GBTI
..
Oleh Woko Utoro
..
Jika kita ketahui salah satu kota di di Indonesia memiliki event yg serupa seperti di Jogja ada grebeg sekaten, Cirebon ada grebeg mulud, di Ponorogo ada grebeg suro, di Blitar ada grebeg Pancasila dan tentunya masih banyak lagi kota lainya di Indonesia yg memiliki acara yg sama termasuk Banten, Surakarta dan bahkan di luar pulau jawa. Dari Inspirasi itulah Tulungagung sbg kota yg baru saja sedikit demi sedikit di gali potensi kekayaan luhurnya, ternyata di klaim dan di deklarasikan berdasarkan pengamatan spiritual dan penelitian ilmiah merupakan kota yg di intrepretasikan sebagai kota pendermaan Ratu Gayatri Rajapatni (candinya berada di Boyolangu-Tulungagung) yg melahirkan ajaran "Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa" yg semuanya termaktub dalam kitab Sutasoma karya empu Tantular sekitar abad ke-14 di era kerajaan Majapahit. Sehingga di rasa pentinglah acara tersebut di gagas sebagai upaya menggali peradaban yg telah lama terpendam dan akan melawan arus transnasional yg semakin hari makin memprihatinkan.
..
Kegiatan GBTI itu sendiri berupa arak-arakan dan orasi kebudayaan. Orasi kebangsaan dan kebudayaan tersebut di sampaikan langsung oleh: Prof. Dr. Hariyono, M.Pd (Deputi Bidang Advokasi UKP-PIP (Unit Kerja Presiden-Pemantapan Ideologi Pancasila), Eva Kusuma Sundari (Kaukus Pancasila, DPR RI), Kusnadi, SH, M.Hum (Sekwan DPRD Jatim), Supriyono, S.E, M.Si (Ketua DPRD Tulungagung) dan tentunya Dr. Maftukhin, M.Ag selaku (Rektor IAIN Tulungagung). Juga di hadiri Bupati Tulungagung bapak Sahri Mulyo, SE, M.Si.
Dari tokoh tersebut saya terkesan dengan bu Eva yg dalam orasinya banyak sekali mencuplik perkataan bung Karno seperti, "Bangunlah suatu dunia dimana semuanya bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan, kita bangsa besar, kita bukan bangsa tempe. Kita tidak akan mengemis, kita tidak akan minta-minta, apalagi jika bantuan-bantuan itu diembel-embeli dengan syarat ini syarat itu! Lebih baik makan gaplek tetapi merdeka, daripada makan bestik tapi budak. Sehingga menambah semangat para peserta. Dalam berbangsa dan bernegara.
..
Sekitar 3000 peserta mengikuti acara ini yg pesertanya tersebut tersebar dari berbagai elemen masyarakat lintas Agama/keyakinan termasuk para penghayat, majelis luhur kepercayaan indonesia, pegiat seni dan komunitas. Mereka tidak di bayar ataupun membayar. Semuanya berdasarkan panggilan hati yg bersifat Swa, yg artinya swadaya masyarakat itu sendiri yg menjadikan mereka terpanggil untuk mengikuti acara ini. Ada becak, sepeda, dokar, motor, mobil yg tentunya semua di hias berdasarkan kesenian dan ada pula sesuai dengan identitas keagamaan, semua tumpah ruah serta antusias untuk menuju tempat utama yaitu dari IAIN Tulungagung menuju candi Gayatri di Boyolangu tersebut.
..
Acarapun di tutup dengan do'a bersama tentunya berdasarkan kepercayaan masing2. Sehingga kita semua berharap, semoga acara yg dapat menciptakan integritas antar sesama ini dapat berlangsung untuk kedepanya. Buka sekedar iconik sebuah daerah melainkan issu yg harus di bawa ke dunia nasional dan internasional. Bahwa Indonesia memiliki ideologi pancasila yg dapat mempersatukan semuanya. Saling menghormati dan menghargai adalah salah satu upaya menghargai jasa para leluhur guna mencapai kedamaian dalam berbangsa dan bernegara. Salam keanekaragaman. "Walaupun berbeda-beda akan tetapi tetap satu tujuan". Indonesia adalah rumah kita bersama.
#Salam Budaya
Komentar
Posting Komentar