Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2024

Krisis Keteladanan Itu Menyedihkan

Woko Utoro Krisis multidimensi sudah menjalar lama di negeri ini. Pukulan tersebut makin kentara ketika setiap orang berebut benar di media sosial. Belum lagi public figure baik artis maupun yang bertengger di parlemen tidak cukup mumpuni dalam memberikan keteladanan. Mereka masih sibuk dengan kemewahan dan memainkan bola panas, intrik politik kepentingan. Belum lagi keadaan di masyarakat juga tak pernah usai menyisakan hal pilu di dada. Kasus-kasus kriminalitas, asusila, tawuran, korupsi, hingga pembunuhan menjadi hal biasa. Dari itulah makin hari bangsa ini melunturkan ciri khasnya sebagai negeri damai dan ramah. Menurut Mbah Nun salah satu faktornya karena bangsa ini tidak mampu ngempet (menahan) nafsu dan sibuk berlomba dalam kebenaran bukan kebaikan. Lantas mengapa krisis keteladanan bisa terjadi dan siapa mesti disalahkan? Sederhana saja bahwa krisis keteladanan bukan karena makin sedikitnya tokoh yang berkarakter dan berintegritas. Akan tetapi justru makin banyaknya masyarakat y

Musim Pemilu

Woko Utoro Memilih pemimpin musiman setiap 5 tahun sekali adalah bagian dari demokrasi di Indonesia. Akan tetapi hingga hari ini kita belum juga mendapatkan pemimpin ideal sesuai harapan rakyat. Tapi apakah kita yakin pemimpin itu yang dikehendaki rakyat. Rasanya belum. Karena bagaimanapun juga pemimpin adalah cerminan rakyat itu sendiri. Kata KH Afifuddin Muhajir pemimpin itu kriterianya 2 pertama, ia tahu tugas dan fungsinya. Kedua, ia tahu bagaimana menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Jika seorang pemimpin tidak mengerti dan tidak tahu cara menjalankan roda kepemimpinan nya. Maka pemimpin tersebut tidak layak untuk dipilih. Jadi pemimpin itu harus punya basis kecerdasan dalam mengelola, benar dalam keputusan, amanah dalam tugas, dan memiliki kearifan. Lantas bagaimana kita bisa menemukan pemimpin yang sesuai dengan kehendak rakyat. Sederhana saja, kita kembalikan lagi kondisi rakyat itu sendiri. Bagaimana pun juga orang memilih pemimpin memiliki kriteria. Misalnya yang memi

Berziarah: Memungut Kembali Spirit Perjuangan

Woko Utoro Saya tidak tahu banyak mengapa orang gemar berziarah. Dalam konteks ini tentu ziarah ke makam orang-orang suci atau yang dikeramatkan. Sesempit yang saya tahu ziarah bertujuan ngalap berkah, ingat mati dan mengambil spirit perjuangan. Yang jelas ziarah tidak sekadar momen berkunjung melainkan sebuah aktivitas ruhani melibatkan semua indera dan perasaan. Orang rela berjalan jauh, kepanasan, kehujanan hingga berdesakan semua demi ziarah. Tempat-tempat tertentu menjadi favorit seperti Makam Mbah Ampel Surabaya, Mbah Kalijaga Demak, hingga Muria dan Gunungjati di Cirebon. Semua berjalan demi melihat pusara sang wali dari dekat. Ketika tiba di sana perasaan campur aduk bekerja secara alamiah. Karena suasana sudah berbeda dan aura memang tak pernah bohong. Di tempat orang suci mengalir energi besar mengantar, memusat kepada Tuhan. Al Qur'an menjelaskan bahwa para wali Allah memang masih hidup. Siapa mengira mereka sudah mati? tidak. Mereka hanya mati jasadnya. Tapi ruhnya suda

