Woks
Orang-orang menghinaku karena tak berguna. Jatuh lalu terbang tergeletak lalu terinjak hingga tak ternilai. Di hadapan sang kekasih akulah senandung yang tak pernah usai. Ahh dunia memang menyuguhkan semangkuk cobaan untuk selalu dilewati.
Saat aku berpisah dari pohon itu pertanda bahwa rindu harus berakhir sebab Tuhan tak mau ada rindu selain untuk Dia. Ehh Tuhan itu maha cemburu.
Kamu tahu bahwa shalatmu, puasamu, zakatmu semua hanya menerbangkan amalmu yang tak seberapa. Tapi cintamu kepadaNya justru mempersatukanmu. Semua tak akan ada artinya apa-apa dalam sebuah kecintaan. Cinta yang tak mengenal tanda titik.
Dalam perjalanan panjang itu angin berhembus menerbangkan cobaan ke setiap ranting kehidupan. Bahkan hujan yang deras mematahkan tangkai cita-cita. Maka sebelum musim berganti, kuatkanlah, teguhkanlah segala angan dan cita-cita. Jangan hiraukan badai menerpa, jangan iri dengan kebahagiaan semu. Teruslah berproses dan berkarya tiada henti. Percayalah esok daun muda akan hijau ranau di ujungnya.
Kehidupan memang kejam. Akar tak selamanya kuat menahan derasnya ujian. Kadang batang, tangkai yang menumbuhkan daun, buah dan bunga harus rela menerima takdir membusuk seketika. Belum lagi manusia pongah serakah bertebaran di mana-mana, menebar resah menanam bibit kebencian. Di tangan mereka pohon adalah benda mati yang terus dieksploitasi. Semua hanya demi kuasa dan berebut benar.
Kini saatnya kita kembali menengok kepada siapa akan kembali. Kecuali kepadaNya sang pemilik hidup. Kepada dzat yang mengerti isi hati tanpa harus membukanya. Ia adalah sang maha cinta. Yang kecintaanya pada hambanya melebihi apapun juga. Cinta tanpa syarat.
Komentar
Posting Komentar