Woko Utoro
Nampaknya catatan ini subjektif, akan tetapi saya bisa memastikan ada banyak perasaan yang sama bermuara pada sjroning roso. Ya, perhelatan Lailatus Sholawat PPHS tahun ini nampaknya terasa begitu berbeda. Ada beberapa hal yang membuatnya teristimewa.
Pertama, desain panggung sederhana dan menghadap ke selatan. Desain dianggap lebih ideal dari tahun lalu karena nampak luas dan memiliki kesan elegan.
Kedua, pesan Abah begitu menyentuh bahwa tiap tahun kita diundang hadir dalam acara sholawat hakikatnya Rasulullah SAW lah yang mengundang kita. Salah satunya karena faktor roso, bahasa beliau manjing rasane. Jika rasa sudah merasuk ke jiwa lantas tak ada lagi keraguan. Kata beliau orang kalau fokus menghidupi agamanya Allah tidak usah khawatir semua akan diberi kemudahan.
Ketiga, secara kuantitas kegiatan Lailatus Sholawat mengalami peningkatan. Misalnya tim hadrah yang tampil jumlahnya lebih dari target panitia. Sehingga dari hal itu bisa menambah semangat untuk terus memupuk persaudaraan, persatuan antar pondok dan kekompakan sebagai sesama santri.
Keempat, sajian talaman yang disediakan panitia ternyata cukup. Awalnya kami sempat ketar-ketir jika sampai kekurangan talaman. Akan tetapi ternyata talaman pas dan habis. Kami sempat husnudzan karena sajian makanan mungkin terasa enak sehingga bisa habis.
Kelima, keberkahan begitu terasa dengan adanya donasi dari beberapa orang. Misalnya ada yang menyumbang air mineral, gorengan hingga daging ayam. Termasuk juga perlu diapresiasi pada panitia yang didominasi santri baru bisa melaksanakan acara dengan lancar.
Semoga saja dengan acara ini kita bisa terus menguatkan mahabbah kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Dengan begitu kita akan menyaksikan perkumpulan cahaya, gembira atas kelahirannya dan memuji sosok terkasih.[]
the woks institute l rumah peradaban 18/9/24
Komentar
Posting Komentar