Manjing Sajroning Manah

Woko Utoro Anda tahu mengapa kadang ada orang yang mudah tergores hatinya ketika mendengar lantunan nada atau lagu yang sendu. Bukan karena hati pernah tersakiti tapi lebih kepada hati yang lembut. Hati lembut itulah akan muncul ketika kondisi seseorang dalam keadaan tenang. Mereka benar-benar menikmati kondisi yang kini sedang dirasakan. Baik itu rasa yang tidak memihak maupun sebuah keberuntungan. Kondisi demikian bisa kita lihat saat sesi akhir di majelis sholawat maupun konser musik perpisahan. Kondisi itu sengaja diciptakan agar audien atau jama'ah mengenali perasaannya. Misalnya Gus Ali Gondrong Mafia Sholawat menyebutnya proses manjing. Atau sebuah proses memasukkan cahaya ketuhanan lewat aliran lagu. Mafia biasanya memakai lagu yang disertai puisi Jawa. Sedangkan dalam pagelaran Maiyah Mbah Nun juga sering memasukkan syair Hasbunallah Wa Ni'mal Wakil dll. Di segmen akhir Ngaji ST, Gus Iqdam juga mengajak jama'ah nya untuk beristighfar seraya melantunkan syair i'

Jika Maka Aku

Woko Utoro Jika yang hitam dianggap kotor lantas apakah putih selalu bersih. Jika gelap disebut hina lantas mengapa Tuhan mencipta malam. Bukankah malam adalah siang yang gelap. Sedangkan siang adalah malam yang terlambat. Jika yang miskin dianggap tak punya lantas apakah kaya selalu merasa cukup. Jika pinggiran disebut kaum lemah mengapa Tuhan mencipta mereka. Bukankah pinggiran adalah penopang pertengahan. Sedangkan pertengahan adalah pinggiran yang beruntung. Jika yang bodoh dianggap tak mengerti lantas apakah pintar selalu dihargai. Jika kegagalan disebut payah lantas mengapa Tuhan mencipta harapan. Bukankah keberhasilan selalu diawali kegagalan. Sedangkan kegagalan adalah keberhasilan yang ditawan. Jika yang spontan dianggap tak bermodal lantas apakah manajer dianggap tersohor. Jika kesunyian disebut tiada lantas mengapa Tuhan mencipta popularitas. Bukankah semangat dikenal tersembunyi di balik sunyi sepi. Sedangkan kesunyian adalah kebersamaan. Semua tanya itu tak akan menyediaka

Ujian Orang Menimba Ilmu

Woko Utoro Dalam pengajian Kitab Ta'lim Muta'alim Abah Sholeh menyampaikan fasal tentang kesungguhan dan kemantapan bercita-cita luhur. Walaupun fasal tersebut sudah bolak-balik dijelaskan atau bahkan kitab karya Syeikh Jarnuzi juga sudah sering khatam tapi selalu banyak hal yang baru saya ketahui. Mungkin itulah keistimewaan ilmu walaupun ribuan kali didengar tapi selalu ada hikmah baru yang terselip.  Dalam fasal ke 5 tersebut beliau menjelaskan bahwa ujian orang menimba ilmu itu berat di antaranya : istikamah. Anda pasti tahu orang istikamah itu hadiah nya bukan hewan ternak, makanan enak atau kendaraan tapi kemuliaan. Karena memang istikamah itu lebih utama daripada keramat. Pantaslah jika orang ingin berhasil maka kunci utamanya adalah bersungguh-sungguh dan kontinu alias istikamah.  Sesuai keterangan dalam Kitab Ta'lim Muta'alim beliau juga menjelaskan syair Imam Syafi'i bahwa ujian orang menimba ilmu harus rekasa alias bersusah-payah dan prihatin. Serupa rumu

Barisan Patah Hati

Woko Utoro Dulu ketika Buya Nurshamad Kamba (alm) berkunjung ke IAIN (sekarang UIN SATU TA) beliau pernah berkata pada kami bahwa salah satu cobaan anak muda adalah kasmaran dan patah hati. Tapi tidak usah khawatir ketika misalnya patah hati sering dialami. Kata beliau, "Tak usah risau patah hati adalah cara untuk mengerti rasa sakit". Buya Kamba juga mengutip petuah Rumi bahwa patah hati adalah kondisi di mana cahaya memasuki ruang hati mu. Fenomena patah hati tak usah disesali. Justru patah hati disyukuri. Meminjam bahasa Lord Didi Kempot, patah hati mending dijogeti. Salah satu momen patah hati tentu tidak melulu soal penolakan, tapi juga kegagalan atau ketidakberuntungan. Tapi tetap tenang yang patah hati tak akan pernah sendiri. Soal penolakan misalnya, dulu sebelum diangkat jadi nabi, Rasullullah SAW pernah nembak alias mengungkapkan perasaan kepada perempuan bernama Ummu Hani. Dan di luar dugaan cinta Rasulullah SAW tersebut ditolak dengan alasan sudah dijodohkan. Bahk

