momen baik ini. Lebih lagi kita memiliki sumberdaya yang dapat mengembangkan potensi besar tersebut.

Penyampaian materi pelatihan (esai dan karya ilmiah) :

Mas Woko menjelaskan bahwa esai adalah tulisan atau karangan yang memuat opini penulis. Tentu esai itu terdiri atas esai populer dan esai ilmiah. Perbedaannya sederhana yaitu soal panjang pendeknya tulisan, memuat literatur serta gaya bahasa. Jika esai populer tentu ditulis secara deskriptif dan mengalir bahkan boleh mengandung unsur sastra.

Mas Woko juga menjelaskan sekilas bahwa esai memiliki struktur sederhana yaitu terdiri dari pendahuluan, isi dan penutup. Pendahuluan ditulis berdasar rumus dari umum ke khusus sedangkan di bagian penutup justru sebalik. Pada bagian ini Mas Woko tidak menjelaskan banyak hal karena waktu terbatas. Mas Woko juga memberikan pesan kepada peserta untuk rajin membaca dan rajin menulis. Dua kerajinan itulah yang dihasilkan bukan dari genetika sejak lahir tapi harus diusahakan sejak dini. Ingin memiliki kemampuan menulis esai tentu salah satunya harus rajin mencoba mengikuti perlombaan yang tujuannya tak lain untuk menambah jam terbang dan kualitas diri. Tidak hanya itu rajin juga membaca esai-esai para tokoh seperti Gunawan Muhamad, Gus Dur, Mahbub Djunaidi, Dawam Rahardjo, Syafi'i Ma'arif, Azumardi Azra, Okky Madasari dll agar memperkaya khazah pengetahuan.

Pada sesi kedua Pak Hada menjelaskan mengenai jurnal ilmiah serta bagaimana cara untuk mensubmit artikelnya di sana. Beliau yang alumnus dari UNAIR dan UGM tersebut tentu sangat piawai dalam menjelaskan seputar jurnal ini. Selain sebagai pengelola di Ar Rehla dan An Nisbah beliau juga seorang yang produktif menulis jurnal bahkan beberapa karya buku dihasilkan beliau. Beliau juga tercatat sebagai seorang yang pernah bekerja untuk kementerian PUPR.

Pak Hada menjelaskan seputar penulisan jurnal ilmiah pertama bagaimana menemukan topik. Caranya tentu tidaklah sulit kita cukup bersikap kritis dan mengambil jarak terhadap fenomena di masyarakat, membaca laporan terdahulu, membaca dan mengamati medsos, serta diskusi meminta saran orang yang lebih berpengalaman. Termasuk topik yang baik itu tentunya bermanfaat bagi masyarakat.

Kedua, membuat latar belakang yaitu terdiri atas gambaran umum, kondisi yang seharusnya terjadi, kondisi yang senyatanya, penegasan di antara kondisi tersebut dan penjelasan masalah (di dalamnya ada rumusan masalah). Untuk rumusan masalah yaitu terbagi menjadi deskriptif dan eksplanasi. Ketiga, pada baian teori seharusnya tidak sekadar digantungkan melainkan menjadi landasan pada tulisan, teori dan para ahli minimal 10 tahun terakhir, dikaitakan dengan topik dan menjadi dasar membangun hipotesis. Keempat, yaitu temuan dan analisis data. Lalu kesimpulan yaitu jawaban singkat dari rumusan masalah.

Proses saat latihan :

Pada saat latihan di dalam ruangan tersebut Mas Woks hanya memberi pesan bahwa menulis esai itu perlu pembiasaan. Diawali dengan banyak membaca dan tentu latihan menulis. Tidak lupa pula untuk rajin mengikuti serangkaian agenda seperti diskusi, kajian hingga lomba menulis. Melalui lomba menulis itulah yang justru akan menambah jam terbang kita dalam meningkatkan kualitas tulisan.

Pak Hada menambahkan bahwa tak kalah pentingnya adalah soal menentukan topik. Karena dewasa ini mahasiswa selalu kebingungan soal bagaimana memunculkan ide kreatif seputar penelitian. Kita masih banyak terjebak antara judul dan tema. Termasuk kesulitan dalam memunculkan inspirasi apa yang mau ditulis. Pak Hada mencoba merangsang peserta dengan memberikan pertanyaan bagaimana cara membuat judul yang baik serta menganalisis variabelnya. Tidak hanya itu Pak Hada juga memberikan tips bagaimana cara membuat latar belakang dengan melihat kondisi yang seharusnya terjadi, serta kondisi yang senyatanya. Hal itu beliau lontarkan pada peserta sejauhmana mereka bisa melihat contoh latar belakang yang baik.

Forum tanya jawab :

Pada acara pelantihan menulis esai dan jurnal ilmiah ini setidaknya ada 3 pertanyaan yang dilayangkan oleh peserta. Pertanyaan pertama untuk Pak Hada yaitu, "Apa pentingnya menulis jurnal serta benefit apa yang kita dapatkan dari menulis itu?"

