Woks
Saat ini banyak anak-anak khusunya di sekolah dasar sedang melangsungkan ujian tengan semester (UTS). Karena wabah virus corona maka pemerintah mengintruksikan untuk merumahkan siswa agar pembelajaran dipindah ke rumah masing-masing. Hal itu tentu bertujuan agar memutus mata rantai penyebaran virus corona yang siklus penyebaranya bisa diamati sekitar waktu 14 hari.
Kita mungkin paham bagaimana sulitnya mendidik anak, khususnya para orang tua yang tidak memiliki basic pendidikan yang baik. Maka hikmah dari corona ini anak-anak dididik langsung oleh orang tua melalui tugas yang diberikan sekolah. Di rumah itu anak-anak diajari bagaimana menerapkan aktivitas pendidikannya percis di sekolah. Seperti pelaksanaan ngaji, hafalan, praktek shalat, wudhu, dan menjawab soal semua di bawah kendali orang tua. Terkhusus yang sedang melaksanakan ujian, di sana akan kita dapati berupa ujian soal dan ujian kejujuran. Hal terakhir itulah yang kadang tidak bisa dilaksanakan dengan baik.
Ujian sekolah merupakan salah satu penilaian kelulusan bagi anak. Walaupun indikator nilai sebagai penentu kelulusan bukanlah faktor utama. Terutama di rumah pasti sistem pengawasan tidak akan seketat di sekolah. Konsep seperti inilah yang sebenarnya kurang pas, jika bukan karena corona. Ujian di rumah seperti sebuah lelucon karena kadang seorang guru atau wali kelas memantau aktivitas hanya via online. Itupun kita dapati berbagai temuan perilaku orang tua atau siswa yang kadang perlu ditertawakan.
Ada anak yang ingin menyontek saat ujian berlangsung, termasuk mengerjakan dengan cepat sebab mereka ingin segera bermain. Ada orang tuanya yang belajar dan mengajari si anak karena takut nilainya kecil. Bahkan ada yang dikerjaan oleh orang tua karena alasan si anak merengek menangis. Serta masih banyak lagi serangkaian perilaku anak dan orang tua itu. Sehingga dalih apapun persoalan itu hanya bisa dimaklumi saja. Sebab bagaimanapun penilaiannya ada pada si guru. Ia bahkan lebih tahu jumlah siswa plus karakter dan keseharianya selama di sekolah.
Seharusnya dengan fenomena corona dan anak-anak yang pembelajarannya di rumahkan, orang tua harus lebih sadar mungkin inilah salah satu pendidikan dari Tuhan. Bagaimana supaya peran orang tua, kedekatan secara emosional harus hidupkan lagi. Selama ini ketimpangan cara mendidik terjadi dan orang tua hanya berpangku tangan kepada guru. Padahal ada sistem yang harus terintegrasi yaitu antara anak, orang tua dan guru. Jika semua itu bisa diperhatikan dengan baik maka tak mustahil jika anak akan menikmati proses belajarnya tanpa pernah merasa ditekan. Sungguh dari corona ini kita mendapat hikmah yang besar. Belajar bersabar, jujur, dan meluangkan waktu buat si anak belajar. Semoga kita bisa tersadar akan pentingnya Tuhan mendidik kita lewat alam.
Inspiratif,,terus asah bakatmu smoga tercapi tujuan hidupmu..smangat..
BalasHapus