Langsung ke konten utama

Sarasehan TPT 2023





Woko Utoro

Acara sarasehan alumni Tasawuf Psikoterapi UIN SATU Tulungagung kembali digelar. Tahun berganti tahun alhamdulillah kita masih bisa bertemu dalam acara tersebut. Ya, Tasawuf Psikoterapi Training (TPT) merupakan agenda rutin yang dilaksanakan oleh HMPS TP. Agenda tersebut dalam rangka menyambut mahasiswa baru jurusan TP untuk lebih mengenal program studinya. Salah satu dari mata agenda di acara tersebut adalah sarasehan alumni.

Sarasehan adalah kegiatan di mana para alumni bisa menyapa secara langsung dengan mahasiswa baru. Ibarat kata sarasehan adalah wadah kecil untuk alumni dapat melaksanakan reuni. Di tengah kesibukan kerja dan mengurus keluarga barangkali sarasehan merupakan cara healing para alumni terhadap almamaternya. Kami bersyukur tentunya karena tahun ini TPT dihadiri oleh alumni tahun 2014-2020. Sebuah momen langka sekaligus mahal harganya.

TPT tahun 2023 ini bertempat di Swaloh Resort Pagerwojo atau sekitar 4 KM dari pusat kota Tulungagung. Acara sarasehan dilaksanakan di malam hari sekitar pukul 20:00 sampai 22:00. Acara sarasehan berisi talk show gayeng bersama alumni berkisah tentang nostalgia zaman kuliah di TP. Termasuk sharing, berbagi cerita pasca lulus kuliah. Acara ini juga berisi pesan kesan kepada semua bahwa jurusan ini berideologi "keluarga". Jadi namanya keluarga maka harus saling akur dan kompak.

Ketika kami tiba di sana teman-teman panitia menyambut dengan hangat. Hingga akhirnya acara dimulai dengan dipandu moderator. Banyak hal menarik dalam acara tersebut termasuk beberapa kekurangan yang hampir tiap tahun dilakukan seperti ketiadaan persiapan, kurangnya koordinasi, miskin konsep dan tidak adanya output. Walaupun begitu tetap saja alumni akan merasa bahagia ketika berada di tengah-tengah mereka.

Ada beberapa pesan dari para alumni yang saya catat di antaranya: kuliah di jurusan TP ini harus yakin dan percaya. Karena di jurusan apapun tanpa keyakinan tak akan bisa optimis menatap masa depan. Karena bagaimanapun juga jurusan hanya sebagai pengantar sedangkan masa depan ada dalam diri kita sendiri. Selanjutnya ideologi keluarga dan minoritas pada jurusan TP tak usah dipermasalahkan. Justru karena minoritas kita akan terus bergerak, berjuang dan terus belajar. Jangan mudah puas dengan hal yang sudah didapat. Teruskan dan kembangkan dengan memaksimalkan potensi diri.

Terakhir kita bisa memilih untuk unggul di bidang akademik, organisasi atau pemantapan skill. Karena kesemuanya harus dipilih dan dikuatkan sebagai bekal masa depan. Kesadaran akan hal itulah yang harus dibangun sejak dini. Terlebih jurusan TP tidak menyuguhkan orientasi kerja maka harus dirubah cara berpikirnya. Orientasi itulah yang juga akan menentukan nasib kita ke depan. Semua itu tidak hanya bertumpu pada jurusan akan tetapi pada apa yang kita upayakan. Jika semangat gigih menggapai cita-cita pasti akan sampai. Jangan lupa terus berproses dan nikmati semuanya di jurusan ini. #KTP2023

Akhirnya malam nan dingin itu menjadi hangat ketika para alumni di jamu di aula luas tersebut. Dengan sajian nasi goreng dan teh hangat menambah gizi kami sharing pengalaman. Tak lupa pula kepul asap rokok membentuk nuansa kesetiaan. Beberapa alumni pulang di malam itu. Tentu saya salut pada mereka di tengah kesibukan dan keluarga masih menyempatkan diri hadir dalam acara tersebut.