Barisan Patah Hati

Woko Utoro Dulu ketika Buya Nurshamad Kamba (alm) berkunjung ke IAIN (sekaran UIN SATU TA) beliau pernah berkata pada kami bahwa salah satu cobaan anak muda adalah kasmaran dan patah hati. Tapi tidak usah khawatir ketika misalnya patah hati sering dialami. Kata beliau, "Tak usah risau patah hati adalah cara untuk mengerti rasa sakit". Buya Kamba juga mengutip petuah Rumi bahwa patah hati adalah kondisi di mana cahaya memasuki ruang hati mu. Fenomena patah hati tak usah disesali. Justru patah hati disyukuri. Meminjam bahasa Lord Didi Kempot, patah hati mending dijogeti. Salah satu momen patah hati tentu tidak melulu soal penolakan, tapi juga kegagalan atau ketidakberuntungan. Tapi tetap tenang yang patah hati tak akan pernah sendiri. Soal penolakan misalnya, dulu sebelum diangkat jadi nabi, Rasullullah SAW pernah nembak alias mengungkapkan perasaan kepada perempuan bernama Ummu Hani. Dan di luar dugaan cinta Rasulullah SAW tersebut ditolak dengan alasan sudah dijodohkan. Bahka

Varian Cinta

Woko Utoro Serupa es krim, cinta pun memiliki banyak varian. Bukan tentang rasa tapi mengenai segala bentuk dari ekspresi cinta. Saking banyaknya ragam cinta orang sampai terkecoh antara mencintai atau hanya sekadar tipu-tipu. Tapi bagaimana pun itu kita memang harus tahu apa itu cinta dan seperti apa macamnya. Kata para bijak cinta adalah luapan emosi yang tertuang dalam berbagai ekspresi positif dan kuat. Sedangkan menurut Imam Ghazali, cinta adalah ungkapan ketertarikan pada sesuatu yang dianggap lezat. Berkaitan dengan itu maka cinta jangan dipahami sekadar menyukai lawan jenis melainkan bersifat universal. Kata pepatah Arab, bahwa memberikan pengorbanan adalah cinta. Merasa khawatir dan resah pada seseorang juga cinta. Menerima dengan lapang kenyataan pahit juga cinta. Mencurahkan perhatian juga bentuk cinta. Takut terhadap sesuatu juga bisa dikatakan cinta. Bertahan atas segala ketidakpastian juga cinta. Mendengar atau menampung keluh kesah juga cinta. Berusaha membahagiakan juga

Catatan Teristimewa: Lailatus Sholawat PPHS 2024

Woko Utoro Nampaknya catatan ini subjektif, akan tetapi saya bisa memastikan ada banyak perasaan yang sama bermuara pada sjroning roso. Ya, perhelatan Lailatus Sholawat PPHS tahun ini nampaknya terasa begitu berbeda. Ada beberapa hal yang membuatnya teristimewa. Pertama, desain panggung sederhana dan menghadap ke selatan. Desain dianggap lebih ideal dari tahun lalu karena nampak luas dan memiliki kesan elegan. Kedua, pesan Abah begitu menyentuh bahwa tiap tahun kita diundang hadir dalam acara sholawat hakikatnya Rasulullah SAW lah yang mengundang kita. Salah satunya karena faktor roso, bahasa beliau manjing rasane. Jika rasa sudah merasuk ke jiwa lantas tak ada lagi keraguan. Kata beliau orang kalau fokus menghidupi agamanya Allah tidak usah khawatir semua akan diberi kemudahan. Ketiga, secara kuantitas kegiatan Lailatus Sholawat mengalami peningkatan. Misalnya tim hadrah yang tampil jumlahnya lebih dari target panitia. Sehingga dari hal itu bisa menambah semangat untuk terus memupuk p

