Woks
Anda pasti tahu bahwa gojlokan adalah istilah Jawa untuk sesuatu yang diobjekan. Gojlokan berarti ada objek yang dibuat personifikasi terkait sesuatu atau menjadi contoh agar terasa lebih dekat.
Tidak semua orang senang digojlok apalagi mereka yang selera humornya rendah pasti gojlokan akan selalu dianggap serius. Gojlokan tentu kita tahu sering terjadi dalam aktivitas keseharian. Tanpa di sadari hal itu justru akan membuat hubungan emosional terasa lebih dekat. Maka tidak salah jika orang sudah mengenal secara dalam gojlokan seperti apapun tak akan mempan alias tidak mudah baperan.
Ada orang yang justru semakin digojlok malah merasa bangga. Kebanggaan itulah barangkali tidak bisa dibeli dengan uang. Misalnya saja betapa bangganya Nuaiman seorang sahabat pemabuk yang sering saling menggojlok dengan Nabi Muhammad. Bahkan menantu beliau Sayyidina Ali sering gojlok nabi salah satunya ketika dalam sebuah majelis. Saat itu nabi dan Sayyidina Ali sedang makan kurma lalu biji kurma yang sudah dimakan diletakan di dekat nabi duduk. Lantas Sayyidina Ali berseru bahwa nabi ternyata makan kurmanya lahap sehingga habis banyak. Mendengar hal itu nabi tidak marah, beliau justru membalas gojlokan Ali bahwa yang membuat ini semua memang sebaik-baiknya orang pintar. Mendengar hal itu orang di sekitarnyapun tertawa.
Di era kekinian jika kita seorang muhibbin Gus Baha tentu akan paham siapa Kang Mustofa dan Kang Rukhin. Mereka berdua adalah objek gojlokan Gus Baha saat mengaji bahkan karena keseringan mereka akhirnya ikut terkenal. Lantas dengan gojlokan itu apakah mereka marah, nyatanya tidak. Mereka bahkan merasa sangat bangga dan merasa lebih diperhatikan daripada santri lainya.
Hal demikian pun tentu saya rasakan ketika menjadi objek gojlokan saat kuliah bersama Pak Abad Badruzzaman, Pak Nafis dan Pak Naim. Mereka adalah dosen UIN Tulungagung yang jika bertemu saya pasti selalu gemas tak tertahankan untuk membully. Akan tetapi saya merasa enjoy saya, nyaman dan senang. Maklum demikian lah jika orang sudah saling mengenal maka tak akan ada luka di antara kita bersama. Justru perasaan cinta akan terjalin sangat erat. Kata Gus Dur humor bisa mempersaudarakan semua yang bersitegang.
the woks institute l rumah peradaban 13/11/21
Komentar
Posting Komentar