Woks
Tiap tahun ketika maulid tiba hampir seluruh umat muslim dunia merayakan kelahiran sang penghulu alam. Setiap orang bergembira setiap alam berpuasa demi penghormati nabiNya. Bala bencana seakan berdiam diri tak menampakan suaranya. Maulid selalu ditunggu dan dinanti sejak lama. Semua orang masih setia dengan ajaranya.
Setiap maulid tiba orang-orang berlomba. Acara demi acara diselenggarakan dengan gegap gempita. Syair-syair pujian dibacakan di mana-mana. Masjid mushola penuh sesak jamaah. Segala macam hiasanya dan pernak-perniknya mempercantik suasana. Jajanan dan anak tak boleh dilupa bahkan petasan tahun baru ikut bergema. Entah seberapa senangnya orang-orang di bulan kelahiran sang nabi itu. Yang jelas maulid adalah puncak dari bulan kerinduan.
Faktor kerinduanlah barangkali merupakan daya dorong utama orang-orang memperingati hari lahir sang Baginda. Terutama di desa ragam ekspresi peringatan maulid sangatlah kaya. Orang-orang datang membawa takir, membawa jajanan, tumpeng, hingga membawa buah-buahan. Semua hasil panen bahkan bisa sangat mudah diserahkan.
Di hari maulid orang-orang memang tampak lebih bermurah, ringan tangan alias dermawan. Apa saja yang ada di rumah ketika mampu disumbangkan maka akan diberikan. Tanpa berpikir panjang semua hal bisa jadi suguhan. Persembahan demi acara maulid memang selalu digelorakan. Orang-orang selalu senang karena berharap syafaat. Rasanya tak sebanding dengan apa yang dicurahkan nabiNya jika hanya ditukar uang recehan atau jajanan pasar.
Tapi demikianlah faktanya bahwa hasrat memberi di hari maulid sangatlah kentara. Orang-orang di segala derita pun menghilangkan kedukaanya hanya untuk perayaan maulid. Katanya mempersembahkan sesuatu buat nabiNya adalah bagian dari terapi jiwa. Orang-orang merasa dekat lebih lagi yang selalu bershalawat, karena shalawat adalah hadiah sekaligus wasilah kita menghilangkan sekat dengan nabiNya.
Jika hasrat memberi dengan kerelaan hati dan segenap jiwa teraplikasikan dalam hal yang lebih luas tentulah segala macam problema akan teratasi. Artinya bahwa kecenderungan memberi tidak hanya sikap dan ruh akan tetapi menjadi bukti nyata bahwa masyarakat benar-benar mengamalkan ajaran nabi panutanya. Sehingga dengan begitu kita turut mengikis karakter buruk yaitu mental pengemis. Semoga saja dengan momen maulid kita tidak hanya sekadar merayakan akan tetapi juga mengamalkan kebaikan.
the woks institute l rumah peradaban 24/10/21
Komentar
Posting Komentar