Woks
Ketika seseorang duduk dalam khusyuknya berdzikir tak terasa putaran tasbih terhenti dan membuat orang itu tertidur. Tetiba dalam lelapnya tidur sepotong do'a terbang dari langit mendekat lantas berkata, "aku datang kepada mu menyampaikan sebuah pesan rindu". Lalu orang itu bertanya, "rindu dari siapa engkau?". Kata si do'a itu menjawab, " ini rindu dari seseorang yang telah lama menyukaimu".
Suara kokok ayam dan adzan silih berganti saling bersahutan. Orang itu pun bangun dengan pandangan yang tajam. Sambil membawa setumpuk pertanyaan do'a siapa semalam sehingga membuatnya penasaran. Katanya do'a semacam itu sering ia jumpai dan berbagaimacam jenisnya. Terutama do'a dari orang tua begitu terasa sekali. Ia hanya tahu arti dari do'a itu ketika dulu ustadznya sering bercerita perihal kejadian yang sama baik itu do'a orang tua maupun lainya.
Kata sang ustadz kejadian mimpi dan do'a memang tidak bisa dielakan. Barangkali itu pertanda atau isyarat langit bahwa sesuatu akan terjadi. Entah berapa persen efektivitas mimpi dan do'a di alam nyata. Yang jelas hal itu berkaitan dengan hal yang ada di sekeliling kita. Lalu orang itu pun mencoba mencari tahu tentang do'a yang terbang semalam itu. Barangkali sekadar melegitimasi kegundahan hatinya.
Selepas shubuh ia bergegas mencari buku untuk dibaca, mencari video ceramah, hingga bertanya pada orang mengenai pengalamannya itu. Baginya perihal do'a ini adalah satu dari isyarat yang sulit dipecahkan. Dalam bacaanya ia menemukan bahwa epistemologi doa harus memenuhi syarat berupa suci hati, mengucap syukur kepada Tuhan, berwasilah kepada Nabi Muhammad, menyampaikan maksud dan ditutup dengan sholawat kembali. Lantas bagaimana pun do'a bisa bercengkrama seperti surat cinta tapi tak bertuan.
Ia pun kembali teringat dawuh ustadznya tempo hari bahwa do'a yang dipanjatkan di waktu tertentu akan nampak maqbul dan ijabah. Waktu-waktu tersebut di antaranya, antara adzan dan iqomah, antara dua khotbah, hingga sepertiga malam. Mungkin begitulah kiranya do'a di sepertiga malam mengetuk hati orang yang sedang dilanda kerinduan. Identifikasi tersebut barangkali menjadi awal pesan dan do'a bisa diartikulasikan dengan gamblang.
Akhirnya ia pun kembali berdzikir sambil berharap do'anya tersampaikan kepada si pengirim. Do'a-do'a tersebut memang nampak hidup ia terbang ke mana saja yang dituju bahkan lebih canggih dari teknologi. Do'a saling berdialog bertukar rasa satu sama lain sedangkan teknologi masih bisa dibohongi. Barangkali demikian do'a mengandung optimisme bahwa antara si pendo'a sama-sama saling memiliki harapan. Do'a bukan masalah dikabulkan atau tidaknya tapi soal kekhusyukan jiwa serta konsistensi pendo'a untuk terus dekat dengan penciptanya.
Do'a memang cara atau senjata paling ampuh ketika seseorang telah kehilangan harapan. Lewat do'a lah ia tetap di jalan ketetapan hati dan penjagaan jiwa. Dengan do'a berarti ia hanya berharap akan terus berkomunikasi kepada sang pencipta hidup bahwa apapun permasalahan akan terselesaikan. Hingga akhirnya ia sadar bahwa do'a yang datang saat itu adalah lewat seseorang yang hampir tiap malam mengetuk pintu langit bermunajat memantapkan hati dan pikiran untuk ia yang tersayang.
the woks institute l rumah peradaban 23/8/21
Luarbiasa kang...🙏🙏
BalasHapusBiasa di luar wkwkw
BalasHapus