Milad 3 Perkumpulan Guru TPQ Kortan Kauman

Woko Utoro Tidak terasa 3 tahun lamanya saya mengikuti kegiatan pertemuan guru TPQ kecamatan Kauman. Waktu yang terbilang cukup untuk berproses dalam panjangnya perjalanan. Hingga hari ini saya pun masih tetap dengan kegiatan Ahad legi tersebut. Kebetulan pada hari Ahad kemarin (15/9/24) saya berkesempatan mengikuti kembali salah satu kegiatan menarik yaitu Milad 3 bersama dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW dan Memeriahkan Hari Kemerdekaan RI 79. Adapun agenda utama adalah tahlil, milad dan lomba-lomba. Acara ini bertempat di Madrasah Miftahul Huda (MMH) Mojosari. Biasanya lomba diikuti para santri. Kali ini tentu diikuti oleh dewan asatidz. Jadi bisa dibayangkan keseruan dan kelucuan yang terjadi saat lomba. Mata lomba yang disajikan adalah estafet karet, estafet bola, dan kekompakan kesamaan kebalikan. Menurut Bu Mala, salah satu koordinator lomba sengaja membuat lomba kekompakan dengan tujuan saling membangun kerjasama dan chemistry antar sesama guru TPQ. Setelah acara ini u

Muludan bersama KH Mahrus Maryani PPHM Ngunut

Woko Utoro Alhamdulillah momen yang jarang terjadi kami bisa tampil di acara maulidan. Kebetulan acara tersebut diselenggarakan oleh Ta'mir Masjid Al Amir milik Pesantren Al Azhaar di Ringinpitu. Pada acara tersebut kami sempat ketar-ketir karena tim hadrah tidak dalam formasi lengkap. Akan tetapi karena ada bantuan dari beberapa teman tim pun bisa teratasi. Acara kali ini adalah sholawatan plus membaca Maulid Diba', Ratibul Haddad dan Dzikir Jama'i. Sedangkan yang memberi tausiah adalah KH Mahrus Maryani, pengasuh PPHM Sunan Pandanaran Ngunut Tulungagung. Singkat kisah setelah pembacaan maulid selesai acara pun dilanjutkan dengan mauidoh hasanah. KH Mahrus Maryani menjelaskan bahwa momentum kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW adalah bentuk nikmat terbesar dari Allah yang diturunkan buat umat. Sehingga momen tersebut harus disyukuri dan tidak sekadar diperingati. Hal yang patut disyukuri adalah karena Rasulullah SAW telah mengajarkan agama, ilmu kehidupan dan petunjuk hidup

Ojo Dibanding-bandingke

Woko Utoro Dalam Majelis Maulid Habsyi pada peringatan Haul KH. Abdul Hamid bin Abdullah Umar, Gus Baha menjelaskan sebuah topik menarik perihal Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Topik tersebut berkaitan dengan kebiasaan orang-orang sering membandingkan salah satunya terkena pada Nabi Muhammad SAW. Aktivitas membandingkan ternyata sudah ada sejak lama. Yaitu umat terdahulu yang sering bertanya, "Apa keistimewaan nabi mu". Pertanyaan tersebut berkaitan dengan mukjizat yang tersemat ke setiap nabi. Misalnya mukjizat Nabi Musa bisa membelah lautan atau tongkat menjadi ular dianggap luar biasa dari nabi lainnya. Juga mukjizat Nabi Isa dianggap luar biasa karena dapat menghidupkan orang mati. Lantas bagaimana dengan mukjizat Nabi Muhammad SAW? Pertanyaan tersebut diajukan karena orang-orang penasaran akan mukjizat yang bersifat luar biasa pada Nabi Muhammad SAW seperti nabi lainnya. Selain jawaban al Qur'an tentu mukjizat lain sering ditanyakan. Gus Baha menjelaskan 2 hal bahwa Rasul

