Mengintip PSP
..
Oleh Woko Utoro
..
Dalam kesempatan tersebut sebenarnya tidak hanya sholawatan saja melainkan banyak sekali agenda lainya yg berkaitan dengan dunia pesantren. Memang dunia santri dan pesantren sudah di akui perananya terbukti dengan di tetapkanya 22 Oktober sebagai hari santri namun, tetap saja pagelaran tradisi pesantren harus di lestarikan. Dengan tujuan utama yaitu dapat membentengi kaum muda di zaman yg penuh dengan tantangan ini serta setiap acara yg ada dapat lestari dan tertradisikan. Keep istiqomah karena, istiqomah mengantarkan menuju karomah.
..
Pondok pesantren tidak bisa di pisahkan dengan santri dan budayanya maka, pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia perlu adanya wadah sebagi upaya kaderisasi yg harapanya ialah adanya tongkat estafet keberlangsungan kehidupanya. Minimal tradisi yg sudah tumbuh di pesantren dapat di dengar oleh orang banyak. PSP sendiri sebagai sebuah wadah pesantren di kampus sebenarnya tidak hanya ingin menumbuhkan kecintaan kepada Kanjeng Nabi Muhammad saw dengan sholawatan saja melainkan merawat tradisi pesantren yg lainya. Yang tentunya sebagai sebuah khazanah kebudayaan klasik islam yg menumbuhkan kearifan seperti yasinan, tahlilan, maulidan, manaqiban, syawir, sorogan, ziaroh, talaman (makan bersama pada nampan/leser), maknani kitab, lalaran, ta'dhim kepada guru dan sebagainya. Hal itulah yg ingin terus di dengungkan oleh PSP agar generasi penerus dapat menyaksikan lestarinya bahwa tradisi tersebut dulu pernah mengalami masa jayanya.
..
Penekanan yg lain yg saya amati ialah mentradisikan salaf merawat keshalehan. Artinya bahwa seseorang boleh di pandang rendah namun bukan rendahan. Justru di balik suksesnya aktor utama ada orang yg menyukseskanya yg berada di belakang layar. Intinya jangan suka memandang sebelah mata apalagi menghinakan. Soalnya hal yg demikian itu akan banyak terjadi di zaman ini sebab zaman sekarang ini sudah mulai masuk fase "al fitnah al kubro". Senjata utamanya berpusat dari otak di sambung ke lisan dan di salurkan melalui teknologi. Maka pantas lah orang jawa berpesan "tetep eling lan waspodo". Penekanan yg lainya dari PSP itu sendiri yaitu pada kekuatan rasio dan kekuatan apiritual. Hal tersebut mengacu kepada kebanyakan orang seperti para ulama kiai, profesor dan para cendekiawan. Dan problem terbesar zaman sekarang adalah banyak orang pandai secara rasio namun gersang secara spiritual sehingga yg timbul adalah yg bodoh makin bodoh dan yg pinter membodohi yg bodoh. Kata Gus Mus kita itu jika mau di sebut santri jangan melihat mondok dimanya atau berapa lama anda berkiprah tapi mengukurlah sudah sejauhmana anda bermanfaat bagi orang lain. Karena sesungguhnya keshalehan spiritual harus di output kan dengan keshalehan sosial. Karena zaman sekarang khualitas ilmu pengetahuan makin baik tapi kearifan makin terkikis. Gelar akademik makin mentereng namun penggunaan rasio makin rendah. Begitulah dunia kini. Sepertinya sudah seperti "wolak walike zaman". Dimana besarnya gunung bisa di telan oleh tingginya ombak samudera. Dan seharusnya gunung tetaplah menjadi pasak bumi yg menguatkan dan laut tetap menjadi air yg menenangkan. Sampai kapanpun katak tidak akan bisa menjadi lembu.
Setelah kita tahu dari hal2 di atas semoga PSP menjadi cerminan jati diri untuk menemukan jatidiri yg sesungguhnya dan bukan sebuah wacana.
Semoga PSP kedepan makin rendah hati dan mencerahkan. Bisa melahirkan santri yg beriman teguh dan santun dalam tindakanya.
#Sholualannabi Muhammad saw
#Salam Budaya
Komentar
Posting Komentar