Woks
Berkah inayah dan hidayah Allah, alhamdulillah semalam saya hadir kembali dalam acara mentoring menulis. Walaupun suasana mendung pasca hujan deras tapi tidak menyurutkan semangat santri untuk belajar menulis. Mas Aziz dan Mas Wahyu pun tak kalah enerjiknya karena keduanya sudah hadir lebih dulu untuk berbincang dengan santri.
Singkat kisah, acara pun langsung di bagi menjadi 3 kelompok dan kebetulan kelompok saya diberi nama "Tim Solid". Kami langsung menuju kelompok masing-masing untuk berbincang mengenai menulis dan membuat tulisan. Saya mengawali dengan menjelaskan sebuah web menulis nasional yang menjadi target tulisan santri tembus ke sana. Dalam sebuah web biasanya terdapat rubrik yang di sana perlu diperhatikan. Ada strategi khusus yang bisa dicatat karena di sana terdapat corak tersendiri. Setelah itu kami berlatih menentukan tema dan membuat judul tulisan.
Saya menjelaskan bahwa struktur esai dalam tulisan sangat sederhana yaitu terdiri atas judul, pendahuluan, isi dan penutup. Dari struktur itulah tugas seorang penulis untuk mengembangkannya. Mungkin bagi tahap pemula rasanya berat dan sulit akan tetapi jika sudah terbiasa akan menemukan aliran tersendiri. Menulis memang demikianlah butuh dipaksa karena tidak ada bayi lahir yang langsung pandai menulis.
Di tengah perbincangan itu salah seorang peserta bertanya bagaimana kisah saya mulai menulis dan mengapa kita harus berlelah-lelah menulis padahal menulis itu berpikir. Saya pun menceritakan singkat mengapa bergelut di dunia literasi secara umum. Awalnya saya iri dengan seorang teman tentu dia seorang yang menulis. Akhirnya saya berpikir apa yang dapat saya banggakan dan akhirnya menulis jawabannya.
Saya pun menjelaskan mengapa kita perlu menulis? karena menulis itu tanda bahwa manusia itu beradab. Karena ia merupakan produk berpikir maka sejatinya para penulis itu tengah bersyukur atas nikmat Allah berupa akal. Kita juga ingin berbagi dengan segala apa yang dimiliki salah satunya pengetahuan. Maka dari itu menulis adalah salah satu metode efektif untuk menyampaikan gagasan tersebut.
Di sesi penutup para mentor memberikan kesimpulan tersendiri yaitu Mas Aziz menekankan pada bagaimana menikmati proses dan jangan percaya bahwa menulis itu susah. Menulis itu mudah katanya. Mas Wahyu menekankan bahwa eksistensi menulis itu harus dimunculkan karena sejatinya kita bisa menulis. Sedangkan saya berpesan untuk rajin membaca dan berlatih menulis. Tanpa membaca tulisan tak ada isinya. Tanpa menulis bacaan hanya rangkaian kata tak berarti. Maka dari itu menulis adalah proses menanam dari hasil membaca.
the woks institute l rumah peradaban 17/11/22
Komentar
Posting Komentar