Terdesak

Woko Utoro Kata orang resep agar pikiran cemerlang adalah dengan terus berlatih. Tapi ada cara lain yang lebih natural yaitu dengan terdesak. Ya, terdesak adalah satu kondisi yang sebelumnya tidak pernah kita duga. Terdesak membuat seseorang berhadapan dengan ketidakmungkinan. Terdesak memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu secara spontanitas. Tapi dengan terdesak segala daya pikir dan daya fisik dikerahkan secara langsung, saat itu juga. Rerata para seniman melahirkan karya-karya justru dalam keadaan yang tak pernah mereka persiapkan. Dengan spontanitas itulah karya natural dapat terlahir. Memang sesuatu itu jika tak diduga-duga akan terasa nikmat. Sebab secara psikologis di sana terdapat unsur kejut alias surprise. Suatu kondisi yang setiap orang absen dari prediksi. Dalam hal apapun terdesak memang membuat seseorang menjadi dewasa. Misalnya saat uang sudah menipis seseorang wajib bekerja keras, memutar otak bagaimana bisa mendapat uang. Akhirnya di kondisi tersebut orang cenderun

Asyiknya Menjadi Juri Kompetisi Esai

Woko Utoro Beberapa bulan lalu saya diminta menjadi juri kompetisi esai dalam rangka Milad Formasik ke-13. Tawaran tersebut tentu bukan kali pertama melainkan ketiga ini. Saya jadi berpikir apakah tidak ada juri lain selain saya haha. Tapi baiklah, panitia tentu memiliki penilaian sendiri mengapa memilih saya. Seperti saat lalu saya menjadi juri tidak sendiri melainkan bersama Ibu Titik Dwi Ramthi dan Bapak Arista Nur Rizki keduanya adalah dosen Tadris Bahasa Indonesia UIN SATU Tulungagung. Kami diminta panitia untuk mengkurasi setidaknya 26 esai yang terkumpul. Dengan ketentuan orisinilitas, argumentasi, kesesuaian tema dan struktur tulisan. Di sinilah asyiknya menjadi juri yaitu dapat membaca karya-karya peserta dengan segala gagasannya. Dari sana akhirnya kita mendapat banyak inspirasi yang bisa dikembangkan dalam bentuk lain misalnya jurnal atau esai populer. Sayangnya dari berbagai karya peserta tersebut masih banyak kekurangan. Karya yang ditulis oleh mahasiswa UIN SATU Tulungagu

Meriahnya Bazar Kemerdekaan Desa Plosokandang 2024

Woko Utoro Tiap tahun Desa Plosokandang tak pernah absen membuat acara keren salah satunya bazar rakyat. Setelah beberapa waktu lalu sukses dengan karnaval kini bazar pun tak kalah meriahnya. Semua acara tersebut masih dalam satu paket yaitu peringatan 79 tahun kemerdekaan RI.  Yang membedakan bazar tahun ini dan tahun lalu adalah posisi panggung utama yang menghadap ke timur. Sedangkan tahun lalu menghadap ke selatan. Adapun tampilan, kreasi dan sajian stand bazar tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi ketika kita datang ke sana suasana khas sudah terasa. Apalagi ketika berkunjung ke stand makanan tradisional. Suasananya terasa begitu tempo dulu.  Yang unik tentu kreasi stand bazar dengan segala hiasannya. Mereka benar-benar telah mempersiapkan sejak lama. Misalnya ada yang membuat dari anyaman bambu hingga bentuk miniatur khas kemerdekaan. Para pedagang pun tak mau kalah ada yang menjual pernak-pernik wayang hingga segala jenis makanan sea food.  Kebetulan saya dan t

Tentang Rindu Tentang Kamu

Woko Utoro Entah ketika musim rindu tiba apakah orang-orang merasakan hal yang sama. Yaitu merasakan perihal kedalaman batin yang tidak bisa dijelaskan. Nampaknya pasti akan selalu berbeda. Sebab kerinduan adalah aktivitas ruhani bawaan sejak lahir. Ketika rindu tiba ungkapan dan ekspresi adalah media penjelas walaupun bersifat subjektif.  Orang merindu dapat dilihat dari gerak-geriknya. Kerlip bola mata yang mudah nanar, tangis hingga tawa. Wajah yang sering merona, sendu dan muram durja. Atau bibir yang tersenyum, cemberut hingga lepas tanda. Semua mengandung makna tersendiri bagi yang selalu memperhatikan. Hingga lewat perasaan adalah frekuensi utama aura perindu bisa dibaca.  Rindu memang memasuki dimensi batin. Sekalipun ragam ekspresi dapat dibaca tapi perindu bersifat ekslusif. Hanya mereka dan objek yang dirindukan yang mampu merasakan. Tapi kadang rindu itu unik. Rindu itu tidak bisa ditebak dan aneh. Karena memang sering merindu akan sesuatu yang tiba-tiba datang begitu saja.

