Woks
Saya tidak bisa membayangkan jika menjadi anak berkebutuhan. Di satu sisi banyak orang yang sayang tapi di sisi yang lain ia juga korban bullyan. Yang terakhir inilah terasa begitu menyakitkan. Anak berkebutuhan selalu butuh bimbingan terutama saat mereka terjun di komunitas reguler. Mereka akan menerima kenyataan bahwa orang normal tidak selamanya baik. Masih banyak dari mereka yang belum mampu mengerti, memahami serta menahan emosi.
Anak berkebutuhan selalu nampak inferior. Penindasan, intimidasi, hingga persekusi selalu jadi makanan sehari-hari. Alih-alih menerima keadaan pada umunya manusia normal, anak berkebutuhan malah justru mengalami kebalikan. Bagi sebagian orang kehadiran mereka begitu menjijikan bahkan tak diinginkan untuk hadir dalam komunitas mereka. Sehingga dari kasus itulah beberapa anak berkebutuhan sering melampiaskan kekesalanya dalam bentuk tangis atau pukulan. Walaupun sebagian tenaga meraka tak akan mampu membalas superiornya manusia normal.
Dalam banyak kasus itulah narasi dendam mudah lahir. Kemunculanya seolah alamiah. Seperti sebuah narasi yang diproduksi oleh badan yang kecewa. Maka pantas guyonan Joker berbunyi bahwa kejahatan adalah kebaikan yang tak pernah dihargai. Termasuk kita bisa bayangkan orang yang sedang diam, tiba-tiba diusili oleh orang lain. Pasti siapa juga yang tak tahan untuk segera menghantam mereka yang bertindak sewenang-wenang. Seperti halnya singa yang sedang diam lalu ada yang mengusiknya. Bagaimanapun juga anak berkebutuhan memiliki perasaan. Mereka layaknya orang normal mampu merasakan apa yang seharusnya di lakukan, apalagi yang membuatnya terdesak. Tapi sekuat apapun anak berkebutuhan dalam defence mecanism, mereka pasti tak akan berdaya. Orang-orang normal memang terlalu superior untuk mereka lawan.
Dari hal-hal yang kita temui dan menimpa mereka seharusnya kita semakin belajar bahwa mereka juga merupakan mahluk Tuhan. Sungguh manusia tidak bisa berkuasa atas kekuatannya sendiri. Di mana rasa empati mereka. Mengapa tidak berpikir jika mereka berada pada posisi yang sama. Mungkin memang sama dan tak jauh berbeda. Tapi inilah dunia tidak kenal kompromi, ia keras kepada siapa saja. Akan tetapi sangat lucu jika orang normal mudah menyelakai orang berkebutuhan khusus. Di mana hati nurani mereka? atau jangan-jangan mereka sengaja berbuat demikian karena memang kurang kerjaan, atau apakah mereka terkena sindrom. Entahlah, yang jelas mulai saat ini orang normal harus lebih sadar jika tidak waras berarti mereka gila.
Semoga saja masih banyak orang yang lembut hatinya, yang masih empati dengan mereka yang perlu dibantu oleh kita. Uluran tangan dan pembelaan terhadap hak-hak mereka harus dilakukan. Setidaknya memberikan pemahaman ke semua orang bahwa berbeda bukanlah aib. Justru perbedaan adalah pelengkap kehidupan. Mari jangan pernah berhenti peduli pada mereka.
Komentar
Posting Komentar