Kopdar SPK ke-7 ini benar-benar luar biasa dan memang tidak biasa. Kali ini SPK atau komunitas menulis Sahabat Pena Kita bekerja sama dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI) mengadakan kopi daring (Kopdar) meminjam istilah Dr. Ngainun Naim. Acara tersebut menghadirkan pembicara Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara (Guru Besar UIN Jakarta) dan Gol A Gong atau Hendra Hendriana Haris pendiri Rumah Dunia yang sekaligus Duta Baca Nasional periode 2021-2025.
Kesempatan pertama sesepuh sekaligus pembina SPK Prof. Dr. KH. Imam Suprayogo memberikan sambutan bahwa menulis itu harus pakai hati karena dengan hati seseorang akan mudah menjelajah ke alam pikiran. Berbeda dengan hanya mengandalkan pikiran seseorang bisa mudah stres dan stug karena memikirkan banyak hal. Penulis juga harus siap dibaca, dikomentari dan dikritik oleh orang lain. Maka karena komunitas menulis yang mengatasnamakan sahabat harusnya kritik dan masukan jangan dianggap hal yang negatif justru itu cara bahwa komentator ingin berdialog dengan penulis. Tak kalah pentingnya, mari menjadi manusia yang bermanfaat lewat tulisan.
Danang Hidayatullah, S.H.I., M.M. selaku ketua IGI juga menegaskan khususnya kepada para guru untuk kembali giat dalam aktivitas baca tulis. Karena selama ini siswa dan guru justru tercerabut dari akarnya sebagai manusia pembelajar seutuhnya. Sebagai seorang alumnus teater beliau pun memberikan kesadaran pada kita, beliau mengutip Budayawan Putu Wijaya bahwa bukan bagaimana menulis, apa tema yang ditulis lebih penting adalah kapan mau menulis. Pertanyaan retoris itu tentu perlu seorang guru jawab apalagi di era digital seperti saat ini. Lewat tulisan itulah seharusnya kita mampu melakukan iron mental artinya tulisan berfungsi sebagai daya gedor agar semakin banyak orang yang bergairah dalam membaca.
Setelah sambutan tersebut barulah acara inti dimulai. Acara yang dipandu oleh Ibu Hibatun Wafiroh, M.Pd tersebut tentu sangat menarik di awal karena Prof. Mulyadhi berkesempatan mengisinya dengan segudang pengalaman beliau. Pengalaman yang berawal dari sekadar mencatat di buku harian sampai kepada menerbitkan buku di penerbit nasional semua dikupas tuntas. Menurut beliau menulis adalah cara-cara kerja kejujuran. Dengan menulis itulah seseorang akan jujur bersama hati dan pikiranya. Menulis dengan hati dan pikiran itulah sesungguhnya menjadikan seseorang menulis tanpa beban. Yang perlu digarisbawahi yaitu menulislah karena hati, sebab menulis tanpa tendensius alias murni dari hati adalah pengetahuan orisinil dan otentik.
Selanjutnya sesi kedua disampaikan oleh penulis kondang "Balada Si Roy" Om Gol A Gong yang kini didaulat sebagai Duta Baca Nasional menggantikan Najwa Shihab. Beliau memaparkan materi dan kisahnya dengan penuh letupan semangat. Katanya dengan begitu orang-orang akan bergairah, ikut larut dalam suasana sehingga materi akan tersampaikan. Jika bicara tentang menulis tentu peran guru dan masyarakat sangatlah penting sehingga dengan upaya gigih dalam berliterasi berarti seseorang ikut membantu pemerintah dalam meningkatkan mutu sumberdaya manusia. Beliau juga memberikan pesan agar menjadikan menulis sebagai jalan pengabdian.
Akhirnya webinar dengan tema "Menjadi Writerpreneur Antara Peluang dan Tantangan" tersebut berakhir dengan penuh khidmat dan ditutup do'a oleh KH. Masruri Abdul Muhit. Semoga pasca webinar yang luar biasa ini semua peserta yang dihadiri tidak kurang dari 120 tersebut dapat menyerap ilmu dan menebarkan benih inspirasinya kepada setiap orang. Karena menjadi bermanfaat itu baik.
the woks institute l rumah peradaban 8/8/21
Komentar
Posting Komentar