Perjalanan

Woko Utoro Dalam setiap perjalanan kita akan disuguhkan beragam macam pesona atau pelajaran. Pesona tentu berkaitan dengan keindahan dan estetika pembangunan. Sedangkan pelajaran terdiri dari ujian, cobaan sampai musibah. Dalam perjalanan semua hal itu tak pernah diketahui. Bagi seorang pejalan semua dalam hidup pasti sudah ditentukan. Sejak dulu perjalanan menyuguhkan pilihan. Misalnya jalan panjang, jalan setapak, jalan trabas hingga jalan tol. Semua memiliki fungsi tersendiri untuk menuntun pejalan ke tempat tujuan. Soal waktu misalnya lama atau sebentar hanya bergantung kendaraan dan kondisi jalan. Semakin baik kendaraan dan kondisi jalan jarak tempuh akan makin pendek. Demikian sebaliknya kondisi jalan serta medan tempuh yang macet membuat pejalan makin lama sampai tujuan. Inti dari semua itu bukan cepat atau lambat. Tapi efisiensi waktu dan keselamatan. Dalam asas perjalanan keselamatan adalah hal utama. Berbeda dengan kaidah balapan, kecepatan dan ketepatan adalah kunci kemenang

Pesan Menggugah Jiwa Paus Fransiskus

Woko Utoro Beberapa hari lalu pemimpin tertinggi Agama Katolik Roma Vatikan berkunjung ke Indonesia. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari perjalanan Apostolik Sri Paus ke Asia Pasifik. Indonesia beruntung menjadi negara pertama yang dikunjungi Pope atau bapa suci bagi umat Katolik tersebut. Terakhir Indonesia dikunjungi pemimpin tertinggi Vatikan tersebut pada 1970 (Paus Paulus VI) dan 1989 (Paus Yohanes Paulus II). Di 2024 ini Sri Paus Fransiskus datang untuk melawat keragaman di Indonesia. Sri Paus mengunjungi Istana Merdeka, Masjid Istiqlal, Katedral Jakarta dan Misa Akbar di GBK. Dari kunjungan Sri Paus tersebut ada yang berharga bagi bangsa ini yaitu pesan-pesannya. Dikutip dari Kompas, Sri Paus setidaknya menitipkan pesan luar biasa selain pesan perdamaian antar bangsa-bangsa Selain itu Sri Paus juga memberi pesan lain di antaranya: pertama, kita harus selalu menebar kasih dan mengedepankan dialog. Pesan tersebut tentu sama seperti misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi a

Melawan Ketakutan

Woko Utoro Dalam al Qur'an penyakit manusia itu ada 2 yaitu skeptis alias ragu dan was-was alias ketakutan. Perihal penyakit kedua ini telah menjangkiti banyak kalangan. Terutama ketika dihadapkan dengan hal-hal bersifat misteri. Maka dari itu tidak salah jika hal-hal berkaitan dengan misteri masuk ke dalam rukun iman ke 5 & 6, iman pada hari akhir dan iman pada qada qadar. Sebagai mahluk basyariyah alias mahluk biologis rasa takut mungkin hal wajar. Tapi menjadi masalah ketika rasa takut yang berlebihan. Anak muda mungkin sering menyebut, insecure sampai paranoid.  Dalam ilmu psikologi ketakutan terjadi karena adanya respon negatif berupa bayang-bayang akibat tekanan, kegelapan, kesendirian dll yang disalurkan lewat otak. Ketakutan juga dapat terjadi akibat  omongan orang yang ter-internalisasi melalui pikiran. Awalnya hanya sebatas omongan lalu mengendap menjadi kebiasaan dan lambat laun berubah jadi penyakit. Dampak dari ketakutan memang luas biasa. Orang yang takut tidak s

