Woks
Hari guru tiba lagi entah ini disebut momentum perayaan atau renungan. Yang jelas peringatan hari apapun tujuannya hanya bersyukur atas apa yang telah diberikan dan introspeksi atas segala yang dilakukan. Termasuk guru hak dan kewajibannya apakah sudah ditunaikan.
Sejak dulu guru selalu dinisbatkan dengan lembaga yang mengawalnya baik itu dalam dunia formal maupun informal. Guru yang terikat dalam sistem kelembagaan pemerintah dan guru yang apa adanya tanpa terikat dengan apapun termasuk kurikulum yang kaku. Selama ini kita tahu bahwa satu hal yang hilang dari seorang guru yaitu keikhlasan. Faktor ini barangkali menjadi penentu keberhasilan peserta didik. Baik di dunia formal maupun di dunia non formal keikhlasan barangkali harus dimunculkan kembali.
Sudah lama seorang guru menjadi objek keteladanan sehingga pepatah "digugu dan ditiru" masih menjadi mantra utama. Akan tetapi beberapa kasus di mana guru ada yang berbuat tidak senonoh dalam dunia pendidikan maka rasanya pepatah itu berlawanan dengan "guru, wagu lan saru". Di sinilah pertentangan batin muncul di mana seorang guru memang harus satu visi antara apa yang diucapkan dan tindakan.
Menjadi guru di era modern memang berbeda dengan zaman konvensional. Saat ini guru selain mampu secara keilmuan, juga harus memahami teknologi serta mengetahui psikologis anak. Kata para ahli, guru kekinian tidak hanya dituntut mengurai pelajaran akan tetapi metode dan strategi penanganan tepat untuk anak. Guru memang berperan ganda, di satu sisi sebagai pendidik di sisi lain mereka teladan sebagai orang tua pengganti selama di sekolah.
Sangat tepat sekali ketika peringatan hari guru 2021 ini bertemakan "Bergerak Dengan Hati Pulihkan Pendidikan". Tema ini dirasa sangat relevan bahwa untuk menjadi seorang pendidik yang berhasil tentu memperlakukan sesuatu dengan hati. Karena sesuatu yang berasal dari hati akan kembali ke hati. Di tengah masifnya teknologi tentu hati diperlukan untuk mendeteksi bahwa saat ini kita justru diperbudak oleh teknologi sehingga kebaikan hati sudah tidak ada lagi. Dengan melihat kenyataan itu rasanya hati harus terus diasah agar ia tajam dan peka terhadap perubahan. Sekalipun begitu tetaplah hati yang menjadi pedoman di tengah rasa kemanusiaan yang mulai hilang.
*Selamat hari guru, semoga guru-guru selalu dalam lindunganNya dan diberikan keikhlasan dalam medan pengabdian.
the woks institute l rumah peradaban 25/11/21
Komentar
Posting Komentar