Karena waktu sudah malam saya dan Mbah Huda terpaksa menginap di sana. Dengan kasur empuk dan suasana sejuk kami pun pulang pagi. Sambil membawa nuansa sejuk dan damai kami pulang dengan cerita khas, semoga esok bisa bersua lagi.

the woks institute l rumah peradaban 11/9/23

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mahasiswa Tidak Mencatat?

Woko Utoro Sudah berulang kali saya menemukan di mana mahasiswa jarang mencatat. Utamanya ketika presentasi makalah di ruang online catatan akan sangat sukar ditemui. Parahnya lagi fenomena itu merebak baik dalam presentasi di kelas maupun forum seminasi ilmiah. Presentasi di ruang online tak ubahnya radio butut, tak didengarkan dan dibiarkan berlalu. Saya berhusnudzon jika catatan mahasiswa beralih dari buku ke note digital dalam gawai. Tapi apakah hal itu bisa dipercaya? tentu saya meragukannya. Beberapa kali saya tidak menjumpai jika mahasiswa mencatat apa yang seharusnya mereka butuhkan. Selama ini kita bisa mengamati bahwa catatan sudah tidak dianggap penting. Akibatnya selain tidak membaca mahasiswa juga minim mencatat dan lengkaplah sudah ketertinggalan kita soal pengetahuan. Saya menduga dan semoga saja ini tidak benar. Mengapa mahasiswa tidak mencatat padahal hampir seluruh kegiatan dan pelaporan dalam tugas kuliah selalu berkaitan erat dengan dunia tulis menulis. Tapi faktany

Kebudayaan Agraris Padi Digantung di Rumah

Woks Kebudayaan kita memang kaya baik budaya yang lahir dari peradaban pesisir, sungai ataupun petani. Kebudayaan agraris utamanya di Jawa dan Bali pasti tidak akan melupakan sosok Dwi Sri sebagai jelmaan atau simbol kesuburan. Nama ini selalu menjadi tokoh utama apalagi ketika musim tanam dan panen tiba. Dalam berbagai sumber termasuk cerita yang berkembang, orang-orang Jawa khususnya sangat menghormati tokoh Dwi Sri sebagai aktor lahirnya padi yang menjadi makanan pokok sehari-hari. Ia juga dipercaya sebagai penunggu daerah gunung dan bumi begitu juga dengan Nyai Roro Kidul penguasa lautan. Salah satunya tradisi yang sering kita jumpai yaitu budaya menggantungkan padi di atas dapur, depan pintu rumah dan lumbung padi. Tradisi ini tentu sudah berkembang sejak lama. Entah apa motifnya yang jelas orang-orang tua dulu begitu menghormati dan tidak melupakan nilai-nilai kearifan yang ada di dalamnya. Dalam bahasa Sunda, padi dikenal dengan nama “paparelean’ karena kakek nenek sangat bingun

Catatan Makrab bersama Mahasiswa Jabo

Bang Woks* Suatu saat di sesi wawancara TV, Bang Mandra pernah ditanya satu kata untuk mewakili orang Betawi. Beliau menjawab, orang Betawi itu "ceplas-ceplos". Apa yang dikatakan Bang Mandra sebagai salah seorang seniman Betawi tentu benar adanya. Hal itu pula yang saya temui ketika hadir di acara Makrab Komunitas Mahasiswa Jabodetabek. Komunitas Mahasiswa Jabodetabek atau biasa disebut Mahasiswa Jabo didirikan sekitar tahun 2018. Di antara orang-orang sepuh yang saya kenal yaitu Bang Heru, Depta, Luthfian, Qoni dan Ohang. Merekalah yang dalam pandangan sempit saya beberapa menjadi pionir atas berdirinya komunitas tersebut. Mereka menyebut perkumpulan tersebut dengan frasa "Persodaraan". Sebuah frasa yang khas Betawi banget. Memang jika kita dengar misalnya "ettdah, buju busyet, suwe banget lu, tong mau kemane, nyak babe pergi dulu, ncing bayar dulu gopek, gue mau ke Rawa Bebek, sombong amat lu, emang banda ngkong lu, udah gile lu ya, muke lu kayak salak Conde