Percik-percik Hikmah Filsuf Altekos

Woko Utoro Suatu hari saya bertemu filsuf Altekos. Seorang filsuf berkacamata paling legendaris. Kami bertemu secara tidak sengaja. Maklum saja filsuf Altekos menjalani hidup yang sulit ditebak. Kadang ia mudah menghilang, datang, pergi sesuka hati. Akan tetapi walau begitu tidak diragukan lagi petuah hidupnya melampaui zamannya. Filsuf yang berasal dari Prameozes itu sudah melewati banyak sesi kehidupan. Ia memang tak pernah alpa dari hiruk-pikuk kehidupan tapi memilih menepi mengasingkan diri. Kita tahu filsuf Altekos selalu mendalami ilmu teologi dan sains politik di studi club Palazakariozes. Ohh iya filsuf Altekos ini tidak sezaman dengan Plato, Aristoteles atau Socrates. Ia juga bukan saudara Driyarkara, Karlina Supeli apalagi Yuval Noah Harari. Altekos ya tetap Altekos, ia legendaris di Galaka. Ia mengabdi secara sembunyi untuk negara yang dicintai. Langsung saja ini adalah buah pikiran filsuf Altekos yang sempat saya catat dalam pertemuan singkat itu. Pertama, dalam segala hal

Merindu Lagi

Woko Utoro Selain cinta ada harta terpendam dalam batin berupa rindu. Kata rindu selalu disenandungkan dalam lagu atau disematkan lewat puisi. Padahal rindu itu gestur yang dapat dilihat dari kerlip bola mata atau dirasakan lewat aura. Para perindu biasanya menunjukkan sikap teduh dan penghayatan mendalam pada segmen kehidupan. Mereka cenderung ingin berbagi kebahagiaan sekecil apapun. Karena bagi perindu pertemuan bukan tentang esok tapi tentang kemarin dan hari ini. Bayangkan orang yang merindu kekasihnya tak pernah merasa sendiri sekalipun ditinggal pergi. Yang selalu jauh pun demikian selalu merasa dekat walaupun jarak memisahkan. Karena bagi perindu sendiri atau bersama itu sama saja. Sama-sama nikmat dan hangat. Bagi perindu jarak hanyalah angka alias ukuran sedangkan perasaan tak akan terukur. Bicara rindu bicara hati. Bicara tentang muara dari segala perasaan. Maka ada pepatah dalamnya laut masih bisa diukur tapi dalamnya hati tak bisa diukur. Sehingga rasa rindu ibarat api sel

Berbagi Kebahagiaan di Panti Asuhan

Woko Utoro Beberapa hari lalu saya diajak Mas Roni untuk mengisi di Panti Asuhan (LKSA) Aisyiyah Sembung Tulungagung. Kebetulan Mas Roni juga dimintai menggantikan Mas Novel karena ada aktivitas lain. Dari itu akhirnya kami pun bersedia untuk berbagi ke sana. Waktu yang cukup padat dan kegiatan yang mendadak kami pun sedikit kewalahan. Tapi akhirnya kami bisa mengkondisikan untuk acara esok hari. Tepat di hari Minggu setelah semalam kami mempersiapkan materi akhirnya tiba juga di sana. Tapi ada yang unik yaitu ketika kami ke sana ternyata panitia tidak lebih dulu dari narasumber. Akhirnya kami pun balik lagi bukan karena ingin pulang melainkan mencari kamar mandi. Pada saat itu Mas Roni kebelet dan seperti selepas makan pedas. Kami pun mencari masjid terdekat dan langsung nongkrong di sana. Saya sih sempat pesan kata seorang guru jika mampir di masjid jangan sekadar nongkrong tetapi melakukan aktivitas ibadah misalnya shalat tahiyatul masjid atau dhuha. Jadi supaya ada bedanya antara

