Woks
Seperti kebanyakan orang Indonesia selalu senang dengan tradisi menebak-nebak keberuntungan. Tidak hanya hewan yang dilibatkan misalnya ketika menebak skor kemenangan suatu klub sepakbola dan lainya, angka pun juga tak kalah turut serta diperbincangkan. Soal angka masyarakat kita menyebutnya dengan "angka cantik". Entah indikator apa sehingga angka itu menjadi cantik, mungkinkah mereka bersolek.
Orang-orang menyebut angka cantik sebagai simbol hoki dalam tradisi Tionghoa setidaknya karena angka itu langka, berawal atau berakhiran sama atau diapit di antara keduanya. Angka itu juga mudah diingat bahkan sering dikaitkan dengan mitos tertentu. Angka memang tak pernah lepas dari tradisi hidup mati manusia. Sebagai bangsa yang tradisi dan budayanya kental angka selalu dilibatkan misalnya menentukan hari pernikahan, boyongan rumah, memulai usaha, hingga yang ironis memaksakan hari kelahiran anak.
Sejak dulu kita memang gila angka dan angka selalu menjadi tanda bahwa sesuatu pernah terjadi. Rangkaian sejarah selalu berkaitan dengan angka baik itu waktu, hari, bulan, dan tahun. Semua terangkum dalam kaleidoskop kehidupan. Apalagi saat ini teknologi membantu memulihkan daya ingat manusia yang mudah lupa diri. Angka-angka bersliweran menandakan waktu bahagia hingga duka datang silih berganti.
Bisa dibayangkan ketika kita berjumpa dengan angka 30 September, 25 Desember, 26 Desember, tahun 65, tahun 98, 12.12.12, 10 Muharram, pasti selalu membawa ingatan tersendiri. Tragedi duka, pilu tragis atau apapun itu menjadi ingatan kolektif yang setiap tanggal tersebut kita selalu membahasnya dengan monoton. Apalagi ciri masyarakat kita adalah latahan maka sering sekali mudah mengaitkan sesuatu dengan kepercayaan klenik dan lainya. Orang-orang nampak semangat jika sudah bicara topik takhayul, ramalan, feng shui, shio, nujum, astrologi atau dalam tradisi Jawa dikenal dengan neptu/neton.
Angka selama ini dan akan datang memang akan selalu jadi simbol akan sebuah makna filosofis yang terkandung di dalamnya. Ia tidak hanya kumpulan hitung dari 0 sampai tak terhingga akan tetapi sebuah ruang waktu yang penuh misteri. Saking misterinya angka memiliki makna magis tersendiri. Angka juga tidak sekadar numerik simbol konversi hitung tapi lebih dari itu yang selalu bersifat transenden. Misalnya saja menurut Mbah KH. Maemun Zubair bahwa di balik angka kemerdekaan Indonesia 17.8.45 juga sangat dalam maknanya dan tidak sembarang orang mampu merumuskan angka itu kecuali Dia yang Ahad, tiada awal dan akhir, tidak berbilang, tidak beranak lagi diperanakan, Dia Esa.
Sebenarnya angka dalam dimensi ruang waktu ini ingin mengajari kita bahwa dunia ciptaanNya ini tidak lahir dari ruang hampa. Semua mengandung ilmu dan pelajaran tersendiri bagi umat berpikiran. Sehingga dengan begitu manusia sebagai "hayawanu natiq" harus pandai-pandai menempatkan pikiran dan hati dalam jagat yang penuh hakikat ini. Masihkah kita meyakini akan yang untung, rugi, nahas dan lainya kecuali hanya Tuhanlah yang tahu akan semua itu.
the woks institute l rumah peradaban 12/12/21
Komentar
Posting Komentar