Woks
Sebelum atau sesudah pandemi kemiskinan justru merupakan masalah yang tak kunjung teratasi bahkan sampai pemerintah mengimpor beras dari negeri tetangga dengan alasan harga lebih terjangkau. Akan tetapi dampaknya di negeri sendiri harga barang jasa menjadi tidak stabil. Inflasi juga memperburuk perekonomian belum lagi kurs rupiah terhadap dolar terus saja melemah. Persoalan demikian tentu hanya segelintir orang yang paham sedangkan masyarakat kecil tak tau menau.
Sebenarnya kemiskinan digambarkan dengan ketidakberdayaan hidup secara materiil. Kaum papa, lemah dan selalu hidup kekurangan. Banyak orang yang iba dan menjadi objek pemberian. Mungkin gambaran tersebut hanya dilihat secara dhohir alias fisik akan tetapi jika secara batin Islam punya banyak definisi. Menurut Islam orang yang miskin bisa karena ketidakpunyaan akan harta akan tetapi Tuhan justru mengapresiasi bahwa kemiskinan sesungguhnya terletak pada hati. Jadi siapa saja yang memiliki kebaikan hati walau ia serba kekurangan maka ia termasuk orang kaya. Bukankah perintah bersedekah itu tidak ketika mapan alias berkecukupan melainkan saat engkau kekurangan sekalipun.
Ada lagi bahwa miskin itu ketika seseorang bodoh dan tak berilmu sekalipun ia kaya maka tetap dikatakan miskin. Atau yang tak memiliki perasaan, tak berbelaskasihan, tak berperikemanusiaan itu juga kategori miskin hati. Jadi sebenarnya siapa saja berpotensi menyandang gelar orang miskin, tinggal di posisi mana mereka bertempat. Orang kaya yang masih membutuhkan harta sana-sini atau korupsi itu juga kategori orang miskin.
Soal kemiskinan sebenarnya agama telah memberi ruang yang sama antara si kaya dan si miskin. Mereka sama di hadapan Tuhan karena ketakwaanya. Bahkan kaya dan miskin sesungguhnya hanya karena rahmatnya Allah. Adanya si miskin karena memang Tuhan maha kaya dan agar mereka terus bersabar sedangkan adanya si kaya agar mereka tetap bersyukur karena pemberian Nya. Bagaimana pun keadaan toh semua hanya gambaran agar seseorang terus belajar bahwa di posisi manapun kehidupan hanya sawang sinawang.
Semua hal dalam hidup tak lain karena rahmatnya yang luas. Mari kita mengingat kisah Sulaiman Alaihissalam, seorang nabi sekaligus raja. Suatu ketika Nabi Sulaiman meminta izin kepada Allah untuk memberi makan mahluk hidup yang ada di sekitar lingkungannya. Kata Allah engkau tak akan mampu Sulaiman sedangkan semua urusan itu sangatlah mudah bagiKu. Akan tetapi akhirnya Allah mengizinkan Nabi Sulaiman untuk merealisasikan keinginannya. Ternyata benar saja ketika makanan terkumpul dalam sebuah lapangan luas tiba-tiba seekor Ikan Nun (konon spesies ikan ini yang juga menelan Nabi Yunus AS) memakan habis makanan itu dan ikan tersebut masih belum kenyang hingga akhirnya Nabi Sulaiman bertaubat mengakui kelemahanya di hadapan Allah. Bayangkan hal itu baru satu mahluk, belum mahluk lainya sungguh pekerjaan itu sangatlah mudah bagi Allah.
Maka dari itu kemiskinan hanya gambaran di mana ia memiliki durasi. Kapan saatnya orang kaya bisa saja dengan mudah menjadi miskin karena misalnya bangkrut seketika. Atau si miskin yang kaya mendadak karena mendapat hadiah dan lainya. Semua bisa saja terjadi sehingga perlulah seseorang memperhatikan bahwa dari kedua posisi itu adalah bagaimana agar seseorang bisa lebih dekat denganNya. Harta, kaya miskin justru menjadi wasilah seseorang berjalan ke jalanNya. Jika tidak memilih keduanya maka justru kekayaan dan kemiskinan bisa menjadi fitnah agar manusia terjerembab ke jurang kenistaan.
the woks institute l rumah peradaban 4/8/21
Komentar
Posting Komentar