Kemarahan Bapak

Woko Utoro Untuk ke sekian kalinya bapak marah pada saya. Jarang sekali momen ini saya temui. Entah seperti apa saya sudah menghitung bapak beberapa kali memarahi saya. Kali ini marahnya serius karena perihal kehidupan. Tentu kemarahan bapak sangat mendasar. Saya pun tidak bisa lari dari itu. Tapi saya pun tidak bisa menyalahkan diri sendiri. Intinya semua memiliki akar permasalahan yang tak bisa saling menyalahkan. Dulu bapak memarahi saya karena gegabah mendatangi rumah seorang perempuan di Kediri. Entah apa yang merasuki pikiran saya dengan peristiwa itu. Peristiwa di mana ingin ta'aruf dengan menemui orang tua si gadis. Padahal pada saat itu pekerjaan saya masih belepotan. Tapi okelah di sini saya mengaku salah. Dan semua hanya emosi sesaat. Benar saja di sini kami menemukan kegagalan. Jika dilihat di momen ini sangat receh sekali atas apa yang saya ambil. Akhirnya saya pun belajar dari peristiwa tersebut. Yang menjadi stabilo tentu sikap gegabah dan mudah dipengaruhi orang lai

Legacy 3

Woko Utoro Setiap orang setuju jika harta benda adalah warisan berharga. Tidak salah. Tapi tidak sedikit pula warisan harta benda membuat seseorang terlena. Ada banyak kasus di mana orang saling menggugat jika di hadapkan dengan perkara ini. Bahkan lebih ironis lagi seorang anak rela memperkarakan orang tuanya akibat rebutan harta warisan. Sejak dulu jika bicara harta benda memang selalu tak berkesudahan. Berbeda dengan ilmu dan akhlak. Nampaknya sejak awal kita sering keliru jika ilmu, relasi pertemanan atau hubungan yang baik juga merupakan rezeki. Sehingga warisan itu tidak melulu soal uang. Nampaknya sejak awal perdebatan kita tak akan berujung jika membenturkan ilmu dan harta. Orang pasti setuju bahwa untuk mendapatkan harta tentu harus punya ilmu. Begitu pula orang berilmu pasti membutuhkan harta. Jadi intinya bukan mana lebih dulu atau mana lebih utama. Tapi lebih tepatnya mana yang mampu menuntun pada arti sejahtera hingga bahagia. Ada orang tak berharta tapi kaya ilmu hingga d

Legacy 2

Woko Utoro Saya pernah ditanya apa legacy atau warisan terbaik dalam hidup. Tentu jawaban tersebut beragam. Semua tergantung dari sudut pandang mana yang digunakan. Bagi pemerintahan kebijakan berupa peraturan perundangan-undangan dan pembangunan adalah warisan terbaik bagi rakyatnya. Bagi pengusaha warisan terbaik untuk keluarga bisa jadi aset dan harta. Bagi para aktivis warisan terbaik adalah jejaring dan api semangat. Bagi seorang guru warisan terbaik adalah ilmu dan keteladanan. Termasuk bagi orang tua terhadap anaknya adalah pendidikan, doa dan kebijaksanaan. Semua warisan tersebut akan bernilai tergantung dari sudut mana kita menilai. Bagi orang yang memiliki kecenderungan materialis kapitalis tentu warisan terbaik adalah sesuatu yang bernilai uang. Bagi kalangan pragmatis keuntungan adalah warisan. Menurut kalangan ini untuk apa mewarisi jika tidak untung. Hal itu akan bertolak belakang bagi kalangan sosial futuristis bahwa warisan terbaik adalah ilmu dan akhlak. Karena ilmu ta

Legacy

Woko Utoro Saya tidak tahu hingga bertanya sejak kapan legacy atau warisan kepemimpinan berpusat pada pembangunan dalam arti fisik. Pembangunan pada gedung, jembatan, jalan, waduk hingga bandara menjadi tolok ukur keberhasilan. Oke mungkin hal itu sangat bisa ternilai karena memang bukti fisik lebih riil. Pembangunan fisik memang lebih mudah ditangkap sebagai keberhasilan. Tapi sebenarnya ada yang tak kalah penting dari legacy utama yaitu pembangunan sumberdaya manusia. Sebelum jauh saya pun bertanya apakah legacy itu dipengaruhi oleh corak politik yang berlaku. Misalnya legacy era Bung Karno yaitu Tri Sakti atau daulat politik, berdikari ekonomi dan kepribadian budaya. Era Soeharto yaitu Trilogi Pembangunan yaitu stabilitas nasional, pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Hingga era Jokowi legacy yang awalnya Nawacita, Revolusi Mental justru berakhir dengan pembangunan besar-besaran termasuk proyek trans Jawa, trans Papua hingga IKN. Lantas legacy non-pembangunan apa bisa kit