Pak Hada : Jurnal itu sangat penting sekali. Dulu saya pernah bekerja di Kementerian PUPR di mana ketika akan melakukan pembangunan maka harus dilakukan riset lapangan terlebih dahulu. Seperti halnya bagaimana dampak pembangunan bagi ekonomi warga sekitar, bagaimana dengan lingkungan alamnya, kondisi sosial serta apa manfaat pembangunan tersebut bagi masyarakat dll. Dari sanalah akhirnya publikasi hasil riset tersebut sangat berpengaruh bagi kelangsungan pembangunan.

Keuntungan lain tentu seperti juga Bu Novi dan saya mendapat berkah dari jurnal. Selain meningkatkan great kualitas dosen saya juga diperhitungkan dalam mendapatkan beasiswa. Kita bisa dengan mudah mendapatkan fasilitas pendidikan dari pemerintah karena reputasi jurnal dan tulisan tersebut. Maka dari itu menulis adalah meningkatkan kualitas diri untuk bersaing sekaligus berkontribusi untuk pengetahuan.

Ibu Novi juga memberikan motivasi berupa dorongan pada peserta bahwa dengan pelatihan seperti ini kita bisa lebih unggul dari mahasiswa lainya lebih lagi anda sebagai penerima beasiswa BI. Beliau juga mendorong bagi peserta khususnya yang sudah mendapatkan keilmuan metodologi penelitian untuk terus diasah sejak dini agar nanti ketika memasuki fase skripsi maka tidak akan kaget. Justru kita akan lebih diuntungkan dengan adanya pelatihan ini.

Pertanyaan kedua untuk Pak Hada, "Bagaimana menilai artikel kita baik atau tidak dan bagaimana kriteri artikel yang diterima dan ditolak?"

Pak Hada : Yang jelas saya sebagai pengelola jurnal sangat tegas jika ada yang mengirim artikel tidak sesuai dengan topik maka sudah dipastikan langsung terblaclist. Karena kesesuaian topik adalah hal mutlak yang harus diperhatikan oleh para penulis jurnal. Selain itu diberlakukan juga tingkat akurasi berupa plagiasi minimal 20 persen saja, lebih dari itu pasti tidak akan diperhitungkan. Jadi untuk mempertimbangkan artikel tersebut dimuat atau tidak sebenarnya sangat mudah sekali. Jadi teruslah berlatih dan mencobalah terus jangan sampai bosan. Jangan lupa pula bedakan mana tulisan dengan corak populer seperti di esai yang disampaikan Mas Woko dengan tulisan ilmiah.

Pertanyaan ketiga untuk Mas Woko, "Bagaimana tips menulis esai serta membukukanya?"

Mas Woko : Pertama harus kita pahami bahwa menulis itu sebenarnya susah-susah gampang. Menulis karena bukan genetika bawaan sejak lahir mengharuskan kita untuk sering berlatih. Salah satu hal mutlak yang harus menjadi dasar menulis adalah dengan membaca. Karena bacaan itulah yang akan mempengaruhi sebagian besar tulisan kita. Tidak mungkin menghasilkan tulisan yang baik jika tidak didasari membaca yang kuat. Setelah semua usai barulah kita pelajari teori esai dengan rujukan para tokoh yang expert di bidangnya.

Jika menulis esai telah menjadi bagian dari keseharian maka membukukannya akan teramat mudah. Kebetulan buku saya kebanyakan merupakan hasil dari kumpulan esai. Setelah semua terkumpul dalam satu tema maka tinggal susun saja dan berikan kata pengantar, setelah itu barulah cari penerbit untuk menerbitkannya. Jadi menulis esai hingga menjadi buku sebenarnya mudah yang sulit itu adalah melakukan aktivitas yang kontinyu.

Rencana tindak lanjut :

Setelah acara ini usai barulah kesepakatan antara fasilitator dengan audien dalam hal ini mahasiswa. Mereka dibagi menjadi 2 kelompok yaitu untuk semester 6 dibebani tugas berupa membuat artikel jurnal. Sedangkan mereka yang semester 4 dibebani membuat esai ilmiah.

Rangkaian tugas tersebut diberi batasan waktu maksimal dua bulan. Rinciannya yaitu setiap pekanya diadakan mentoring dan konsultasi. Di pekan pertama peserta diminta untuk mencari topik pembahasan yang ingin diangkat. Setelah itu menyusun abstrak, membuat pendahuluan, membuat isi, mencari kajian terdahulu, mencari teori, mencari data mendalam, menganalisis, mengolah data, hingga memberikan kesimpulan.

Semoga saja kegiatan RTL tersebut dapat berjalan dengan baik dan dapat direalisasikan. Harapannya dengan RTL tersebut seluruh artikel jurnal para peserta dapat disubmit ke berbagai jurnal bereputasi serta bisa memberi khazanah pengetahuan bagi masyarakat. 

the woks institute l rumah 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde